Dalam hidup dan kehidupan, manusia yang ingkar jauh lebih banyak di dibandingkan manusia yang beriman, manusia yang imannya teguh dan tetap istiqomah lebih sedikit lagi, dan yang lebih khusus dari yang khusus lebih sedikit lagi, dan itu akan lebih sedikit lagi bila di negara-negara di Eropa atau Amerika, juga di Rusia.
Allah SWT Yang Maha Baik kepada manusia, banyak yang tidak mengakui keberadaan-Nya atau ingkar kepadaNya.
Allah tidak marah pada manusia-manusia yang ingkar akan keberadaanNya. Dia memberikan kebebasan untuk patuh atau ingkar kepadaNya. Bahkan yang sering terlihat di negara-negara yang mayoritas isinya orang-orang yang ingkar kepadaNya, justru kehidupannya lebih makmur, sejahtera dan jarang terjadi bencana alam.
Sebaliknya di negara-negara yang jelas-jelas mayoritasnya muslim, kemakmuran dan kesejahteraan seakan jauh panggang dari api, kerusuhan, pertentangan, kericuhan dan sebaginya terjadi di mana-mana. Kehidupan yang sulit ditemukan di mana-mana, namun orang yang beriman tak akan pernah kuatir yang membabi buta, karena dia yakin setiap persoalan, kemiskinan, penderitaan, bencana dan sebagainya atau betapapun sulitnya hidup dan kehidupannya, dia yakin Allah SWT akan memberikan jalan keluar yang terbaik baginya.
Orang yang beriman yakin betul, bila dalam hidup penuh dengan duka dan kesedihan, dia tak putus asa, karena tetap saja masih ada harapan, karena ada Dia di mana-mana. Orang beriman tak akan protes, kok orang-orang yang jelas-jelas kapir, mengapa hidupnya makmur ? Atau mengapa hidup sudah berlaku dan bertindak baik, tapi juga masih ada saja orang yang tak suka, masih ada aja yang membenci dan iri hati ,dengki bahkan mempfitnah.
Begitu juga dalam pergaulan hidup, kamu sudah berhati-hati, eh masih ada saja, kerikil-kerikil tajam menusuk kaki, karena siapa tahu orang yang didepanmu tersenyum manis, tapi dibelakangmu akan mengejek habis-habisan. Atau hati-hati terhadap orang yang menjelek-jelekan orang lain di hadapanmu, karena pada gilirannya orang tersebut akan menjelek-jelekan kamu di depan orang lain.
Kamu benar saja, masih banyak orang yang tak suka padamu, apalagi kamu berbuat salah dan penuh dengan kesalahan. Namun jangan kwatir, yang pernah disakiti, dihina, dicaci, dimaki bukan cuma kamu, tapi banyak orang lain lagi, kamu sih belum apa-apa dan belum di apa-apakan oleh orang-orang tak suka padamu.
Bagi orang beriman yang tingkatannya sudah di atas rata-rata, maaf, diludahi dan dicium itu sama, dicaci dan dipuji itu sama, difitnah dan dipuja itu sama, disakiti dan disanjung itu sama, dijauhi dan didekati itu sama, dibenci dan dicintai itu sama, disambit dan disambut itu sama, dipenjara dan dibebaskan itu sama, baginya sama kedaan tak merubah dan mempengaruhi dirinya.
Semua di hadapi dengan selalu bersandar kepadaNya, dia lenyap bersamaNya, di fana bersamaNya, dia tak peduli segala apa yang berkenaan dengan pujian atau cacian. Semuanya itu hanya bumbu-bumbu dunia, dia lebih terfokus pada Yang Maha Menyintai MakhlukNya.
Bila dia mendapat berita tidak enak atau mengalami duka cita yang mendalam, atau mendapat musibah yang tak habis-habisnnya, dia tak menyimpan segala duka dan kesedihan itu, dia lenyapkan segera sumber penyakit itu.
Jangan menyimpan penyakit, segera lupakan. Hidup mudah, kok dibuat susah. Tuhan saja tak mau membuat susah umatNya. Rosulpun bersabda: Permudahlah, jangan persulit!
Bila masa lalumu penuh dengan kesulitan dan kesusahan, penuh dengan ejekan dan hinaan, penuh dengan kesia-siaan dan disia-siakan. Penuh dengan barang-barang bekas! Dipindahkan dari satu kamar ke kamar lain tanpa bisa berkata apa-apa.
Masa kecil penuh dengan penyakit dan disakiti. Masa lalu suram, jika sekarang juga suram, lalu kapan kamu senang ? Kapan kamu bahagia? Biarkan masa lalumu yang penuh duka itu, kami masih memiliki hari ini dan hari depan!
Jangan biarkan duka masa lalu jadi bumerang yang menghantammu, biarkan duka itu terkubur dalam sejarah hidupmu. Belajarlah dari duka masa lalu, agar tak menjadi duka hari ini dan masa depan. Jadikan duka masa lalu untuk obat masa kini dan masa datang.
Jadikan duka masa lalu cermin untuk berkaca pada masa kini dan masa depan. Ingat dihadapanmu ada Allah SWT dengan kasih sayangNya.
Yang jelas, segala suatu kejadian apapun, seperti bencana alam, ada hikmahnya, yang kelihatannya buruk, sedih, duka, nelangsa, derita dan sebagainya. Allah menjanjikan dalam kitabNya bahwa tak ada sesuatupun di alam semesta ini yang diciptakanNya dengan sia-sia, semuanya ada hikmahnya.
Yang terbuangpun punya hikmah, yang kotorpun ada hikmahnya. Sampah punya hikmah, racun punya hikmah, terhina ada hikmahnya, dicaci ada hikmahnya, dikucilkan ada hikmahnya, di dalam dukapun ada hikmahnya begitu seterusnya.
Hikmah itu akan di dapat bagi yang mau mencari di balik setiap peristiwa, bagi yang mau berpikir, bagi yang mau merenung, bagi yang tidak berputus asa terhadap segala macam ujian dan cobaan yang betatapun pahitnya.
Dalam situasi dan kondisi apapun Allah SWT menyediakan hikmah/rahasia di dalamnya. Maka pandai-pandailah mencari hikmahNya. Coba kembali melihat masa lalu, ketika lahir toh kamu tak membawa apa-apa, lalu kenapa pusing tak punya apa-apa. Matipun tidak membawa apa-apa.
Saat duka melanda jiwa, derita menghantam segala daya dan saat seakan dunia begitu sempit, yakinlah ada anggrek di dalam hutan lebat, ada mentari di balik kabut, ada cahaya di balik kegelapan, ada tawa di balik tangisan, ada bahagia di balik duka, ada kemudahan dibalik kesulitan, ada mutiara dalam lumpur yang hitam pekat, lalu mengapa kamu bersedih ?
Kamu harus siap mati untuk tetap hidup. Ini kelihatannya aneh, untuk tetap hidup kok harus mati ? Sepertinya sebuah kontradiksi, namun bila mau dikaji lebih mendalam akan ditemukan hikmah yang luar biasa, kok bisa ?
Karena orang yang sudah siap mati, akan lebih mudah untuk menghadapi hidup dan kehidupan, bagaimana tidak, mati saja dia siap kok, apa lagi hidup.
Kembali ke segala macam hinaan dan duka yang melanda, itu semuanya belum apa-apa, jika kita mau menengok sejarah para pejuang kebenaran. Betapa banyak tokoh dalam sejarah yang benar-benar siap mati dan dimatikan demi mempertahakan kebenaran yang diyakininya. Lain waktu kita bahas yang satu ini.
Sekian.