Akhirnya datanglah pria pertama tadi kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, sedangkan beliau صلى الله عليه وسلم sudah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya. Ia berkata sembari berpegangan pada sabuk pelana unta Rasulullah صلى الله عليه وسلم, sedang kedua kakinya tersandung-sandung batu, “Ya Rasulullah, sebenarnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda dengan mengucapkan ayat, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok? ” Beliau tidak menengoknya, dan tidak pula berkata kepadanya lebih dari itu. (Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir)
Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa memperolok-olok apa pun yang datang dari agama adalah kekufuran dan kemurtadan, mengeluarkan pelakunya dari islam. Dan itu adalah perkara yang sangat besar dan tidak ringan tentunya.
Jika orang yang telah merasakan keutamaan berjuang bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan mencecap shalat di belakang beliau saja, menjadi murtad karena ucapan yang keluar dari lisannya, lantas bagaimana pula orang yang tidak pernah merasakan keutamaan itu?
Lalu bagaimana dengan orang yang shalat pun sering bolong-bolong dan kerap bergelimangan maksiat? Apa jadinya jika kondisi amalnya yang sudah rusak, ditambah pula dengan memperolok-olok agama?
Jika mengolok-olok agama yang tentunya itu bergurau, bukan serius saja menyebabkan kemurtadan, lantas bagaimana pula jika dilakukan dalam keadaan serius dan sungguh-sungguh?
Kalau begitu, siapa yang berolok-olok, “Al-Quran itu buatan orang Arab!” bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”
Siapa yang berolok-olok, “Al-Quran itu kitab porno!” bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”
Siapa yang bercanda, “Saya sudah tobat dari agama!” bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”
Siapa yang bersenda gurau, “Jangan puasa, puasa Ramadhan itu perintah manusia!” bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”
Siapa yang berkelakar, “Setan itu lebih baik dibandingkan Nabi Adam!” bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”
Siapa yang berseloroh, “Allah keliru telah menyebutkan poligami dalam Al-Quran!” bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”
Siapa yang bertingkah, “Saya tidak takut neraka! Saya tidak butuh surga!” bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”