Dari Salman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tak ada yang dapat menolak takdir selain doa, dan tak ada yang dapat memperpanjang umur selain kebajikan.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2139. Al-Albani menganggapnya hasan lighairih dalam Shahih At-Targhib, no. 1639).
Ada beberapa hadits lain yang senada dengan ini dan menunjukkan bahwa takdir bisa dicegah dengan doa, tapi semuanya dha’if. Sedangkan hadits ini derajatnya hasan, sehingga bisa dipakai sebagai hujjah.
Bagaimana doa bisa menolak takdir padahal takdir sudah ditentukan?
Jawabnya, Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menciptakan takdir dan menciptakan pula sebabnya. Allah maha tahu apa yang akan terjadi nanti dan Ia tidak mungkin lupa atau kecolongan sehingga mengubah keputusan-Nya yang telah lalu. Tapi itu semua berada dalam dimensi ilahiyyah yang tak mungkin bisa diselami akal manusia yang serba terbatas ini. Maka tak perlu membahas masalah tersebut lebih lanjut.
Manusia hanya diperintahkan untuk melakukan sebab. Bila ingin mendapatkan rezki harus bekerja, tidak mungkin bisa kaya dengan bermalas-malasan. Nah, kerja adalah sebab dan rezki memang di tangan tuhan. Hanya orang kurang akal yang mengatakan, “Ah, buat apa bekerja bukankah rezki di tangan tuhan. Jadi, kalau saya sudah ditakdirkan kaya, maka saya akan kaya dengan sendirinya.”
Demikianlah doa, ia merupakan sebab yang diciptakan Allah untuk memperoleh keuntungan dan menolak kerugian, sama seperti kerja yang diciptakan sebagai sebab untuk mendapat kekayaan.
Kesimpulannya, takdir sudah ditetapkan dan tidak akan berubah dalam dimensi Allah. Ia hanya akan berubah dalam dimensi manusia. Manusia tidak boleh tahu apa yang sudah diputuskan Allah, tapi hanya harus berusaha untuk mendapatkan yang terbaik. Dan, Allah telah menunjukkan jalan terbaik untuk selamat dari keburukan yang kemungkinan besar akan terjadi, yaitu dengan doa. Itulah takdir dalam dimensi manusia, sesuatu yang sudah dipastikan akan terjadi, sehingga secara logika tak mungkin tertolak. Misalnya, ada yang sakit dan menurut dokter tinggal menunggu waktu saja dan tidak mungkin disembuhkan. Tapi, dengan doa siapa tahu terjadi keajaiban dan yang bersangkutan ternyata sembuh. Inilah maksud doa menolak takdir. Walahu ‘alam.
Kisah nyata:
Kisah ini dialami oleh salah seorang teman istri saya yang bekerja di PT Sanyo Electronics Cikarang. Dia menuliskan ceritanya khusus untuk penulisan buku saya ini, semoga Allah membalasnya dengan kabaikan.
Ia mengalami kehamilan pertama, dan ketika diperiksa oleh dokter ternyata janin yang ia kandung terinveksi virus rubella akibat sakit yang diderita sang ibu. Virus itu menyerang pada saat usia kandungannya 3,5 bulan. Hasilnya, sang bayi positif akan lahir dalam keadaan cacat, seperti buta, gangguan pendengaran dan lain sebagainya.
Beberapa kali ia berusaha memeriksakan kandungannya melalui USG. Menurut dokter yang memeriksa bayi tersebut memiliki kelainan kromosom di tengkorak belakang yang akan mengakibatkan anak itu jadi idiot setelah lahir nanti.
Dengan perasaan tak menentu sang teman ini berusaha untuk pasrah. Sampai pada saatnya untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di RSCM. Pada malam sebelum pemeriksaan itu dia bangun shalat tahajjud dan berdoa kepada Allah, dengan keyakinan penuh bahwa Allah pasti mendengar doa hamba-Nya yang kesusahan. Lalu dia juga berusaha bertawassul dengan meminum air zam-zam. Dan sangat mengejutkan bahwa hasil pemeriksaan di RSCM menyatakan bahwa sang janin sehat dan tidak terdapat kelainan apapun. ALLAHU AKBAR!
Bukan main gembiranya perasaan sang teman ini, dan dia merasakan betapa Allah maha baik bila diminta dengan ikhlas oleh sang hamba. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengenakan jilbab (sebelumnya dia tidak berjilbab) pasca melahirkan sebagai bentuk syukurnya kepada Allah Taala.
Dari sini ada beberapa hal menurut pandangan syar’i mengapa anaknya itu sembuh. Beberapa ikhtiyar yang dia lakukan adalah:
Dia berdoa
Dia pasrah pada keputusan Allah
Dia Shalat Tahajjud
Dia bertawassul dengan meminum air zamzam
Semua itu memang disunnahkan, dan masing-masing akan menyebabkan terkabulnya doa bila dilakukan ikhlas dan memasrahkan diri kepada Allah Ta’ala. Ini adalah salah satu makna hadits Rasulullah SAW di atas yang menerangkan bahwa doa bisa mengubah takdir. Maksudnya, takdir yang sudah diperkirakan bakal terjadi tapi masih mengandung kemungkinan lain. Wallahu a’lam.
Anshari Taslim.