Pernah suatu malam aku ikut bersama mereka jamaah masjid dalam qiyamullail. Dengan suara nyaring sang imam membaca ayat-ayat al-Qur’an membuat suasana malam menjadi begitu hidup dan indah. Imam memulai qiyamullailnya dari sekitar jam 1.30 malam hingga waktu sahur.
Setelah rangkaian qiyamullail para jamaah merapat kepada sebuah hidangan panjang berlapis terpal ditengah-tengah masjid untuk melakukan sunnah sahur. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw;“bersahurlah kalian karena pada sahur itu terdapat berkah”.
Selain nuansa-nuansa tersebut diatas, memasuki ramadhan disini juga terlihat pada awal-awal ramadhan berbarengan dengan penjualan fawanis dan tenda-tenda yang berjejeran seperti tadi disebutkan. Yaitu ketika masjid-masjid dibenah dan dihiasi.
Mereka biasanya mulai memasang lampu-lampu hijau di menara masjid dan lebih dari itu, masjid-masjid disini meskipun kecil dan peot tapi selalu ramai. Bahkan dibulan-bulan yang lain pun demikian.
Sehingga syiar ramadhan itu tampak semarak. Bersinar seperti riuhnya sinar lampu-lampu hijau yang melekat disetiap menara.
Dan berbagai syiar ramadhan lainnya yang tak mungkin diceritakan disini. Yang dapat kita ambil ‘ibrah dari cerita diatas adalah semarak ramadhaniyah yang tinggi, ditambah lagi jika dibarengi dengan sebuah pengamalan ibdahnya. Tidak hanya sekedar gembar-gembor tak karuan. Atau mungkin pesta besar-besaran seperti dilakukan banyak orang. Sementara itu ternyata tak lebih dari sebuah euforia belaka.
Disinilah kita sadari, betapa waktu itu bergulir begitu cepat. Seiring dengannya umat manusia pun banyak yang terlindas dan hanyut terbawa arus dahsyat sungai kehidupan. Waktu sehat membuatnya terkadang lalai. Hingga waktu sakit datang ia baru menyesal.
Ramadhan terasa baru saja kemarin. Suara imam shalat tarawih seakan baru saja minggu lalu lenyap. Suara piket membangunkan sahur seakan bangun kembali dari tidur pulas karena bergadang dan sekarang kembali membangunkan kita untuk sahur.
Terasa belum lama ini Mufti Mesir, Syekh Ali Jum’ah mengundang perwakilan dari penduduk (termasuk pelajar dan mahasiswa/wi asing) untuk hadir dalam acara pengumuman hasil ru’yah al-hilal ramdhan, satu hari yang lalu undangan resmi itu kembali hadir, kontan saja membawa kita terjaga. Ternyata bulan suci itu sudah didepan mata.
Itulah sebabnya Rasulullah saw bersabda;”ada dua nikmat yang raib darinya kebanyakan orang;nikmat sehat dan waktu lapang” (HR.Bukhari). Agar kita benar-benar pandai istifadah dari sebuah kesempatan. Terutama momentum itu adalah bulan ramadhan. Bulan yang dimana terdapat didalamnya satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Semoga ramadhan kali ini menjadi lebih berarti dan mampu membekali kita untuk menata perjalanan singkat kehidupan. Karena untuk melukis keutamaan, keagungan dan keindahan bulan ramadhan itu butuh waktu dan ruang lebih.
Barangkali cukuplah kita tadaburi bersama sabda Rasulullah saw berikut;”andai umatku mengetahui apa sebenarnya yang terdapat didalam bulan ramadhan (keutamaannya), niscaya ia akan berharap setahun penuh itu adalah diisi oleh bulan ramadhan seluruhnya.” Dengan demikian mungkin bisa memotivasi kita agar tidak menyia-nyiakan kesempatan brilian untuk menuai berbagai kebajikan dibulan mulia ini. Semoga..[]
Wallahu a’lam bisshawab
Bu’uts, 19 Agustus 2009