Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
Aku bergegas meninggalkan ruang pemeriksaan dokter mata, saat aku keluar dari ruang dokter, antrian pasien sudah tidak ada, aku hanya melihat seorang bapak tua yang sedang berdiri. Tampaknya beliau sedang menunggu sesuatu, entahlah aku tidak tahu apa yang sedang ditunggunya. Tapi yang membuatku agak sedikit heran, bapak tua itu meraba-raba dinding tembok mencari sesuatu. Astagfirullah! apa yang sebenarnya terjadi dengan bapak tua itu ? apakah beliau tidak bisa melihat ?
Aku urungkan niatku sebentar untuk membeli obat di apotik sesuai resep dokter, ku dekati bapak tua itu, aku tidak tega melihat bapak tua dalam kondisi seperti itu. Mungkin sang bapak ini ingin duduk, karena sedari tadi aku perhatikan dia berdiri.
Aku mencoba mencari seorang suster untuk mencari bantuan seorang ikhwan agar menolong bapak tua itu, tapi tak ku temukan. Aku tidak tega melihat bapak tadi dalam kebingungan. Sepertinya bapak tua itu menyadari kehadiranku di sampingnya, aku mencoba menyapanya..,” Maaf Pak, apa bapak ingin duduk ?”
“iya dek, bapak cari kursi untuk duduk, sambil menunggu anak bapak yang sedang ke kamar kecil”, jawab pak tua…
“Bapak tidak bisa melihat nak karena katarak, datang ke sini dengan anak bapak untuk di periksa dokter mata, supaya mata bapak bisa melihat lagi dan bisa shalat berjamaah di masjid lagi “, jawabnya lagi…
Subhanallah!..gumamku dalam hati…
Aku mencoba mengarahkan untuk membantunya duduk dengan tetap menjaga ‘izzahku sebagai seorang wanita. Setelah itu aku permisi untuk melanjutkan perjalananku ke apotik. Di sepanjang jalan menuju apotik aku masih kepikiran bapak tua itu…
Tiga pekan kemudian aku ke rumah sakit lagi, entah kebetulan atau apa aku bertemu lagi dengan bapak tua itu, tapi kondisi bapak itu matanya sebelah kiri ditutup perban, sepertinya sudah dioperasi dalam masa penyembuhan.
Subhanallah..sepertinya Bapak tua itu bahagia tak henti-hentinya bersyukur, terdengar suara yang keluar dengan kata-kata “alhamdulillaaah mata saya dapat melihat kembali!” yang tadinya tidak bisa melihat, kini matanya sudah bisa melihat walaupun masih ditutup perban. Alhamdulillah bapak tua itu matanya sudah sembuh, walau aku hanya kebetulan bertemu dengan bapak tua itu tapi di sudut hatiku bahagia melihat kesembuhan itu.
***
Cerita di atas adalah kejadian yang sering kita jumpai di kehidupan nyata sehari-hari, dan itu membuat kita melihat pada diri sendiri, yang kadang selalu merasa kurang dengan apa yang Allah berikan kepada kita.
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat. Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat iris, selain member warna pada mata iris juga dapat merubah ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata
Subhanallah betapa Allah menciptakan mata dengan begitu sempurnanya, Maha Besar Allah dengan segala ciptaanNya.
Aduhai betapa beruntungnya kita yang hingga detik ini masih memiliki mata yang normal. Walaupun ada kadang ada yang minus, atau plus, tak apalah karena dengan bantuan alat/kaca mata masih tetap dapat merasakan nikmatnya anugerah Allah untuk melihat. Kita masih bisa beraktivitas dengan lancar, karena penglihatan masih berfungsi dengan baik. Setidaknya kita sedikit lebih beruntung daripada saudara-saudara kita yang penglihatannya tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Baik yang mengalami kelainan sejak lahir, ataupun kelainan karena kecelakaan, dan lain-lain. Bersyukurlah kita yang masih berkesempatan memiliki penglihatan yang sehat!
Apabila merenung secara mendalam, banyak nikmat Allah yang telah kita terima dan kita gunakan dalam kehidupan ini. Demikian banyaknya sehingga kita tidak mampu menghitungnya satu persatu, termasuk nikmat mata yang bisa melihat, Allah berfirman;
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهَ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
”Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An Nahl 16: 18).
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan menggunakannya secara benar sesuai dengan kehendak pemberinya. Sedangkan kufur nikmat adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat-nikmat pemberian-Nya. Allah SWT berfirman;
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
‘‘Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS Ibrahim (14): 7).
Mensyukuri nikmat Allah SWT dapat dilakukan dengan bersyukur dengan hati dan perasaan, yaitu berkeyakinan mengakui sepenuh hati bahwa semua nikmat yang diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan usaha kita, tetapi karena anugerah dan pemberian Allah SWT semata. Bersyukur dengan lisan, yaitu, mengakui dengan ucapan Alhamdulillah bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT.
Bersyukur dengan harta benda, yaitu membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan dengan di iringi rasa ikhlas hanya karena Allah semata. Bersyukur dengan perbuatan, yaitu menggunakan nikmat Allah pada jalan dan perbuatan yang diridhai-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Sikap bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah harus menjadi kewajiban serta kepribadian bagi seorang muslim, dengan sikap ini diharapkan menjadi pengingat kita untuk senantiasa berterima kasih kepada pemberi nikmat yaitu Allah SWT dan perantara nikmat yang diperolehnya yaitu manusia. Seorang muslim yang tidak pernah bersyukur kepada Allah (kufur nikmat) adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.
Ketika manusia ditimpa berbagai macam kesusahan, mereka segara berdoa dan bersabar, serta selalu bersyukur pada Allah atas segala nikmat-Nya. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka, menyelamatkan mereka dari bencana itu, manusia sering lupa kembali untuk selalu bersyukur kepada-Nya, bahkan banyak di antara mereka yang kembali mempersekutukan Allah SWT.
Betapa banyak orang menangis, meratap, memelas dan merengek-rengek meminta kepada Allah SWT agar dihindarkan dari kesusahan hidup. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari kesusahan, mereka kembali lalai, bermaksiat, bahkan menerapkan aturan-aturan selain aturan Allah SWT. Bukankah hal ini termasuk telah menyekutukan Allah SWT?
Allah telah berfirman, memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِي وَلَا تَكْفُرُونَ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS al-Baqarah:152)
Allah SWT telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa orang-orang yang mau bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya sangatlah sedikit. Kebanyakan manusia ingkar terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada mereka.
إِنَّ اللهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ
“Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya.” (QS Yunus: 60)
Bersyukurlah atas apa yang Allah berikan kepada kita, seperiti cerita bapak tua tadi, meskipun kedua matanya tidak dapat melihat dikarenakan katarak, bapak tua tadi tetap sabar menerima kondisi tersebut, dengan menganggapnya sebagai nikmat. Begitupun ketika Allah SWT memberinya kesembuhan pada matanya sehingga dapat melihat kembali indahnya dunia ini, bapak tua tadi tak henti hentinya bersyukur. Bukan tidak mungkin Allah menyertakan hikmah yang luar biasa di setiap kejadian agar hambanya selalu bersyukur kepadaNya. Wallahu A’lam Bis-Shawaab.
Biodata Penulis :
Nama : Henny ( Ummu Ghiyas Faris)
E-mail : [email protected], [email protected]