Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Selama ini alasan yang digunakanIndonesia (khususnya Muslim) untuk menolak berhubungan dengan Israel adalah karena Israel dianggap bertentangan dengan UUD’45 yang menentang penjajahan.
Tapi Indonesia berhubungan diplomatik dengan Cina walaupun Cina menjajah Tibet. Malahan ketika Uni Soviet menjajah Hongaria, Polandia, Bulgaria, Chechnya, Kazakhstan, dll. Indonesia (kaum Muslim) malah ‘bermesraan’ dengan Uni Soviet.
Pertanyaan saya:
1. Apakah bukannya munafik (standar ganda) kalau Indonesia menolak Israel dengan alasan bertentangan dengan UUD’45, tapi bersahabat dengan penjajah (Uni Soviet/Rusia).
2. Mengapa Indonesia tak berani menyatakan dengan tegas, bahwa kita menolak Israel, karena Israel musuh besar Islam? Sedangkan Cina dan Soviet sahabat kita, karena mereka saingan Amerika (pelindung Israel)?
Terima kasih.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Umat Islam bermusuhan dengan Israel bukan karena mereka yahudi, tetapi karena mereka membunuh nyawa manusia, merampas negeri, mengusir sebuah bangsa dan menelantarkan mereka di kamp pengungsian. Dan hal itu mereka lakukan dengan disaksikan oleh mata dunia di siang bolong, mengatasnamakan PBB dan dewan keamanannya.
Jangankah yahudi atau China, bahkan bila yang melakukan pembunuhan jutaan nyawa itu adalah sebuah negaramuslim sekalipun, tentu akan kita perangi. Jadi kita tidak melihat kepada agama atau etnisnya, tetapi yang kita lihat adalah perangai, perilaku dantindakannya.
Israel tidak pernah berhak atas negeri yang diklaimnya sebagai tanah nenek moyangnya. Sebab negeri itu diwariskan kepada mereka yang masih beriman kepada Allah SWT, bukan kepada penjahat yang kerjanya membunuh para nabi, merusak kesucian kitab-kitabnya, menjual ayat Allah dengan harga yang sedikit serta mengajarkan manusia untuk ingkar kepada semua agama.
Haikal Sulaiman yang mereka klaim sebagai tempat suci milik nabi Sulaiman sebenarnya tidak pernah ada. Itu hanyalah khurafat yang dihidupkan oleh yahudi. Dan yahudi sudah sejak ribuan tahun yang lalu sudah diusir keluar oleh semua penguasa di Palestina. Salah satunya oleh penguasa Baylonia, Nebukadnezar atau dalam bahasa arab disebut Bukhatnashr.
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَابَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍفَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا
Maka apabila datang saat hukuman bagi pertama dari kedua itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (QS. Al-Isra’: 5)
Maka klaim bahwa mereka adalah pewaris negeri Palestina adalah sebuah dongeng menjelang tidur buat anak-anak. Sama sekali tidak benar dan mimpi.
Yang jelas-jelas berhak atas tanah Palestina adalah bangsa Palestina sendiri yang pada abad ke-7 telah masuk Islam. Khalifah Umar bin Al-Khattab sendiri yang datang dari Madinah ke Palestina untuk menerima kunci Baitul Maqdis yang diserahkan langsung oleh para penguasa Palestina.
Dan semenjak abad ke-7 hingga abad 20, negeri itu secara de faco dan de jure adalah negeri milik umat Islam. Dan tidak pernah lepas dari pusat kekuasaan khilafah Islamiyah, meski pusat khilafah berganti-ganti dan berpindah-pindah. Tetapi Palestina adalah tanah umat Islam dan merupakan tanah wakaf.
Israel tidak pernah datang ke Palestina kecuali sebagai agresor, penjajah, pencoleng, perampas kekayaan alam, pembunuh berdarah dingin, penyengsara rakyat dan pengadu domba sesama anak Palestina.
Maka satu-satunya jalan keluar atas kemelut di Palestina adalah angkat kakinya Israel di penjajah dari negeri jajahannya. Bukan malah dengan membuka jalur diplomatik dengan bangsa yang tidak kenal peradaban mulia dan akhlaq karimah.
Yahudi harus keluar dari Palestina dulu, biarkan bangsa Palestina mengurus sendiri negaranya sesuai dengan warisan peradaban mereka. Amerika, Eropa, PBB silahkan minggir dulu.
Kalau yahudi nanti mau kunjungan ke tanah yang mereka anggap sebagai tanah nenek moyang, boleh saja. Tapi datang sebagai tamu dengan sopan santun dan tahu aturan. Tapi jangan coba-coba bikin perkara.
Sedangkan Uni Sovyet memang pernah menjajah sebagain wilayah negeri di sekitarnya. Dan yang dijajah itu termasuk negeri Islam. Tapi sekarang ini kita memang tidak punya hubungan diplomatik dengan Uni Sovyet. Karena negara itu bahkan sudah bubar. Yang tersisa hanyalah Rusia.
Rusia saat ini boleh dibilang sangat lemah dan negeri-negeri yang pernah dijajah oleh Sovyet sekarang telah merdeka sendiri-sendiri. Sedangkan yahudi Israel masih merupakan negara yang amat kuat dan belum pernah mengembalikansejengkal pun tanah Palestina yang mereka rampas dari umat Islam. Jadi dua kasus ini memang sangat berbeda inti masalahnya.
Tentu tidak bisa dibilang kita punya standar ganda secara seenaknya.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc