Rasulullah SAW bersabda: "Siapa saja yang mendirikan shalat ‘Isya berjama’ah maka (ia mendapat pahala) seolah-olah mendirikan shalat separuh malam, dan barang siapa menunaikan shalat Subuh berjama’ah maka (ia mendapat pahala) seumpama mendirikan shalat sepanjang malam. (HR: Muslim)
SMS yang berisikan hadits di atas masih saja tersimpan di ponselku. Terhitung lebih sebelas bulan sudah. Enggan untuk menghapusnya. Sejak SMS itu, kini meninggalkan shalat subuh berjama’ah bukan lagi suatu hal yang ringan buatku. Menyesal, seperti memikul beban berat ketika luput dari jama’ah.
Seorang temanku bercerita. Dulu ia pernah sakit keras. Kurang lebih empat bulan lamanya ia terbujur tak berdaya, berpindah-pindah rumah sakit, tapi penyakitnya tidak juga sembuh. Penyakit yang membuat kedua orang tuanya hampir putus asa. Anehnya, tertimpa penyakit selama itu tidak membuatnya terlihat menderita. Hari-harinya diisi dengan wajah optimis, ia terus saja terlihat bersemangat mengejar kesembuhan. Kedua orang tuanya yang sangat iba melihat keadaannya pun heran melihat semangat anaknya itu. Ia mengungkapkan bahwa penyebab yang menjadikannya tetap terlihat bahagia adalah pesan singkat yang dikirim oleh sahabatnya melalui ponsel, berbunyi hadits Rasulullah SAW: "Jika Allah mencintai seorang hamba, Ia akan mengujinya".
Ajaib memang. Sebuah ungkapan yang tersusun dan terangkai dari beberapa kata, ketika menyentuh sanubari dan terpatri di dalam hati seseorang akan memberi pengaruh besar terhadap kehidupannya.
Hidayah Allah memang sulit ditebak. Sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh-Nya. Paman Rasulullah SAW yang mati-matian membela dakwah kenabian, meninggal dalam keadaan tidak beriman. Miris memang, ketika dia menghadapi detik-detik akhir menjelang penghujung hayatnya, dan disaat itu pemimpin umat, pembawa risalah kenabian, makhluk paling mulia berada di sampingnya berusaha menuntunnya untuk mengucapkan kalimat tauhid. Jika bukan karena sebuah ungkapan terlontar saat itu mungkin dia akan menjadi menjadi orang yang paling beruntung. Sebuah ungkapan yang menghalanginya merenggut kenikmatan abadi di surga. Sebuah ungkapan yang keluar dari mulut sahabatnya salah seorang pembesar Quraisy yang kufur.
"Apakah engkau sudi meninggalkan agama nenek moyangmu"
Lihat juga bagaimana dengan Umar RA!. Tidak diragukan lagi keutamaannya di sisi Rasulullah. Salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga oleh Rasul. Khalifah kedua yang meneruskan risalah kenabian. Lihatlah! Ketika beliau tidak mampu mengendalikan diri disaat mendengar kematian orang yang paling dicintai olehnya bahkan lebih dari dirinya sendiri. Kabar yang membuatnya kalut sehingga menolak kenyataan. Lalu datanglah Abu Bakar RA menenangkannya, tapi ia tetap tidak mau mendengar. Akhirnya Abu Bakar RA berteriak dengan lantang menyatakan kebenaran: "Siapa saja yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya ia telah mati. Dan siapa saja yang menyembah Allah maka Ia akan tetap hidup, tidak akan pernah mati" lalu Abu Bakar melantunkan ayat: "Tidaklah Muhammad itu kecuali hanya seorang Rasul. Sesungguh telah berlalu sebelumnya para Rasul. Maka apabila ia wafat ataupun dibunuh apakah kamu akan kembali kepada (kekufuranmu) yang dahulu" (QS: Ali ‘Imran: 144). Mendengar ucapan Abu Bakar RA, Umar RA langsung tersadar. Tubuhnya gemetar sehingga ia tersungkur menerima kebenaran. Seolah ayat itu baru pertama kali didengar olehnya.
Sifat lalai dan lupa selalu saja menghiasi manusia. Tidak ada yang sanggup menghindarinya kecuali hanya orang-orang yang dikehendaki oleh Allah. Oleh karenanya syari’at menganjurkan kita untuk selalu mengingatkan, menasehati, mengajak berbuat kebaikan serta melarang berbuat keburukan.
Salah seorang aktivis dakwah pernah bercerita tentang seorang raja. Suatu malam raja itu terlihat gelisah, sudah berjam-jam ia mencoba untuk terlelap. Tapi matanya tetap saja enggan terpejam. Akhirnya ia memerintahkan kepada para pengawalnya untuk berpatroli ke seluruh wilayah kerajaan dan memerintahkan seluruh rakyatnya supaya tidak tidur pada malam itu. Dengan membawa titah raja akhirnya para pengawalnya pun berpatroli. Membangunkan para rakyat yang sedang tertidur pulas dan mengeluarkan mereka dari rumah-rumahnya. Mereka menyisir penduduk dari rumah ke rumah. Dengan sabar mereka membangunkan para penduduk.
Lalu aktivis dakwah itu bertanya kepada jama’ah: "Bapak-bapak sekalian! Mungkinkah pada malam itu ada yang tertidur?" Para hadirin terlihat bingung lantas da’i itu melanjutkan: "Tentu saja malam itu ada penduduk yang terlewat dari pantauan para pengawal dan tetap tidur, begitu juga setiap kali mereka berpindah dari satu rumah ke rumah penduduk yang lain. Boleh jadi ada penduduk yang telah bangun dari tidurnya kembali lagi masuk ke dalam rumahnya dan melanjutkan tidur saat para pengawal meninggalkan rumah mereka. Lalu siapakah yang tidak mungkin tertidur pada malam itu?" Sang da’i diam sejenak memperhatikan jama’ah yang hadir lalu berucap:
"Para pengawal. Ya! Para pengawal tidak mungkin tertidur karena mereka sibuk berpatroli dan membangunkan penduduk. Demikianlah orang yang sibuk mengingatkan orang lain untuk selalu menebar kebaikan, orang-orang yang selalu mengajak orang lain mendekatkan diri kepada Allah, orang-orang yang terus menasehati orang-orang di sekelilingnya untuk waspada terhadap kematian dan siksa kubur. Ia akan terus terjaga dan tidak mudah lalai dari mengingat Allah".
Betapa beruntungnya saat Allah menganugerahkan kepada kita keluarga, tetangga, sahabat-sahabat yang tidak segan mengingatkan saat kita lalai. Yang selalu memperhatikan kekurangan kita dan segera meluruskan saat kita berbuat salah. Dan alangkah meruginya saat kita hanya mementingkan diri sendiri dalam ibadah, egois, tidak peduli dengan orang-orang di sekeliling kita. Hanya memikirkan keshalihan pribadi, menyelamatkan diri sendiri dan lupa terhadap orang lain.
Maha benar Allah dalam firmannya: "Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan mereka saling berwasiat dalam kebaikan dan saling berwasiat dalam kesabaran" (QS: Al-‘Ashr: 1-3)
Semoga Allah selalu membimbing dan menuntun kita untuk terus mampu melihat kebenaran yang terpampang jelas di hadapan kita.
Madinatul Buuts Islamiyah
Kairo, 06 November 2010
email/ fb: [email protected]