Cinta itu ibarat mata air yang selalu mengalirkan kesegaran kepada jiwa yang dahaga. Oleh karena itu, agar cinta selalu terjaga kesuciannya, tumbuh berkembang secara baik, hendaknya seseorang mengetahui cara merawatnya.
Dr Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Cinta dalam Pandangan Islam (terj), menjelaskan bahwa cinta merupakan perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri, dan terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu menampilkan keceriaan.
Adapun cara merawat cinta itu adalah, pertama, meluruskan niat. Agar cinta berbuah ibadah, sucikan niat dalam bercinta karena Allah SWT semata.
“Segala amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” (Muttafaq alaih).
Kedua, mencintai secara proporsional. “…. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah [2]: 216).
Nabi SAW pernah berpesan, “Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau benci; dan bencilah sesuatu yang tidak engkau sukai sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau cintai.” (HR Bukhari).
Ketiga, memproklamirkan cinta. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang mencintai saudaranya hendaklah memberitahukan kepadanya bahwa ia mencintainya.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).