فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku. (Al-Baqarah : 152).
Dzikir adalah tali koneksi antara Allah dengan seorang hamba. Barang siapa yang mengingat Allah maka Allah akan mengingatnya. Barang siapa yang melupakan Allah maka Allah juga akan melupakannya, membiarkannya larut, hanyut dan tenggelam dalam kealfaan yang panjang. Larut dalam gulita hati dan kekeruhan ruhani. Hanyut dalam kekerasan hati dan ketulian kalbu. Kita butuh mengingat Allah karena kita memang membutuhkannya. Allah tidak perlu agar kita mengingat-Nya kitalah yang menghajatkan-Nya. Mengingat Allah adalah refleksi syukur kita sedangkan melupakan-Nya adalah ungkapan nyata kekufuran kita.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (Ali Imran : 135).
Setiap kita pasti akan pernah alfa, setiap kita pasti akan pernah lalai sebagai sifat dasar yang melekat dalam diri kita masing-masing. Namun sebaik-baik manusia yang berlaku salah adalah yang segera kembali ke akar penciptaannya, akar fitrah yang juga melekat pada dirinya. Segera dzikir dan ingat pada Allah, memohoan ampunan-Nya, mengemis welas asih-Nya, meratapi dosa-dosanya di depan kasih sayang-Nya. Karena dia sadar hanya Allah yang Mahalapang rahmat-Nya, Yang Mahakasih. Rahmat-Nya lebih luas daripada murka-Nya, rahmat-Nya mengalahkan murka-Nya.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Ali Imran : 191).
Orang-orang yang berakal akan senantiasa mengingat Allah, akan senantiasa merapat ke hadirat-Nya, akan senantiasa merindukan-Nya, akan merasa asyik masyuk bersama-Nya. Dia akan senantiasa ingat dan dzikir kepada Allah dalam segala kondisinya, dalam segala hal dan waktunya, seluruh lorong waktunya terasa dengan dzikir pada-Nya. Saat berdiri dia ingat Allah, saat duduk dia ingat Allah, saat berbaringpun dia ingat Allah. Dia dekat dengan Allah, dengan dengan asma-asma-Nya, dengan dengan kekuasaan-Nya, dekat dengan kehendak dan iradat-Nya. Bagi-Nya adalah segala-Nya, di atas segala cintanya, termasuk terhadap dirinya ssendiri.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An-Nisaa’ : 142).
Hal yang sebaliknya terjadi pada para munafik, yang hanya mengingat Allah dengan volume yang sangat sedikit, kalaupun dia mengingat Allah maka akan dia lakukan saat berada di tengah banyak manusia, karena ingin mendapat puji-pujian dan apresiasi dari tindakannya. Namun hatinya sepi dari dzikir hakiki, nurani kosong dari dzikir hakiki. Berdirinya adalah kemalasan mengingat Allah, salatnya dilakukan dengan ogah-ogahan dan berat. Dia bukan ingin pujian dari Allah namun ingin pujian dari manusia. Riya’ menjadi selimut jiwanya sehingga manusiapun merasakannya.
Radar keimanan orang yang bertakwa akan senantiasa bergetar keras mana kala ada bisikan jahat yang akan menghancurkan dirinya, menenggelamkan dirinya dalam maksiat kepada Allah. Radar keimanan demikian aktif menyadap virus-virus jahat yang mungkin menjangkiti dirinya. Radar keimannannya menyala tatkala ada serbuk dosa ditebarkan untuk meracuninya.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (Al-A’raf : 201).
Kebeningan hatinya mampu menyingkap kesalahan apa yang dia lakukan saat itu, kekeliruan apa yang sedang mengintai dirinya, kejahatan apa yang sedang dibidikkan padanya. Nuraninya, tajam berkat dzikirnya selama ini dia panjatkan kepada Allah.
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (Al-A’raaf : 205)
Manusia bertakwa akan senantiasa berdzikir dalam hatinya dengan perasaan rendah diri tak berdaya di hadapan-Nya, dengan perasaan takut menyelimuti jiwanya. Suaranya rendah dalam kobaran dzikirnya yang menyala dalam hatinya di pagi hari dan petang, di ubun-ubun siang dan di jantung malam. Kobaran dzikirnya membubung ke menyentuh Arasy Sang Maha Rahman. Suara sunyinya demikian gemuruh di tengah para malaikat, demikin melengking di tengah gemuruh tasbih malaikat yang mengitari Baitul Makmur.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal (Al-Anfaal : 2).
Gemetar hati mereka manakala nama Allah disebut, dzikir segera meluncur dari mulutnya membasahi lidahnya, memenuhi dadanya. Iman mereka melonjak tatkala ayat-ayat Allah dikumandangkan dan dialunkan. Tawakkal menjadi hiasan hidupnya, memagari setiap geraknya.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (Ar-Ra’d : 27).
Dalam dzikir mereka ada tobat yang muncul karena berimanannya kepada Allah. Hati mereka merada damai, tenteram dan lembut dalam derasnya dzikir yang mengalir dari samudera keimanannya. Ketenteraman menghiasi hidupnya, melingkupi ruang jiwanya, memadati kekosongan hatinya. Dia damai dalam dzikirnya. Tenteram saat mengingat Allah.
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (Al-Kahfi : 28).
Orang sering berpaling pada dunia, mabuk di dalamnya, hanyut di arunya manakala dzikir tidak mengalir deras dari hatinya melalui gelombang lisannya. Orang akan silau dengan dunia manakala dzikir demikian sepi dari bibirnya. Maka orang-orang bertakwa akan senantiasa memilih teman dan kawan yang senantiasa menyeru Tuhannya pagi dan petang karena dia sadar bahwa teman yang baik akan mengantarkannya pada kebaikan, menggiringnya menuju surga Tuhan. Menghindarkannya dari godaaan syetan, menghindarkannya dari neraka Jahannam. Kecerdasan memilih teman akan menyelamatkan, dan kelalaian dalam berteman akan mencelakakan.
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang (An-Nuur : 37).
Manusia dzikir tidak akan pernah terlalaikan oleh bisnis mereka, oleh jabatan mereka, oleh tugas-tugas kenegaraan mereka, oleh niaga-niaga mereka, oleh ana-anak mereka, harta-harta mereka karena dia telah mengingatkan diri dengan langit, menyambungkan jiwa dengan Penguasa langit dan bumi. Jiwa senantiasa mempersiapkan diri untuk semua “pertemuan akbar” di Padang Mahsyar tatkala semua perbuatan dipertanyakan, tatkala semua ucapan dipersoalkan, tatkala semua tindakan dimintai pertanggung jawaban. Saat hati mengalami guncangan besar, saat jiwa dirasuki ketakutan.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al-Ahzaab : 21).
Manusia dzikir akan mampu meneladani Rasulullah dalam semua tingkah lakunya, dalam semua derap langkahnya, dalam semua paradigma pikirnya. Rasulullah menjadi idolanya, Rasulullah menjadi kiblat perilaku moralnya. Karena dia senantiasa mengingat Allah. Karena dzikir berkobar menyala di jantung hatinya. Dia akan senantiasa ingat firman-Nya. Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (Al-Ahzaab : 41). Dia senantiasa mampu memperbesar gelombang dzikirnya dalam sepi dan ramai, dalam suka dan duka, dalam susah dan senang.
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya (Az-Zumar : 23)..
Kult manusia dzikir akan bergetar manakala ayat-ayat Allah yang mulia itu dikumandangkan, dialunkan dan dilantunkan. Namun tenanglah mereka saat mengingat Allah. Kitab Allah yang melahirkan damai, ketenangan dan kesejukan jiwa dan obat bagi para pembacanya. Jiwa raga yang dselimuti Al-Quran akan terasa demikian kuat, kokoh dan ajeg karena mata air hikmahnya mengandung obat mujarab yang memberikan ketenangan.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi (Al-Munafiquun : 9)
Kerugian akan menimpa manusia-manusia yang lupa Allah karena ana-anak mereka. Kerugian akan menimpa manusia-manusia yang tidak menjadikan dzikir sebagai agenda hidupnya. Allah memperingatkan orang-orang beriman agar mereka tidak lupa kepada Allah gara-gara anak-anak mereka, gara limpahan harta mereka. Allah memperingatkan hal ini karena pada harta itu sering menarik pada tindakan melupakan Allah dan anak-anak sering pula melalaikan kita kepada Allah. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan Al-Muzammil : 8), Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.(Al-Insaan : 29).
Mari kita kobarkan dzikir kita di nafas subuh, di ubun siang, diremang senja dan di jantung malam. Sebab dalam dzikir itu ada banyak mamfaat:
Dzikir kita akan mengusir, menangkal dan menghancurkan syetan. Membuat Allah ridha dan syetan menjadi murka. Dzikir hilangkan risau, gelisah, gundah, suntak dan menghadikrkan ketenangan.
Dengan dzikir segala keburukan menjadi sirna, kalbu menjadi kuat, badan menjadi sehat, memperbaiki yang lahir dan batin. Wajah terang dan wajah bersinar, rezeki menjadi gampang, ada wibawa mengitari dirinya ada ketenagan menjalar di segala arah.
Dalam kobaran dzikir istiqamah akan kokoh, kebenaran akan menghampiri, muraqabah akan tinggi,ihsan akan terengkuh, iman akan meneguh, tauterus merambat, inabah akan merayap, taqarrub menjadi mudah, makrifat menjadi terbuka dan khasyah berkilauan.
Dzikir adalah makanan ruhani sebagaimana nutrisi adalah makanan bagi tubuh. Ia adalah pembersih jiwa, pembening hati pengusir lalai dan penakluk syahwat. Kelalaian lenyap bersamanya. Ia adalah lentera bagi bagi gulitanya jiwa, pelebur dosa, lenyapkan nestapa.
Kobaran dzikir datangkan sakinah, malaikat akan menaungi dengan sayap-sayap terbentang. Dia akan menghambar jiwa lisan mengumbar ghibah, melempar dusta dan berlaku zhalim. Membuat teman duduknya tenteram. Ia adalah tanaman surga yang akan dipetik oleh orang yang rajin menyiramninya.
Kobaran dzikir mencegaj kepikunan, mengatasi kelalaian. Hatinya senantiasa menatap akhirat dan mengabaikan dunia. Ia adalah pondasi dan ouncak syukur.
Dzikir adalah api yang aktif bekerja menyirnakan sisa-sisa dosa kita, menghilangkan noda-noda kejahatan kita. Gunung, langit, bumi dan semesta selain syetan durjana bangga dengan dzikir-dzikir manusia.
Dalam kobaran dzikir ada kelezatan yang luar biasa, ada kenikmatan tiada tara.
Kobaran dzikir yang terus menyala akan menjadi saksi bahwa kita benar-benar mencinta Sang Maha Kuasa. Di kobarannya kita masuk dengan damai dan tentram bersama Allah.