Terjawab sudah teka—teki tentang Manohara, dengan kemunculannya kembali ke Indonesia. Banyak kalangan yang mengomentari, hingga pak SBY pun ikut bicara ”selesaikan permasalahan Manohara, bedakan mana yang urusan rumah tangga dan bukan”.
Media-media baik elektronik maupun cetak berlomba-lomba membuat berita sensasional tentang Manohara untuk menarik pemirsa.
Menurut berita kepulangannya dibantu oleh KBRI di Singapura, FBI, Kepolisian Singapura dan salah satu LSM.
Tetapi mengapa ketika kisah Siti Fathonah seorang tenaga kerja wanita asal Cilacap yang tewas pada September 2008 tidak seheboh kisah Manohara? Hasil otopsi membuktikan bahwa korban tewas akibat penganiayaan.
Atau kisah Ngatmiatun TKW asal Grobogan, Jawa Tengah yang sepulang dari bekerja di Malaysia fisiknya lumpuh dan mentalnya terganggu.
Atau kisah Nitasari (18 tahun) TKW asal Kebumen yang sepulang dari bekerja Malaysia mentalnya terganggu sehingga tidak dapat diajak berkomunikasi. Dan masih banyak lagi wanita-wanita Indonesia yang teraniaya di negeri Jiran tersebut.
Apa yang membedakan yach ??….
Coba kita telusuri sejenak…
Apakah karena Manohara seorang model cantik, ataukah karena keberangkatan Manohara ke Malaysia sebagai seorang istri putra raja bukan sebagai TKW, (lalu apakah pantas seorang TKW yang tersiksa tidak mendapat empati sebagaimana yang didapat oleh Manohara, padahal para TKW telah menjadi penyumbang devisa negara, demi memperjuangkan nafkah keluarganya).
Tapi sepertinya bukan hal-hal diatas yang menyebabkan Kisah Fathonah, Ngatmiatun, Nitasari tidak seheboh Kisah Manohara, penyebab mendasarnya adalah ”nuansa ghibah”.
Itulah Indonesia dimana menggunjing sudah menjadi suatu hal yang lumrah, dikemas dalam berbagai produk yang cantik yang seolah layak untuk dikonsumsi oleh siapapun.
Selayaknya kita sebagai seorang Muslim perlu cerdas dalam mengkonsumsi berita.
Fenomena saat ini rasanya kurang cukup jika hanya sekedar tahu. Lalu jika sudah tahu satu aib saja dari saudara kita, ingin terus dan terus mengorek kelemahan saudara kita, hingga saudara kita benar-benar ”telanjang”. Na’udzubillah Min Dzalik.
Padahal jelas-jelas Mano, ibunya dan suaminya adalah saudara kita seiman.
Biarlah Mano saja yang bicara dan membuktikannya secara hukum. Tidak perlu kita bahas dan perpanjang karena itu tidak akan memberikan kontribusi apapun dalam permasalahan ini.
Apakah kita mau dimasukkan ke dalam golongan sebagaimana yang disebutkan dalam Qur’an Surat Lukman ayat 6:
” Dan diantara manusia ada orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”.
Atau kedalam golongan hamba-hamba yang sebagaimana dilihat oleh Rosululloh SAW ketika sedang dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, beliau diajak melihat-lihat surga dan neraka, lalu beliau bercerita :
Ketika melihat surga beliau tersenyum bahagia disana sebagian besar adalah para orang-orang miskin, tetapi ketika melihat neraka beliau bersedih, disana dilihatnya sebagian besar adalah kaum wanita. Mengapa, karena kaum wanita banyak yang tidak bisa menjaga 2 lubang yaitu, lisan dan kemaluan. Na’udzubillah min Dzalik.
Mari kita evaluasi diri dihadapan Allah, dan sadari berapa banyak kekurangan, aib, kelemahan yang Allah berkenan menutupinya dari hadapan manusia, tapi mengapa kita sibuk mengevaluasi orang lain?
Hindari, ingatkan, diam atau pergi. Hindarilah segala sesuatu yang mendekatkan kita pada ghibah. Seperti acara-acara bernuansa ghibah di televisi dan radio. Juga berita-berita koran dan majalah yang membicarakan kejelekan orang. Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya Anda diam dan tak menanggapi ghibah tersebut. Atau Anda memilih hengkang dan menyelamatkan diri.
Dan banyak-banyaklah merenungkan bahayanya ghibah dengan mempelajari Qur’an dan hadits.
Diantaranya yaitu :
* Sebagaimana dalam sebuah hadits Rosululloh berkata :
“Jauhilah dirimu dari prasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dustanya pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja)” (HR. Bukhori dan Muslim).
* Atau Qur’an Surat Al-Hujurot;12
“Wahai orang-orang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha penerima taubat, Maha Penyayang”.
* Dan dalam satu riwayat dari Abu Hurairah, terdapat percakapan sahabat dengan Rasululloh. “Apakah ghibah itu?” Tanya seorang sahabat pada Rasululloh saw. “Ghibah adalah memberitahu kejelekan orang lain!” jawab Rasul. “Kalau keadaaannya memang benar?” Tanya sahabat lagi. ” Jika benar itulah ghibah, jika tidak benar itulah dusta/fitnah!” tegas Rasululloh.
Semoga Allah manjauhkan kita dari siksa api neraka dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang sholeh, serta senantiasa menjaga lisan ini dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Amin.
[email protected].
[email protected]