Assalamu alaikum.
Bagaimana kabarnya, pak ustadz? Saya pernah menemukan dalam satu masyarakat, di mana mereka memiliki adat dan keyakinan tertentu dalam pernikahan, yaitu memperhatikan kedua nama mempelai. Misalnya mempelai laki-laki bernama Mustafa dan mempelai perempuan bernama Zainab, kemudian dari nama itulah mereka bisa menentukan bahagia dan tidaknya pasangan tersebut setelah menikah. Kalau saya tidak salah, mereka menamakan ilmu itu dengan ilmu falaq.
Bagaimana menurut ustadz, apakah di dalam Islam ada anjuran seperti itu dan bagaimana hukumnya? Kemudian apakah ilmu falaq adalah ilmu yang mempelajari tentang hal yang saya katakan di atas?
Jazakallah khoir atas jawabannya.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Dalam aqidah Islam, bahagia atau duka, nasib baik atau nasih buruk, untung dan rugi, serta semua yang akan akan terjadi di masa yang akan datang, tidak pernah ditentukan oleh nama masing-masing pasangan.
Kepercayaan seperti itu hanya ada di kalangan penganut paham syirik yang bersumber dari sinkritisme nenek moyang yang jahiliayah. Dan sebagai bangsa yang sudah hampir 14 abad masuk Islam, sudah bukan waktunya lagi kita masih saja memelihara kepercayaan kuno di masa lalu.
Walau pun kita tetap menghormati budaya dan kepercayaan nenek moyang, namun tidak berarti kita boleh mengimaninya. Sebab apa yang datang dari nenek moyang itu bertentangan dengan apa yang datang dari Allah SWT. Buat setiap muslim, kepercayaan seperti itu sudah harus ditinggalkan. Sebab selain tidak ada dasarnya, juga beresiko besar menjerumuskan kita ke dalam lembah kemusyrikan. Padahal dosa syirik itu tidak akan diampuni bila sampai mati masih belum bertaubat.
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa: 48)
Ilmu Falaq
Bila yang anda maksud dengan falaq adalah ilmu untuk menghitung peredaran benda-benda langit, seperti bulan dan matahari, yang benar bukan ilmu falaq, dengan huruf q (qaf) tetapi dengan kuruf ‘kaf’, yaitu falak.
Falak adalah garis edar di mana benda-benda angkasa melakukan gerakan berputar mengelilingi benda lain yang massanya lebih besar. Misalnya gerakan bulan sebagai satelit bumi mengelilingi bumi dalam 29 atau 30 hari sekali putaran. Atau gerakan bumi mengelilingi matahari dalam 365 1/4 hari sekali putaran. Selain bumi, planet lain juga melakukan gerakan yang sama namun dengan masa waktu yang berbeda.
Di dalam Al-Quran, Allah SWT telah menyebutkan hal itu:
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS Yaasiin: 40)
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus: 5)
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Al-An’am: 97)
Selain untuk perputaran malam dan siang, peredaran benda-benda angkasa ini juga berguna untuk menghitung tahun dan hitungan-hitungan lainnya. Seperti menetapkan musim tanam buat para petani, juga sebagai penunjuk arah bagi para pelaut dan musafir di padang pasir. Ilmu ini hukumnya halal dan sebenarnya lebih tepat untuk disebut ilmu astronomi.
Akan tetapi tidak boleh bintang itu dijadikan media untuk meramal nasib seseorang, atau meramal masalah kebahagiaan rumah tangga, rejeki, jodoh, keuangan, dagangan dan sejenisnya. Tidak ada hubungannya antara apa yang terjadi di langit dengan apa yang akan terjadi di bumi terkait dengan nasib seseorang, atau masalah jodoh dan sejenisnya.
Ilmu-ilmu seperti ini lebih sering disebut dengan ilmu astrologi. Hukumnya haram untuk dipelajari dan haram untuk dipercayai. Allah SWT dan rasul-Nya telah melarang praktek seperti ini buat umat Islam.
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:(من اقتبس علماً من النجوم اقتبس شعبةً من السحر زاد ما زاد ) رواه أحمد وأبو داود وابن ماجة
Dari Ibnu Abbas ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang mengambil informasi nasib dari peredaran bintang, dia telah mengambil bagian dari sihir, bertambah sesuai dengan tambahannya. (HR Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
Haditsi ini menurut Syeikh Al-AlBani adalah hadits shahih terdapat kitab shahihut-targhib wattarhib jilid 3 halaman 173. Juga terdapat dalam kitab As-Silsilah Ash-Shahihah jilid 2 halaman 435.
Dalam riwayat yang lain dari Ibnu Abbas ra juga ada tambahan, "Munajjim (peramal bintang) itu kahin (dukun), kahin itu penyihir dan penyihir itu kafir."
وعن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:(من أتى عرافاً فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين يوماً ) رواه مسلم
Dari Abi Hurairah ra dari Nabi SAW bersabda, "Siapa yang datang kepada peramal dan bertanya tentang sesuatu, tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari." (HR. Muslim)
وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:(من أتى عرافا ً أو كاهناً فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد ) رواه أصحاب السنن
Dari Abi Hurairah ra dari Nabi SAW bersabda, "Siapa yang datang kepada peramal atau dukun dan membenarkan apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir dari apa yang dibawa oleh Muhammad (agama Islam)." (HR Ashabussunan)
Maka haram hukumnya bagi seorang muslim untuk mencari tahu tentang apa yang akan terjadi di masa depan berdasarkan hal-hal yang tidak logis. Seperti melihat bintang, atau melihat garis tangan, atau dengan berdasarkan paduan antara nama suami dan isteri. Semua itu termasuk hal yang tidak masuk akal, padahal urusan nasib ke depan justru merupakan masalah ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT.
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
Katakanlah, "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan. (QS. An-Naml: 65)
Kalau pun hal-hal ghaib yang akan terjadi di masa mendatang Allah berikan kepada manusia, maka hanya terbatas kepada para nabi dan rasul yang diridhai-Nya saja. Bukan lewat orang-orang fasik, penyihir, peramal, atau lewat rumus-rumus aneh dan otak-atik nama.
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ
Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jin: 26-27)
Meramal nasib pasangan suami isteri lewat otak-atik nama mereka adalah bagian dari hukum meramal yang diharamkan. Dan beresiko jatuh ke dalam dosa syirik yang tak terampuni di akhirat. Maka tinggalkan dan jauhi diri kita dari hal-hal demikian.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.