Orang bijak berkata: “kalau pedang lukai tubuh masih bisa harapan sembuh, kalau lidah lukai hati, ke mana obat hendak dicari”.
Itulah lidah, organ tubuh satu ini bukan hanya berfungsi sebagai indera perasa. Bentuknya yang elastis membuat fungsinya juga beraneka. Dengan lidah seorang rakyat jelata pun bisa menjadi masyhur hingga pelosok dunia, dan sebab lidah pula orang yang terhormat jatuh sengsara.
Lidah ibarat pisau bermata dua. Sisi yang satu memiliki pengaruh positif dan yang satu lagi berpengaruh negatif. Jika perkataan yang muncul itu baik maka akan membawa kepada kebaikan. Namun jika buruk maka ia akan membawa pada kerusakan dan kehancuran dimuka bumi ini.
Berapa banyak masalah yang terjadi disebabkan lidah. Orang mudah berkata dusta hingga kebenaran berbalik menjadi salah. Seorang anak berbohong pada orang tuanya dikarenakan lidahnya. Para ibu rumah tangga yang mengghibah, itu juga karena lidahnya. Bahkan yang lebih dahsyat pengaruhnya jika para politisi di negeri ini sering mengumbar janji, itu juga sebuah keteledoran menjaga lidahnya. Wal hasil semua akan menjadi kacau dan rusak.
Padahal salah satu karakteristik muslim adalah mampu menghindarkan diri dari bahaya lidah dan tangannya terhadap orang lain. Islam juga mengajarkan bagaimana bersikap bijak untuk tidak melakukan hal yang tidak berguna. Tidak boleh ghibah, dusta maupun namimah. Sebab ketiga hal ini merupakan penyakit yang sering diderita oleh mereka yang tidak bisa memelihara lidahnya. Padahal di hari pembalasan nanti semua anggota tubuh kita akan diminta pertanggungjawabannya.
Benar kata orang “ mulutmu adalah harimaumu” jika lidah itu tidak dipelihara dia tak ubahnya bak seekor harimau. Apa jadinya dalam keluarga jika anak suka berdusta. Dia akan ringan bilang, uang yang ditangannya adalah uang jajan yang diberikan kemarin. Padahal uang itu diambil dari kantong celana bapaknya tanpa izin. Kalau anak waktu kecilnya berani mencuri uang bapak sendiri, bukankah besarnya dia berani mencuri uang orang lain, dan berkata dusta.
Berapa banyak akibat janji semu yang diumbar oleh politisi membuat rakyat menjadi semakin menderita. Itu berawal dari dusta juga. Dan timbullah krisis kepercayaan pada rakyat terhadap pemerintah. Kalau sudah begini kapan negara akan bisa maju, sebab tidak ada kerja sama antara rakyat dan pemerintahnya.
Maka berhati-hatilah dalam berkata, karena lidah adalah faktor yang paling banyak menjerumuskan orang masuk ke dalam neraka. Naudzu billah min zalik