Malam itu cuaca begitu cerah, terlihat indahnya rembulan yang bersinar temaram di angkasa. Sang angin bersemilir mendesir, hembusannya hingga menembus rongga-rongga dada. Dari kejauhan, terdengar suara adzan berkumandang bersahutan dari corong-corong masjid.
Seorang lelaki dengan baju koko putih berjalan menuju “rumah Allah” untuk menjalankan sholat berjamaah. Menghadap Ilahi Rabbi dengan sepenuh hati, ia pasrahkan segalanya pada Allah semata. Lelaki itu adalah Irfan.
Usai sholat Isya’, pemuda itu segera pulang ke rumah. Ia masih ingat jika malam ini ada janji untuk datang ke kostnya Ikrar. Irfan kemudian meluncur ke lokasi. Tak seberapa lama mencari, ia sudah bisa menemukan kost sahabat yang belum lama dikenalnya itu.
Sesampainya di depan kost, Irfan bertemu dengan seorang Ibu yang memakai kerudung berwarna abu-abu. Wanita yang sudah agak tua itu sedang duduk santai di sebuah kursi rotan di emperan.
"Assalamu’alaykum" Irfan memberikan salam kepada Ibu tersebut.
"Wa’alaykum salam", iya ada perlu apa mas?" Tanya Ibu itu.
"Maaf Bu mau ketemu sama mas Ikrar, betul ya di kost ini ada yang namanya mas Ikrar?"
"Oh iya ada mas, langsung masuk saja!, mas Ikrarnya ada di kamar paling ujung". Ibu itu menunjuk sebuah kamar.
Akhirnya Irfan pun bertemu dengan Ikrar. Mereka berdua ngobrol-ngobrol cukup panjang lebar. Teh hangat dan beberapa macam cemilan menemani perbincangan mereka berdua. Rupannya itu sudah disiapkan oleh Ikar sebelumnya untuk tamu istimewanya itu.
Mereka berdua juga membicarakan tentang perjuangan untuk menegakkan Islam.
"Akh, sebelumnya afwan ya, ada beberapa orang yang mengatakan kalau dakwah antm dan teman-teman antum itu hanya NATO (Not Action Talk Only) saja, gimana tanggapan antum akh?". Tanya Ikrar.
Mendegar pertanyaan sahabatnya itu, Irfan hanya tersenyum lalu mengatakan:
“Kalau mengaggap kami hanya NATO atau hanya berwacana saja, dan tidak melakukan tindakan riil itu juga tidak benar akh!”
Lalu Irfan menjelaskan dengan cukup detail.
"Pertama, wacana itu memang harus digulirkan, artinya seruan penegakkan syariah dan khilafah itu mesti disuarakan, agar masyarakat menjadi paham bahwa penerapan syariah secara kaffah merupakan tuntutan keimanan mereka, dan hanya dengan kembali mengamalkan syariah Islam secara kaffah lah umat ini bisa menjadi sejahtera dan mulia.
Sedangkan terkait aplikasinya tentu hal itu bisa direalisasikan jika daulah Islam atau khilafah itu tegak, sebab seperti yang kita ketahui bahwa syariah islam itu ada yang pengamalannya secara individu, seperti sholat, zakat dan lainnya, namun juga ada syariah Islam yang pengamalan bersifat struktural, Artinya aplikasinya harus melalui penegakkan daulah Islam. Padahal apa yang disuarakan, seperti sistem ekonomi Islam, politik Islam, sistem pidana Islam, dan solusi-solusi lain itu juga bersifat stuktural.
Sebagaimana yang lain, ketika ustadz Abu bakar ba’asyir, Habib Rizieq Syihab, ust. Ma’ruf Amin, ust. Mashadi, Ust Ihsan Tanjung, dan ustadz-ustadz yang lain ketika mereka misalnya menyuarakan bahwa seorang pencuri harus diberi sanksi sesuai dengan hukum Islam, maka beliau-beliau juga belum bisa mempraktekkannya. Sebab, semua itu yang bisa mengaplikasikan adalah sebuah institusi atau daulah Islam.
Dan tuntutan penerapan syariah Islam itu harus disuarakan, bukannya malah disembunyikan.
Allah telah mengingatkan: "Dan janganlah engkau mencampurkan yang haq dengan yang batil, dan janganlah engkau menyembunyikan yang haq itu, sedangkan engkau mengetahuinya". (QS. Al-Baqarah: 42).
Hayo siapa yang berani mengatakan, ketika utadz-ustadz tersebut sedang berceramah kemudian menerangkan tentang syariah Islam, terus bilang ‘jangan hanya berwacana saja ustadz!’.” Senyum Irfan.
"Terus jika ada pertanyaan lagi, seperti apa tindakan riilnya? ya dengan berbagai macam bentuknya, bisa dengan amal jamaah maupun amal fardhiyah,bisa berupa penyelenggaraan seminar-seminar, masirah, pembuatan majalah, buletin ataupun tabloid, kontak tokoh, dan masih banyak lagi. Itukan riil.
Karena itu, syariah Islam memang harus diwacanakan. Yang keliru adalah pihak yang tidak berani menyuarakan (mewacanakan) syariah Islam, bahkan cenderung menyembunyikan kebenaran, serta aplikasinya malah mempraktekkan sekulerisme demokrasi.
Kedua, jika yang dimaksud tindakan riil adalah berupa aktivitas sosial, maka meskipun aktivitas utamanya adalah mengajak masyarakat untuk kembali melanjutkan kehidupan Islam (isti’naf al-hayah al-Islamiyyah), namun juga bukan berarti meninggalkan hal itu, dan itu biasanya dilakukan dengan qodho’ mashalih umat, seperti membuka posko bencana dan lain-lain. Dan memang terkadang aktivitas-aktivitas sosial yang dilakukan teman-teman bukan atas nama jamaah, melainkan atas nama pribadi saja.” Irfan kembali tersenyum pada sahabatnya itu. Meskipun baru kenal belum begitu lama, namun mereka sudah tampak sangat akrab.
Ikrar mengangguk-angguk.
Petikkan Novel "Hari-hari Indah Aktivis Dakwah" By Ali Mustofa