Banyak pasangan yang ketika hendak menikah atau bahkan sudah menikah berangan-angan dan mengira hidupnya akan bak pangeran dan putri raja yang akan selalu tertawa bahagia bersama sampai akhir hayatnya. Jika seperti itu keadaannya, kenapa banyak sekali sekarang ini dalam usia pernikahan yang bisa dikatakan belum ada apa-apanya alias seumur jagung ato malahan seumur capung ,sudah mulai goyah bahkan bubar sekalian?
Jawabannya karena angan-angan kita yang terlalu muluk-muluk tanpa komunikasi dan kesabaran.
Dalam artian kita berpandangan bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja, bahwa pasangan akan selalu setuju dengan pendapat kita, bahwa kalau begini dan begitu tidak akan ada masalah (apalagi kalau suami sudah menetapkan maunya) . Itu pendapat kita…tapi kita lupa bahwa pasangan juga punya pikirannya sendiri, punya maunya sendiri, punya harapannya sendiri, punya cita-cita sendiri…
Kita selalu diperlihatkan bahwa cinta itu begitu indah tapi kita tidak pernah diajarkan bagaimana menangani masalah yang diakibatkan oleh cinta itu sendiri.
Maka dimulailah pertengkaran-pertengkaran yang sebenarnya kalau dipikir hanya masalah sepele (contohnya suami yang suka menaruh kunci motor atau mobil sembarangan atau habis membaca, bukunya dilempar begitu saja, atau istri yang lupa memasukan gula kedalam air teh, dsb) namun karena kurangnya pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, yang tadinya sepele akhirnya berkembang menjadi besar dan berubah menjadi masalah yang prinsip (merasa tidak dihargai, tidak disayangi..dsb)
Menikah dan hidup satu atap tidak serta merta menjadikan dua kepala yang berasal dari latar belakang yang berbeda menjadi satu kesatuan begitu saja. Semua nya butuh proses yang tidak sebentar bahkan bertahun-tahun tergantung dari individu dan komitmen pasangan itu sendiri (penulis sendiri membutuhkan waktu hampir 10 tahun untuk menjadi pasangan yang selalu saling merindukan dan menyadari bahwa dialah soulmate ku, setelah diawal-awal pernikahan penuh dengan guncangan).
Tidak ada yang instant dalam pernikahan!!! Yang seringkali terjadi adalah keegoisan dan ketidakperdulian serta menganggap remeh perasaan pasangan masing-masing mengakibatkan terkikisnya rasa cinta yang akhirnya berbuah benci dan muak terhadap pasangan. Pacaran dan mencoba saling mengenal satu sama lain sebelum menikah sama sekali bukan jaminan sebuah pernikahan akan langgeng, karena saat itu yang mereka lakukan hanya menutupi kekurangan diri dan bertopeng, akibatnya setelah menikah baru ketahuan belangnya.
Pernikahan itu sendiri sebenarnya adalah menyatukan dua insan, dua kepala, dua pikiran, dua perasaan, dua kemauan yang berbeda menjadi satu kesatuan, satu tujuan, satu misi dan visi kedepan. Nah…kalau hal itu tidak dibicarakan sejak awal-awal pernikahan bagaimana akan jalan? Sebuah organisasi atau perusahaan saja ada AD dan ADRT nya bagaimana pernikahan tidak? Yang direncanakan untuk seumur hidup sekali, sampai beranak cucu, sampai maut memisahkan…?Namun yang terjadi banyak pasangan menganggap remeh hal ini yang akhirnya berakhir perceraian.
Oleh karena itu, jangan sekali-kali menganggap remeh komunikasi dengan pasangan, apapun yang mengganjal dihati maka segeralah sampaikan…katakan keinginanmu dan dengar pula apa keinginan pasangan hidupmu, namun apabila dia masih belum bisa merubahnya maka bersabarlah sambil berdoa kepada Allah untuk kebaikan bagi dirinya,berdoalah kepada Allah untuk menyatukan hati kalian karena Allah karena Dialah Sang Pemilik Hati, karena dengan pasanganlah anda hidup bersama dalam suka dan duka sampai tua dan berkumpul disurga…InshaAllah