Ada apa sebenarnya? Allahu a’lam. Manusia tidak sanggup menyelami sisi batiniah sesamanya secara purna selain yang kasat mata zahirnya belaka.
Hal yang tetap harus ditumbuhkan, bahwa seorang muslim menjadi kuat karena keta’atannya pada Allah dan kekhusyu’annya dalam ibadah. Tetapi godaan agar seorang muslim tetap menjadi kuat dalam ketaatan dan ibadahnya datang bertubi-tubi dari depan, belakang dan dari arah samping kanan-kirinya.
Semakin kuat seorang muslim dalam ketaatan dan ibadahnya, semakin kuat godaan menimpanya. Tetapi semakin ikhlas dan istiqomah dalam ibadahnya itu, semakin dia kebal godaan seberapa besarpun godaan itu menghampirinya. Setan sang penggoda pun mengakui hal ini:
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka” (terjemah QS. Al Hijr [15] : 39-40)
Sekarang, maksiat banyak dipoles halus dan menjadi samar. Kemasannya mirip-mirip agama. Tampilannya bukan lagi hitam seperti hitamnya khomer, judi, zina, fitnah, membunuh, mencuri, korupsi atau berbagai wajah kezaliman manusia atas manusia.
Begitu samar dan halusnya, salah-salah, banyak di antara kita yang terjabak bahkan tanpa sadar terkagum-kagum lalu mengikuti tanpa reserve. Tahukah kita kemaksiatan model itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah kemaksiatan ilmu.
Kemaksiatan ilmu adalah penyelahgunaan kecerdasan untuk melawan Tuhan. Kitab suci kalam Tuhan sudah sampai kepada kita, misalnya bahwa diharamkan wanita muslimah dinikahkan dengan pria non-muslim.
Tetapi orang cerdas itu berani membalikkan hukum itu bahwa untuk konteks zaman sekarang pernikahan antar iman itu adalah halal demi kerukunan dan toleransi. Demi menyesuaikan konteks supaya Islam tidak ketinggalan zaman, begitu katanya. Atau keberanian salah seorang di antara mereka yang menumpahkan pemikiran bahwa lesbi, homoseksual dan pernikahan sesama jenis adalah halal, sebab di mata Tuhan orang dipandang mulia karena takwanya, bukan karena orientasi seksualnya.
Ada lagi mereka yang mengagumi pemikiran Barat sekuler dan menerimanya bulat-bulat tanpa kritik, tetapi getol mengktirik para ulama bahkan menghina para sahabat. Kemaksiatan dalam bentuk ini lebih buruk pengaruhnya dari sekedar mencuri seekor ayam, yang paling-paling bonyok digebukin orang sekampung lalu masuk penjara.
Bagaimana jika seseorang sudah terlanjur menjadi muslim STMJ, alias sholat terus, maksiat jalan? Yang pasti, memilih berhenti jadi muslim adalah keliru (na’udzubillaah). Tetapi terus menjalani lakon sebagai muslim STMJ juga tidak benar.
Yang benar, tanggalkan predikat itu, ganti dengan predikat muslim kaaffah. Meskipun untuk menuju ke arah sana, perlu waktu dan kesabaran yang tidak sedikit.
Beberapa hal yang mungkin dapat membantu jiwa keluar dari belitan maksiat dan supaya tetap pada ketaatan misalnya dengan bertobat. Taobat merupakan sarana dan fasiltas kemurahan Allah untuk manusia yang tidak mungkin sepi dari kesalahan. Dan Allah tidak pernah menutup pintu maaf untuk ummat yang rindu pada ampunan-Nya meskipun dosanya sundul ke langit. Percayalah, Allah bersama persangkaan hamba kepada-Nya, dan Allah bersamanya ketika dia mengingat-Nya.
Demi Allah, Allah sangat gembira menerima taubat seseorang, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang di suatu tempat yang luas. Barangsiapa mendekat kepada-Nya sejengkal, maka Allah akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Nya sehasta, maka Allah akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepada-Nya dengan berjalan, maka Allah akan datang kepadanya dengan berlari. Demikian seperti bunyi riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya.
Kita hanya manusia biasa yang mencoba mengikuti manusia-manusia pilihan Tuhan. Lagi pula, manusia paling istimewa juga pernah menyatakan, bahwa sebaik-baik manusia bukanlah yang tidak pernah berbuat dosa, melainkan mereka yang bertaubat dan memperbaiki kesalahan dan dosa-dosanya. Karena itu, tidak ada manusia yang paling sombong selain orang yang selalu merasa benar dan tidak mau bertobat.
Pertobatan harus diiringi dengan penyesalan dan tekad kuat untuk tidak lagi mencicipi kesalahan yang sama dan berulang. Setelah itu, menghiasai diri dengan berbagai kebajikan yang dapat menghapus dan menutupi kesalahan yang lalu-lalu. Tentu, semua kebajikan itu benar-benar dilandasi dengan keikhlasan dan dilakukan dengan benar.
Jangan kira, tarikan magnet maksiat akan berhenti, bahkan bisa jadi semakin menggila. Maka langkah selanjutnya memasang ”alarm” ihsan untuk tetap mengingatkan kita bahwa ada Rakib dan ’Atid yang mengapit di kanan dan kiri. Meskipun mereka tidak nampak, in lam takun taraahu fainnahuu yarook. Mereka mengawasi, mengaudit setiap amal bahkan sekedar lintasan maksud di dalam benak.
Siapapun tidak bisa sendirian melawan kemauan nafsu yang berupaya menjauhkan dirinya dari Allah. Ia butuh teman, maka sebaiknya berkumpul dan bertemanlah dengan orang-orang soleh.
Orang-orang yang bisa menstimulasi berbuatan ma’ruf kepada sahabatnya. Dan mereka yang sabar tanpa pamrih mengingatkan kawulanya jika sudah mulai lagi bermain-main di bibir jurang kemaksiatan.
”Teman” yang paling konsisten memberikan kekuatan untuk tetap menjadi muslim kaaffah adalah Allah (ma’iyah). Dialah satu-satunya zat yang tidak bosan, tidak tidur, tidak lelah, tidak lalai dan tidak marah menuntun setiap manusia yang tengah terasing.
Dengan Do’a dan meminta ma’unah-Nya, adalah wasilah untuk tetap akrab pada-Nya dan setia dalam taat pada-Nya. Allahu a’lam.
Ciputat, Nompember 2010.