Sa’id bin Jubair tidak bersedia masuk ke dalam gereja. Ia memilih menghabiskan malam di luar bangunan. Kaki dan tangannya diikat pada sebuah pohon. Dan benar saja, saat gelap menyelimuti bumi, singa itu muncul mencari mangsa.
Para prajurit sudah menduga Sa’id bin Jubair akan diterkam singa. Alangkah terkejutnya mereka saat mendapati singa itu duduk di dekat sang ulama seakan mendengar dengan ta’zim dzikir yang sedang dideraskannya.
“Kehebatan” Sa’id bin Jubair menundukkan singa itu membuat para prajurit gentar. Mereka baru menyadari kalau yang ditangkap itu benar-benar orang sholeh. Namun, mereka tak punya kuasa melawan perintah atasan.
Singkat cerita, akhirnya Sa’id bin Jubair dihadapkan pada Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Sama dengan kejadian bertemu singa buas di tepi hutan, Sa’id bin Jubair sama sekali tidak menunjukkan ketakutannya.
Ia tak gentar menghadapi cercaan pertanyaan yang diajukan sang penguasa. Ia bahkan masih bisa menjawab dengan jawaban menohok seperti dialog di bawah ini.
“Pilihlah cara matimu, Sa’id!” perintah Hajjaj.
“Terserah engkau, hai Hajjaj! Demi Allah, engkau tidak akan membunuhku melainkan Allah pasti akan membunuhmu dengan cara yang sama di akhirat kelak.”