Tak ada pilihan lain bagi kita dalam kehidupan ini kecuali bertekad untuk melakukan segala cara dan upaya untuk menjadi yang terbaik dan setelah itu dengan tenang menghadap Allah Yang Maha Pemaaf dan Mahalembut pada hamba-hamba-Nya. Seorang muslim yang baik menurut Rasululullah memang bukan hanya orang yang banyak ibadah mahdhahnya, namun yang tak kalah pentingnya adalah mereka yang mampu memberikan kebaikan pada orang lain dengan lapang dada. Mampu menjadi orang yang senantiasa menjadi saluran pipa kebaikan pada orang lain dan orang lain ikut menikmatinya.
Kehidupan yang terbatas ini hendaknya kita rekayasa agar kita semua menjadi kolektor kebaikan yang semakin hari semakin banyak. Kita bisa menjadi kolektor kerendahan hati yang bisa mengangkat derajat kita dan menghindari keangkuhan yang hanya merendahkan posisi kita di sisi-Nya. Kerendahan hati adalah simbol kejernihan nurani yang menghadirkan semai-semai kedamaian jiwa karena kita tidak terbebani untuk berlaku sombong pada siapa saja. Kita koleksi kebaikan dengan menanamkannya karena kita yakin suatu saat pasti akan menuainya. Kebaikan yang terus kita tanam pasti akan bersemi jika kita rajin menyiraminya dengan kebaikan lain yang menyuburkan tanaman lama kita.
Seorang kolektor kebaikan akan senantiasa memburu kebaikan-kebaikan itu itu sebagai bekal di hari kemudian. Dia akan rajin mensyukuri yang ada walaupun sedikit agar dia mampu mensyukuri yang banyak, dia akan banyak diam karena kesadarannya bahwa diam terhadap sesuatu yang tidak berguna adalah sebuah keselamatan. Diam adalah hikmah yang jarang orang suka melakoninya. Diam adalah emas, yang jarang orang memburunya. Kebanyakan orang lebih suka bicara daripada mendengar. Tak banyak orang yang sadar bahwa mulut yang dia miliki hanyalah satu adanya sementara telinga yang Allah karuniakan adalah dua. Maka sangatlah pantas jika porsi dua telinga mendapatkan porsi lebih banyak mendengar.. Padahal barang siapa yang banyak bicara sering kali banyak tergelincirnya. Barang siapa yang memiliki syahwat bicara dia sering kali terperangkap oleh jaring ucapannya.
Kolektor kebaikan akan mengagendakan dalam kehidupannya untuk memberikan kemudahan-kemudahan pada orang lain karena dia sadar bahwa apa yang dia lakukan akan memudahkannya dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Agenda hidupnya akan senantiasa dia fokuskan untuk menyelamatkan orang lain dari telikungan kesulitan dan jepitan kesempitan karena dia yakin janji Nabinya bahwa itu akan memuluskan jalan akhiratnya. Dirinya senantiasa menjadi tabir kelemahan orang lain dan merahasiakan semua aib mereka.
Kolektor kebaikan akan menjaga apa yang diantara dua bibir dan apa yang ada diantara selangkangannya. Karena Nabinya pernah memberikan jaminan bahwa pelakunya akan mendapatkan surga. Dia akan bergairah meninggalkan semua maksiat yang menghambatnya untuk bisa dekat pada Allah. Wara’ menjadi hiasan hidupnya. Zuhud menjadi pernik dinding hatinya. Tawakkal menjadi terompah hidupnya, dan ridha menjadi buhul imannya.
Kolektor kebaikan akan puas dengan yang ada. Minim kemarahannya. Dia senantiasa tahu diri, malu pada Allah dalam setiap langkah-langkahnya. Detik hidupnya berhiaskan muhasabah dan mawas diri. Tidak pernah ada dalam detik hidupnya kelalaian yang hinggap pada hatinya yang hanya akan membuatnya menjadi merana dan dilanda nestapa. Dia senantiasa memiliki mata hati yang tajam untuk melihat dengan jelas akibat perbuatan yang dilakukannya. Dia taklukkan hawa nafsunya sebagai bukti keampuhan spiritualnya.
Mimpi-mimpi indahnya adalah kebaikan. Kesabaran menjadi mahkotanya. Jika dia dipaksa marah karena Allah maka dia juga akan bisa marah karena orang yang dipaksa marah namun dia diam, maka itu sama halnya sebagai keledai tua. Dia sangat pemaaf karena yang tidak pernah memberikan maaf itu hanyalah syetan. Tawanya adalah senyum. Sebab tertawa yang terlalu banyak hanya akan menurunkan karisma, menurunkan wibawa, mematikan hati dan menjatuhkan harga diri.
Pantang bagi kolektor kebaikan untuk menampakkan kemiskinannya kepada makhluk, yang dalam pandangannya juga sama membutuhkan kepada Sang Maha Pemberi. Orang akan menghormati seseorang kalau dia tidak pernah menadahkan tangan untuk meminta. Hidupnya terasa berselimutkan kekayaan yang tiada tara, berbantalkan kecukupan yang demikian nikmatnya sebab dia memiliki kekayaan jiwa yang tiada batasnya. Seorang kolektor kebaikan akan senantiasa bekerja untuk akhirat karena dunia memang bukan tujuan akhirnya. Di samping itu barang siapa yang bekerja demi akhirat maka Allah akan mencukupinya dalam masalah dunia. Jika akhirat menjadi imamnya maka dunia pasti akan menjadi makmumnya, namun jika dunia menjadi imamnya maka akhirat tidak akan bermakmum padanya.
Tak ada khianat, dusta dan kekejian pada diri kolektor kebaikan.. Kolektor kebaikan adalah pecandu keadilan dan anti kezhaliman. Dia akan meninggalkan suatu kesia-siaan dan menjadi kunci bagi kebaikan-kebaikan. Menaburkan benih-benih kedamaian dan ketentraman di lorong-lorong kehidupan yang dia lalui dengan tenang. Umurnya berkah : pendek namun terus memanjang.
Hidup para kolektor kebaikan adalah perburuan terhadap kebaikan-kebaikan yang berserakan dimana-mana. Dia adalah pemulung kebaikan itu dimanapun dia berada. Slogan hidupnya adalah : فاستبقوا الخيرات : Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan (Al-Baqarah : 148).