Ahmad baru saja menghidupkan komputer ketika Rino datang bersama istri dan putri tunggalnya. Sebelumnya mereka memang sudah berjanji akan bersilaturahmi, sekaligus meminta lagu-lagu Islami untuk di-copy ke handphone(HP) multi media yang baru mereka beli. Ada ratusan lagu-lagu Islami dari beberapa penyanyi tersimpan dalam komputer Ahmad, baik yang berbahasa Indonesia, daerah maupun bahasa Arab.
Ahmad mempersilahkan tamu-tamunya masuk, kebetulan istri dan anaknya baru saja selesai belajar. Setelah berbasa-basi sebentar, Ahmad kembali ke komputernya untuk meng-copy lagu-lagu yang Rino inginkan. Sementara Rino yang awam komputer memilih tetap di ruang tamu, ngobrol dengan istri dan putri Ahmad. Mereka memang sudah saling mengenal dengan baik. Putri mereka sekolah di SD (Sekolah Dasar) yang sama, bahkan satu kelas hingga kelas tiga. Setelah naik ke kelas empat, pihak sekolah menyeleksi dan mereka mendapatkan kelas yang berbeda. Anak Ahmad tetap di kelas A, sedang anak Rino dipindah ke kelas C.
Ahmad memilih lagu-lagu yang sesuai dengan selera Rino dan meng-copy-nya ke dalam memory card mungil berkapasitas 1 GB (gigabyte). Awalnya proses peng-copy-an berjalan lancar, namun Ahmad heran karena proses peng-copy-an tiba-tiba terhenti ketika baru sekitar lima puluh lagu berhasil di-copy. Muncul satu peringatan di monitor bahwa memory card sudah penuh, harus menghapus beberapa file bila proses peng-copy-an ingin dilanjutkan. Semestinya, menurut perhitungan Ahmad tak kurang dari dua ratus lagu bisa ia masukan ke dalam memory card yang terbilang masih baru ini.
“Kamu hapus saja file-file yang menurutmu tidak perlu. Atau ganti saja lagu-lagu yang sudah ada dengan semua lagu Islami yang kamu punya,” instruksi Rino dari ruang tamu saat Ahmad memberi tahu bahwa hanya sedikit lagu yang bisa copy karena memory sudah tidak muat lagi.
Ahmad mengecek sekali lagi kapastias memory card yang masih tersedia. Benar, hanya tinggal beberapa MB (megabyte) bahkan untuk satu lagupun tak cukup. Ahmad mulai memeriksa file apa saja yang sudah dimasukan ke dalam memory card sahabatnya ini. Pertama Ahmad melihat file yang tersimpan dalam folder foto. Tidak terlalu banyak file tersimpan di sana, hanya ada beberapa wallpaper dan foto keluarga dan putri mereka. Di folder audio Ahmad hanya menghapus belasan lagu karena memang tak banyak file mp3 tersimpan di sana. Ketika melihat folder video, Ahmad merasa curiga dengan folder berjudul `xxx’ di sana. Bahkan masih ada folder lagi di dalam folder tersebut. Folder di dalam folder. Sepertinya ada file yang sengaja disembunyikan di sana.
Kecurigaan Ahmad terbukti. Ada puluhan bahkan mungkin ratusan file berjenis 3gp tersimpan di sana. Dari judul-judul filenya, Ahmad tahu bahwa file-file tersebut adalah file video porno. Astaghfirulloh! Rino menyembunyikan video porno di HPnya!
“Ada banyak virus berbahaya di HPmu, harus secepatnya dibersihkan! Setelah itu baru peng-copy-an bisa dilanjutkan!” Ahmad memberitahu Rino tanpa menyebut virus —video porno— yang ia maksudkan. Ahmad tak ingin menjatuhkan Rino di depan keluarganya, juga anak dan istri Rino yang mudah-mudahan belum tahu keberadaan file-file ‘beracun’ ini.
“Tolong bersihkan, dan copy lagu sebanyak-banyaknya!” jawab Rino tak beranjak dari ruang tamu. Ia awam dan enggan berurusan dengan komputer. Padahal jika Rino mau, Ahmad bersedia memberikan bimbingan gratis belajar komputer kepada Rino, juga anaknya.
“Ya!” jawab Ahmad cepat.
Tanpa perlu bertanya dua kali, Ahmad menghapus video-video porno yang ia sebut dengan ‘virus’ dari memory card Rino. Selesai membabat habis semua file mesum, Ahmad melanjutkan peng-copy-an lagu yang tersisa. Tiga menit kemudian Ahmad sudah kembali ke ruang tamu, mengembalikan memory card yang sudah ia isi dengan lagu-lagu Islami.
“Terima kasih Mad. Ngomong-ngomong virus dari mana ya, padahal aku beli HP berikut memorinya kan baru seminggu?” tanya Rino sambil memasukan memory card ke dalam HPnya.
“Saya tidak tahu, tapi yang jelas virus dalam folder ‘xxx’ itu sangat berbahaya!” Ahmad memberi penekanan saat menyebut folder ‘xxx’.
Seperti yang Ahmad duga, Rino tak dapat menyembunyikan rasa malu dan terkejutnya ketika ia menyebut folder ‘xxx’ tersebut. Rino tak menyangka file-file yang sudah disembunyikan sedemikian rupa, bahkan dalam folder ganda, akhirnya ketahuan juga oleh sahabatnya.
Melihat kegugupan Rino, Ahmad jadi teringat dengan salah satu rekan kerjanya, si Rusdi. Hampir sama kronologisnya, Rusdi juga menyembunyikan file-file ‘beracun’ dalam flashdisk-nya, seperti si Alan yang menyimpan ratusan video porno di laptopnya. Astaghfirulloh!
Bisa jadi Rino bukanlah orang pertama dan satu-satunya yang menyimpan file-file porno baik berupa gambar maupun video di HPnya. Juga Rusdi dan Alan di flashdisk dan laptopnya. Entahlah, tapi sulit percaya jika mereka mengaku tidak ‘menikmati’ file-file tersebut. Jika tidak untuk ‘dinikmati’, untuk apa file itu disimpan, bahkan dengan berbagai upaya sengaja disamarkan dan disembunyikan.
Apapun jenisnya, file-file porno itu mengandung virus dan racun yang sangat berbahaya dan cepat atau lambat akan menimbulkan kerusakan yang luar biasa. Gambar atau video porno barangkali memang tidak akan merusak HP, flashdisk, komputer atau laptop karena virus ini bukanlah virus seperti yang dimaksudkan dalam dunia TI (Teknologi Informasi). Tapi gambar atau video porno adalah virus dan racun yang sangat berbahaya bagi moral manusia. Tak ada manfaat yang didapat, kecuali hanya mengundang maksiat. Terlalu sering kita mendengar berita pemerkosaan, perzinahan yang diawali karena sang pelaku melihat file-file semacam ini. Nau’zubillah!
Jika sama sekali tak mendatangkan manfaat, bahkan mengundang maksiat, untuk apa file-file itu dibiarkan tersimpan bahkan dengan berbagai upaya sengaja disamarkan, disembunyikan agar tidak diketahui pihak-pihak tertentu.
Ingatlah bahwa Allah Maha Tahu, dan selalu ada jalan untuk membongkar sebuah kemungkaran, serapi apapun disembunyikan. Seperti yang terjadi pada Rino, ia tak menyangka kalau kedatangannya ke rumah Ahmad untuk meminta lagu-lagu Islami justru menjadi jalan untuk membuka aib di depan sahabatnya.
Demikian juga yang terjadi pada Rusdi dan Alan. Dan bukan tidak mungkin, jika racun-racun semacam ini dibiarkan tetap ada, satu waktu dengan jalan yang tak pernah diduga, keluarga atau bahkan anak-anak yang masih belia akan melihatnya. Astaghfirulloh! Banyak kasus semacam ini sudah terjadi, jangan tambah lagi.
Bagaimana akan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak jika racun itu bukan saja sudah merusak dirinya, tapi juga keluarganya?
Menyimpan wallpaper, lagu-lagu atau aplikasi Islami di tempat yang sama tidak akan menawarkan racun yang ada. Jalan yang tepat adalah membuang apapun konten yang bernilai negatif sekarang juga dan jangan pernah lagi menyimpan file-file porno apapun jenisnya.
Terlalu banyak dosa-dosa yang terlanjur dilakukan mata, tangan dan telinga, jangan tambah lagi dengan menyimpan dan menikmati file-file beracun semacam ini. Buang sekarang juga atau penyesalan akan datang karena racun-racun itu terlanjur menunjukan efeknya, kehancuran di dunia.
Astaghfirulloh! (Masih) adakah file-file beracun tersimpan di HP, flashdisk, komputer, laptop, rak CD (Compact Disc) dan atau lemari majalah Anda? Buang sekarang! atau Anda dan keluarga akan menjadi korban keganasannya. Nau’zubillah!
*Ide tulisan ini adalah kisah nyata, tapi tokoh bukanlah nama yang sebenarnya.