Akhir-akhir ini ada satu kata yang sering digaungkan oleh team kampanye dari Republican Party (Partai Replublik) bahwa John McCain dan pasangannya Sarah Palin adalah sebagai “The Real Maverick”. Tentu saja klaim ini ditolak oleh lawan mereka Barack Obama dari Democrat Party (Partai Demokrat) yang sejak awal telah menggaungkan motto “Change” (Perubahan) sejak awal kampanyenya dengan menunjuk record mereka bahwa mereka adalah bukan “Maverick”.
Terlepas dari argumentasi siapakah yang sebenarnya patut menyandang gelar “Perubah” atau “Maverick” dari kedua calon presiden America tersebut, sebagai seorang Muslim sudah sepatutnya kita mengadopsi kata “Perubah” atau “Maverick” tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Seorang Muslim seharusnya adalah seorang “Maverick”.
Kata Maverick ini pertama kali digunakan pada tahun 1867. Kata ini berawal dari kisah seorang pengacara dan politician di Texas yang bernama Samuel Augustus Maverick yang menolak untuk menandai ternak-ternaknya seperti layaknya ternak lainnya. Pada masa tersebut, para pemilik ternak biasanya mencap ternak mereka dengan besi panas (seperti tattoo) yang mana cap tersebut merupakan simbol sang pemilik ternak untuk memudahkan pencarian indentitas sang pemilik. Tindakan penentangan Samuel Maverick tersebut membuat namanya menjadi kata kosa baru, yaitu “Maverick”, yang berarti seseorang yang tidak mengikuti kebiasaan dari kebanyakan orang.
Dalam surat Al-An’am Allah (S.W.T.) berfirman agar kita tidak begitu saja mengikuti kebanyakan orang:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S. Al-An’am 6:116)
Allah (S.W.T.) menghendaki agar orang-orang yang beriman tidak hanya sekedar ikut-ikutan dengan tindakan kebanyakan orang. Melakukan hal-hal yang bertentangan dengan yang dilakukan oleh orang banyak adalah sangat sulit. Manusia lebih cenderung untuk melakukan hal yang sama dengan lingkungannya, walaupun terkadang terbesit di dalam hati nurani orang tersebut untuk tidak melakukannya.
Allah (S.W.T.) mengingatkan diri kita bahwa apa yang dalam hati kitapun akan diminta pertangung-jawabannya. Allah (S.W.T.) berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan-jawabnya.” (Al-Isra, 17:36)
Apabila seseorang melakukan perbuatan yang menetang apa yang ada dalam hati nuraninya, apakah di akhirat nanti bisa ada alasan bagi seseorang dengan mengatakan bahwa orang lain toh juga melakukannya.
Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda bahwa Islam berawal dari seuatu yang dianggap aneh atau asing bagi kebanyakan orang, dan suatu saat akan kembali menjadi sesuatu yang aneh.
Rasulullah (S.A.W.) bersabda: "Islam bermula dalam keadaan (yang dianggap) ‘aneh’ (Ghorib). Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang dianggap ‘aneh’ (Ghorib). Sungguh beruntung orang-orang yang ‘aneh’ (Ghuraba)." (H.R. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Beruntunglah al-Ghuraba’ yaitu orang yang shalih di tengah manusia yang jahat, orang yang mengingkarinya lebih banyak dari yang mengikutinya”. (Shahih Al-Jami’ oleh Al-Bani)
Untuk melakukan sesuatu yang tidak lazim dilakukan oleh orang lain, perlu usaha yang tidak mudah untuk dilakukan. Dari dalam hati ada godaan untuk melakukan hal tersebut dan bergabung dengan kebanyakan orang lain. Dari segi sosial, kemungkinan dicap sebagai “orang yang aneh” sampai “fundamentalis” pun lazim terjadi.
Rasulullah (S.A.W.) juga pernah menggambarkan bahwa akan ada satu masa yang mana menjalankan agama Islam adalah seperti memegang bara api:
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari yang memerlukan kesabaran. Kesabaran pada masa-masa itu bagaikan memegang bara api. Bagi orang yang mengerjakan suatu amalan pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang mengerjakan semisal amalan itu. Ada yang berkata,’Hai Rasululah, apakah itu pahala lima puluh di antara mereka?” Rasululah saw. menjawab,”Bahkan lima puluh orang di antara kalian (para shahabat).” (HR Abu Dawud)
Beruntunglah seorang Ghuraba (seorang yang berbeda/aneh), atau istilah lainnya adalah seorang “Maverick”. Seorang yang tidak mengikuti kebanyakan orang, tetapi seorang mempunyai pemikiran independent yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, walaupun untuk melakukan hal tersebut diperlukan kesabaran seperti halnya kita memegang bara api. Pahalanya adalah lima puluh kali dari apa yang dilakukan para sahabat Nabi.