'Kreativitas' Dalam Bermaksiat

Wanita hamil berpose seksi di depan kamera? Kalau wanita normal —tidak hamil— sih sudah ‘biasa’ kita dengar dan kita lihat, tapi kalau wanita hamil? Rasanya baru kali ini saya dengar.

Harian Kompas mencatat bahwa fenomena wanita hamil yang “bernarsis ria” di depan kamera kian menguat sejak lima tahun terakhir di negeri kita ini. Kehamilan yang dulunya dianggap ‘aib’, sehingga ‘memaksa’ para wanita untuk membatasi gerak dan ‘menutupi’ kehamilan mereka dengan memakai busana yang longgar dan tidak menampakkan lekuk tubuh mereka (terutama perut mereka yang membesar), sepertinya sekarang telah berubah, karena mulai muncul tren wanita-wanita hamil yang “bernarsis ria” di depan kamera. Mereka tak segan dan tak canggung lagi untuk berpose seksi di depan kamera dengan menampakkan kehamilan mereka. Entah dengan berpose seperempat telanjang, setengahnya atau..yang jelas ‘sunnah’ ini sudah dimulai di tahun 90-an di Amerika Serikat. (Kompas, Minggu 17 Oktober 2010).

Saya tidak mengerti, apakah ini akibat latah dengan budaya barat yang notabenenya berasal dari orang kafir, atau karena lemahnya agama bangsa ini, atau karena kedua-duanya, sehingga mereka sangat menggemari segala sesuatu yang “menantang”, “seksi”, “atraktif” dan berlomba-lomba untuk mengerjakannya. Sampai-sampai wanita hamil pun tidak mau ketinggalan dalam hal ini. Makin “menantang” dan “seksi” pose seorang wanita, bagi mereka, berarti menunjukkan makin “feminin”, “mengerti mode”, “tidak jadul” dan berbagai atribut “kemajuan” lainnya.

Memang, sepertinya sekarang ini orang-orang makin ‘kreatif’ dan ‘cerdas’ dalam melakukan kemaksiatan. Bagaimana tidak, sebab kemaksiatan di zaman ini bisa ‘dimodifikasi’ dalam bentuk apa saja sehingga terlihat lebih ‘menarik’ dan “trendi”. Hal ini tentunya berbeda dibandingkan dengan kondisi Indonesia pada sekitar 20 tahun yang lalu. Kita masih ingat, di negeri ini awal tahun 90-an, atau sebelumnya, para pemakai rok mini di ruang publik masih bisa dihitung jari, tapi sekarang, sejak satu dekade terakhir, masih bisa dihitung jari juga, tapi dengan jutaan jari!

Itu di dunia nyata, kalau di dunia maya? Lebih dahsyat lagi. Dulu ketika awal-awal internet masuk di Indonesia, yang namanya situs-situs pornografi (lokal), ‘hanya’ ada beberapa saja dan masih bisa dihitung jari pula. Akan tetapi sekarang? Pasca reformasi, setelah keran media informasi dibuka selebar-lebarnya, situs-situs hewani itu menjamur, bagaikan jamur di musim penghujan. Begitu juga dengan para pelakunya, ada ‘kemajuan’. Kalau dulu ‘aktor’ dan ‘aktris’nya hanya orang-orang dewasa, tapi sekarang? Anak-anak sekolah, dengan ‘bangga’nya, turut pula meramaikan situs hewani itu, bahkan dengan memakai atribut sekolah pula!

‘Kreativitas’ mereka (para pecinta syahwat hewani) tidak berhenti sampai situ saja, masih ada lagi. Contohnya ketika kita menulis kata tertentu di mesin pencarian seperti Google dan semisalnya, kita bisa kaget dan tercengang. Sebab, kadang kita ‘diarahkan’ ke situs-situs rusak bin bejat, padahal apa yang kita cari tidak sedikitpun berbau pornografi.

Bahkan, yang lebih parah lagi, suatu hari saya mencari artikel islami di Google, ketika saya menulis kata-kata tertentu (tentu saja yang terkait agama), tiba-tiba saya ‘dijebak’ ke situs-situs rusak itu. Yang membuat saya tertipu dan terkecoh adalah nama-nama situs-situs itu, berbau islami!

Bayangkan saja, kata-kata seperti “akhwat”, “jilbab”, “muslimah” dan yang semisalnya digunakan untuk menyebarkan program pemuasan syahwat dan nafsu hewani! Astaghfirullah..Kalau dulu orang merasa ragu dan sungkan melakukan kemaksiatan secara terang-terangan bila bersinggungan dengan sesuatu yang berbau agama, tapi sekarang, bahkan agama digunakan untuk melariskan kemaksiatan mereka! Wal’iyadzubillah..

Sejak pemerintah, dalam hal ini Kemenkominfo, mengumumkan perang terhadap pornografi sebelum Ramadhan lalu, memang banyak situs-situs porno yang sudah diblokir. Akan tetapi, kalau kita melihat fakta di lapangan, masih memprihatinkan, karena, sampai sekarang, ternyata masih banyak pula situs-situs porno yang belum terblokir dan tetap masih bisa diakses masyarakat.

Meskipun begitu, kita tetap mengapresiasi dan mendukung serta berhusnuzhan terhadap pemerintah, terkhusus Kemenkominfo yang telah memberikan perhatian besar terhadap masalah penting ini serta mengambil langkah nyata untuk mewujudkan komitmen mereka melindungi bangsa ini dari kerusakan moral dan akhlak.

Karena memang dalam prakteknya tidak mudah menutup seluruh situs-situs porno. Banyak faktor yang merintangi hal tersebut, di antaranya adalah, ‘kecerdasan’ para pelaku dan pengelola situs-situs rusak itu untuk ‘bersembunyi’ dari kejaran yang berwenang, entah dengan mengamuflase situs-situs hewani itu dengan menggunakan nama-nama yang jauh dari bau pornografi, atau faktor lainnya lagi.

Inilah kondisi negeri kita, sangat tragis memang. Kita tinggal di Negeri dengan jumlah mayoritas umat islam terbesar di dunia, akan tetapi praktek kehidupan bangsa ini (walaupun tidak seluruhnya), terasa jauh dari hakikat islam itu sendiri.

Tatkala ketaatan dan kesalehan umat mulai menurun atau bahkan mengalami degradasi, sedangkan di sisi lain kemaksiatan menjadi sesuatu yang “lumrah” atau “tren”, “best seller”, maka apa yang akan kita harapkan dari bangsa ini untuk ke depannya?

Bagaimana masa depan putra-putri kita nanti atau bahkan sekarang saja, dalam menghadapi fenomena krisis akhlak dan moral ini? Apakah mereka selamat dari semua ini? Mau ke mana generasi umat ini di masa depan, bila mereka tumbuh dari lingkungan dan kondisi seperti sekarang ini? Apakah kita mengharapkan akan tumbuh sosok seperti Umar bin Khattab, Khalid bin Walid, Shalahuddin Al-Ayyubi dan pejuang-pejuang islam lainnya sedangkan kehidupan sehari-hari kita terkepung oleh budaya dan gaya hidup seperti yang kita lihat selama ini?

Jalan dakwah masih panjang, tarbiyah umat perlu terus digencarkan, dibutuhkan kesabaran ekstra dan stamina yang tidak sedikit untuk mengubah kondisi yang ada. Kita harus berpacu menolak arus perusakan terhadap umat ini. Sudah saatnya kita rapatkan barisan dan satukan langkah, kita harus lawan semua ini, agar jangan ada korban, baik sekarang maupun di masa depan!

Jakarta, 14 Dzulqa’dah 1431/22 Oktober 2010

anungumar.wordpress.com