Nenek itu terlihat lagi di jalan, sudah beberapa kali ini saya berjumpa dengannya, nenek itu berkebangsaan Rusia dan sudah lama tinggal di Jerman. Namun tak pernah saya lihat dia bersama dengan suami atau anaknya.
Seperti biasa saya segera menghapirinya dan mengulurkan tangan saya, untuk berjabat tangan. Dia langsung menyambutnya dengan senyuman yang begitu manis, sambil memegang erat tangan saya dia berkata " Du bist noch yung " (kamu masih muda ), dengan suara yang hampir tidak terdengar dan wajahnya nampak terlihat agak muram. Lalu dia meneruskan ceritanya " Saya sudah tua, umur saya sudah 81 tahun, suami saya sakit dan tidak bisa lagi di ajak jalan-jalan, sedangkan anak saya sibuk sekali. " Ooo rupanya itu yang hendak dia ceritakan pada saya, namun setelah semua cerita itu selesai, wajahnya kembali ceria lagi, sambil memandangi anak saya satu persatu.
Tidak lama kemudian saya berpamitan, karena saya harus segera pergi. Di dalam mobil saya masih terus saja terbayang wajahnya, mungkin nenek itu ingin sekali di temani setiap saat jalan-jalan, atau mungkin sekedar untuk mendengarkan cerita-ceritanya. Saya jadi teringat kedua Orang tua saya yang sudah renta, beliau berada jauh di negri sebrang, saya tidak dapat memperhatikannya setiap saat.
Mungkin di saat tua inilah beliau membutuhkan kasih sayang, teman untuk bercerita, teman untuk mengeluh dan teman untuk mengajaknya jalan-jalan pagi.
Oh…Ibu maaf kan anak mu yang mungkin belum sempat membahagiakan mu, saya tengok anak-anak saya satu-persatu yang duduk di belakang, mereka berebut bicara untuk mengatakan kalau nenek tadi adalah, nenek dari temannya yang biasa bermain bersamanya.
Dulu ketika saya masih di Kassel dan harus menjalani Operasi, saya juga bertemu dengan seorang nenek yang mengeluhkan tentang anak-anaknya pula, kebetulan saya satu kamar dengannya. Dia mengatakan pada saya, " sekarang anak-anak kamu masih kecil-kecil dan masih nurut, serta masih memberi perhatian pada kamu, tapi nanti kalau anak kamu sudah besar, maka mereka tidak akan perduli lagi dengan kamu. Ini, contohnya saja saya, sudah seminggu saya berada di rumah sakit tidak ada satupun anak saya yang membesuk saya " sambil mengusap air matanya, nenek itu seakan tenang telah mendapat tempat untuk melepas semua kesedihannya.
Tanpa sengaja saya langsung berkata, " anggaplah saya anak kamu, saya akan memanggil kamu Ibu " terlihat wajahnya begitu ceria dan bahagia sekali, saya juga tidak menyangka, saya begitu entengnya mengatakan hal itu.
Saya berdoa semoga anak saya tidak seperti yang dia katakan, semoga anak-anak saya menjaga saya di hari tua, dan mentalkin saya ketika tugas saya di dunia ini telah berakhir, Semua itu sebenarnya tergantung dari bagaimana kita sebagai Orang tua mendidik anak-anak kita sejak kecil.
Ada beberapa teman saya yang berpendapat, bahwa anak-anak itu tidak boleh di larang, biarkan anak-anak kita bermain dengan senang, dan mengekspresikan kesenangannya. Padahal ketika dulu saya masih tinggal di Braunschweig, ada seorang Ustadz yang datang dan berceramah untuk kita-kita tentang pendidikkan anak dalam Islam, Beliau mengatakan :
" Anak-anak itu bagaikan kertas putih, bila kita menuliskan sesuatu pada kertas itu dan salah, ketika kita hapus maka akan ada bekas, walaupun mungkin tidak begitu terlihat, demikian juga halnya dengan anak-anak, mereka akan terus menyimpan semua yang terjadi di masa kecil, apa lagi bila si anak tidak di atur dan tidak di didik dengan baik, maka memori yang dia simpan adalah memori itu sampai si anak besar ".
" Dalam melarang anak-anak juga kita harus punya aturan, apakah ketika anak itu sedang menggambar atau menulis di tembok kita biarkan ?, kita larang dan kita beri tahu dengan baik dan kita juga memberi contoh ".
" itulah salah satu cara untuk mendidik anak-anak kita disiplin dalam berbagai hal ". Semua yang saya dengar dari beliau, menjadi bahan untuk saya dalam mendidik anak-anak saya, saya ingin anak-anak saya berakhlaq mulia dan menjadi anak yang sholeh.
bahkan beliau sempat memberi trik pada semua ibu-ibu yang mungkin cepat marah, agar ketika si anak bertingkah laku aneh sehingga membuat kita marah, maka peluklah erat-erat anak itu dan katakan padanya " Semoga kelak kamu jadi President nak ". Hal itu akan membuat kita terlupa akan marah dan si anak juga akan menjadi baik. Mengapa beliau mengatakan demikian?, karena terkadang bila si ibu marah suka lupa untuk mengontrol diri, sehingga perkataan yang keluar itu tidak bermanfaat, padahal setiap ucapan yang keluar dari mulut seorang ibu itu adalah doa.
Subhanallah begitu terkesan bagi saya untuk memahami hal ini, mungkin bagi sebagian orang tua mendidik anak adalah sesuatu yang sangat indah, karena baginya anak adalah anugrah yang terindah yang Allah berikan kepadanya. Namun ada juga mereka yang merasa kesulitan dalam mendidik anak-anaknya, semua itu tergantung pada niat. ( Innamal a´malu binniyat )
Kini saya tahu kenapa dalam Hadist Rosulullah mendahulukan nama Ibu yang harus di hormati setelah itu baru Ayah, karena ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya, seperti ibu-ibu yang berada di Palestina sana, mereka mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang pemberani, mereka di ajarkan untuk kuat dalam bertempur dan tidak boleh takut kecuali kepada Allah semata. Mereka menjadi anak-anak yang tangguh yang selalu siap kapanpun mereka harus kembali kepada yang Maha Kuasa, mereka juga harus siap bila di antara saudara atau Orang tua mereka harus syahid terlebih dahulu, padahal mereka ada yang seumuran dengan anak-anak kita, tapi mereka telah mempunyai azam yang sangat tinggi sejak kecil.
Ya Allah jadikanlah anak-anak ku, sebagai pengikut Rosulullah yang setia, dan jagalah mereka dari siksa api neraka.
Karena sesungguhnya mereka adalah titipan dari Mu dan amanah yang sangat berat bagi ku, maka berikanlah kemudahan bagi ku dalam mendidik nya. Amiin.
Rosululloh SAW bersabda : "Tidaklah orangtua memberikan kepada anaknya pemberian yang lebih utama selain dari pendidikan yang baik " (HR. Tirmidzi & Thabrani)
Firman Allah dalam QS. At tahriim : 6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6)
Teruntuk anak-anak Ummi tercinta di jalan Allah, maaf kan Ummi sayang, bila dalam mendidik kalian, kadang masih ada kekurangan.