Ass ww!
Apa yang harus saya lakukan, di mana isteri saya beberapa kali meminta diceraikan??? Sedangkan saya berusaha untuk mempertahankannya.
Alasan yang ia kemukakan adalah:
1. Dia ingin mengasuh anak dengan tenang
2. Kurangnya perhatian dari saya karena banyak urusan
(Adapun urusan saya masalah syar’i karena menyangkut dakwah).
3. Belum siap, dengan kondisi aktivitas saya yang cukup banyak.
Selain alasan tersebut di atas perlu saya kemukakan bahwa isteri saya berumur 23 tahun dan saya 27 tahun. Insya Alloh kami aktif di kegiatan – kegiatan dakwah. Dia merasa lelah karena merasa sebagai single fighter untuk urusan rumah karena saya sibuk di luar.Wallohu ‘alam.
Jazakumulloh khoiron katsiro atas tanggapannya.
Wa ‘alaikum salam wr.wb
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Cerai bukan perkara mudah dan pada dasarnya tidak pernah dibenarkan, kecuali bersifat emergency. Allah SWT membencinya dan syariat Islam didesain untuk sangat menghalangi proses perceraian.
Tetapi entah mengapa, kasus yang anda sampaikan ternyata bukan hanya satu dua saja, tetapi cukup sering muncul. Dan anehnya, bukan hanya dari pasangan kebanyakan, tetapi justru banyak dari rumah tangga para aktifis dakwah. Padahal mereka dulu bertekat ingin menjalankan rumah tangga Islami, proses menikah dengan cara Islami, mengadakan pesta walimah dengan cara Islami, tapi ujung-ujungnya selesai dengan perceraian. Ada apa sebenarnya?
Mungkin ada banyak sebabnya. Dan masing-masing pasangan pasti punya konflik-konflik internal. Ini memang tidak bisa dipungkiri.
Tapi yang jadi masalah, mengapa seakan ada kecenderungan untuk menjadikan cerai sebagai solusi? Seolah cerai menjadi primadona?
Sebuah analisa menyebutkan bahwa gejala ini tidak bisa dilepaskan dari media massa. Misalnya bergentayangannya berbagai program televisi yang menayangkan berita perceraian, baik di kalangan artis atau pun tokoh-tokoh lainnya. Di samping sinetron yang juga seperti kompak menayangkan masalah perceraian. Intinya, masyarakat awam dicekoki tayangan yang menggiringnya tanpa sadar untuk menyelesaikan segala persoalan rumah tangga dengan menyederhanakan masalah: cerai!
Sayangnya, rumah tangga para aktifis dakwah pun seringkali terkena imbasnya. Biar bagaimana pun mereka juga manusia, yang hidup bersama televisi juga. Semua racun televisi pun akhirnya terkena juga pada mereka.
Maka wajar bila rumah tangga para aktifis dakwah pun terjangkiti demam minta cerai. Cirinya banyak kemiripan, yaitu para isteri itu minta cerai kepada suaminya, walau hanya alasan yang terlalu sederhana dan cenderung dibuat-buat. Apa daya, program yahudi dalam rangka menghancurkan umat Islam lewat tayangan televisi, ternyata terjadi juga.
Meski dahulu ketika masih mahasiswa, para aktifis dakwah ini sangat anti dengan program yahudi, namun begitu mereka lulus dan mulai terjun ke dunia nyata, setelah menikah dan berumah tangga, toh akhirnya banyak juga yang menjadi korban.
Apa lacur, akhirnya program televisi yang amat sangat merusak itu, berhasil juga mengoyak hidup mereka. Mungkin bukan lewat gaya hidup hedonis, pergaulan bebas, free seks, atau pola hidup glamor, tetapi lewat tayangan infotainmen atau sinetron yang menjejali kepala mereka dengan hembusan nafas syaitani, yang pada intinya mengajak mereka untuk bercerai. Paling tidak telah menawarkan wacana bahwa cerai itu wajar dan boleh-boleh saja.
Sedikit demi sedikit racun itu masuk ke dalam alam bawah sadar mereka, sehingga suatu hari sampailah pada stadium yang sangat parah, yaitu seolah cerai adalah pintu untuk masuk surga. Hinggaakhirnya sedemikianmenggebunya para ibu rumah tangga muda untuk minta bercerai dari suaminya.
Setiap hari tayangan layar kaca itu menambah terus semangat untuk bercerai. Kesalahan apa pun dari pasangan mereka, selalu bisa dijadikan dasar untuk bercerai. Naudzu billahi min zalik,
Betapa syetan berhasil masuk ke dalam rumah tangga kita, termasuk rumah tangga para aktifis dakwah sekalipun. Musuh Allah itu melonjak-lonjak kegirangan, lantaran upaya mereka telah berhasil. Bendungan yang telah lama mereka goyang, akhirnya jebol juga.
Isteri Juga Punya Hak
Tetapi di balik semua kenyataan pahit ini, tidak ada salahnya juga buat para suami untuk melakukan program mengaca diri. Misalnya seperti alasan yang dikemukakan, isteri merasa kewalahan kalau harus ber’single-fighter’ mengurus rumah tangga, sementara suami sibuk ‘dakwah’.
Kalau memang benar kejadiannya seperti ini, tentu saja suami harus mengoreksi diri. Sebab objek dakwah yang paling prioritas baginya justru isteri dan anak-anaknya. Kalau seorang aktifis dakwah pada hari libur mengajak isteri dan anak berekreasi, jangan terburu divonis sebagai kurang berperan dalam dakwah. Tidak, justru hal itu merupakan dakwah yang utama baginya. Sebab siapa yang akan melakukannya kalau bukan kepala rumah tangga? Apakah harus suami orang lain yang mengajak mereka berekreasi?
Dalam hal ini bukan berarti aktifitas seorang juru dakwah tidak penting, tetapi tetap saja harus harus ada skala prioritas. Bukankah Rasulullah SAW bersabda,"Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang paling baik bagi isterinya."
Kalau ada aktifis dakwah sampai tidak punya waktu untuk anak dan isterinya lantaran terlalu sibuk dakwah di luar, perlu ada yang dikoreksi dalam otaknya. Sebab format berpikirnya keliru. Dakwah buat umat hukumnya hanya sunnah, paling tinggi hanya fardhu kifayah. Tetapi dakwah dan memberikan waktu kepada anak isteri hukumnya fardhu ‘ain, wajib secara mutlak. Maka itujangan sampai terbalik-balik.
Nabi SAW bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung-jawab atas kepemimpinannya….Dan seorang laki-laki adalah pemimpin buat isterinya serta bertanggung-jawab atas kepemimpinannya."
Mengorbankan anak isteri demi dakwah umum justru tidak adil serta bertentangan dengan hadits di atas. Sebab setiap orang punya hak, termasuk isteri dan anak-anak.
Kalau sampai isteri merasa terzalimi dan tidak terpenuhi hak-haknya oleh suami, lantaran suami sibuk menjadi juru dakwah di luar, sesungguhnya suami yang seperti itu telah melakukan kezaliman, bahkan dia sedang menabur benih kehancuran,ya dia pada hakikatnya sedang menggali kuburannya sendiri.
Dan kalau karena ulahnya itu, sampai isteri berani mengajukan permintaan cerai,berarti lampu kuning sudah menyala. Segera sadari dan perbaiki, sebelum semuanya terlambat, saudaraku.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc