Eramuslim.com – Islam itu berkarakter moderat dalam makna proposional. Sehingga jika tidak moderat, maka itu sebenarnya bukan watak Islam yang sesungguhnya.
Islam yang moderat ini adalah buah dari keseimbangan pendayagunaan potensi kemanusiaan.
Manusia tentu menghajatkan kebahagiaan, dan untuk menujunya dihajatkan akhlak mulia dengan memoderasi potensi kemanusiaan. Akhlak mulia itu adalah empat potensi daya utama. Ada empat induk keutamaan, yaitu kebijaksanaan (hikmah), keberanian (syaja’ah), pemeliharaan diri (‘iffah), dan keseimbangan (‘adalah).
Dalam telaah Imam Al-Ghazali (w. 505 H), dinyatakan bahwa jiwa moderat (al-‘adalah) itu adalah cerminan keberhasilan memadukan tiga daya manusia. Daya akal yang dimoderasi akan membuahkan akhlak yang penuh hikmah (bijaksana). Daya ghadhab (emosi) yang dimoderasi akan melahirkan akhlak syajaa’h (keberanian), dan daya syahwat (hasrat) akan melahirkan akhlak ‘iffah (penjagaan diri).
Kebijaksanaan adalah moderasi kekuatan akal, keberanian adalah moderasi kekuatan nafsu amarah, pemeliharaan diri adalah moderasi daya syahwat, dan moderasi ketiganya disebut tawasuth, atau proposional.
Moderasi akal yang melahirkan hikmah, selaras dengan surat An-Nahl ayat 125, ‘Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan’ yang maksudnya adalah mengajak dengan hikmah ilmu, dan bukan dengan kebodohan.
Akal yang dimoderasikan akan melahirkan hikmah atau kebijaksanaan. Dengan demikian capaian puncak akal atau capaian tertinggi kecerdasan itu adalah kebijaksanaan.