Kemenangan Versi Partai Allah dan Partai Setan
Sebagaimana yang dijelaskan dalam tulisan sebelumnya, paling tidak terdapat 11 kata dalam Al-Quran terkait dengan masalah kemenangan Islam dan Umatnya. Setelah mencermati lebih dalam, terdapat dua kata lagi yang sangat kuat hubungannya dengan kemenangan, yakni kata “al-‘izzah” ( العزة ) yang kami letakkan pada urutan keempat dan kata “ as-tsawab” (الثواب) yang kami letakkan pada urutan ke tiga belas. Maka dalam tulisan ini, kita akan membahas 13 kata yang terkait dengan kemenangan Islam dan kaum Muslimin sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an.
Dalam pembahasan 13 kata tersebut, kami hanya akan menyebutkan dan mentadabburkan ayat-ayat yang terkait langsung dengan masalah kemenangan. Dengan demikian, isya Allah, kita akan memperoleh gambaran utuh dan menyeluruh tentang apa itu kemenangan Islam dan kaum Muslimin atau disebut juga dengan kemenangan dakwah Islam. Ke 13 kata tersebut ialah :
- Kata “al-fath” (الفتح) ( kemenangan/penaklukan)
- Kata “al-muflih ” ( (المفلح(orang yang beruntung)
- Kata “an-nashr” (النصر) (pertolongan)
- Kata “al-‘izzah” ( العزة ) (kemuliaan)
- Kata “ annajat (النجاة) (keselamatan /terhindar)
- Kata “ al-fadhl” (الفضل) (karunia)
- Kata “ al-maghfirah” ( المغفرة ) (ampunan)
- Kata “ ar-ridhwan “ ) ( الرضوان (keridhaan)
- Kata “ ar-rizq “ (الرزق) (rezki)
- Kata “ al-fauz” (لفوز (ا(sukses / keberhasilan)
- Kata “ al-ajr “ (الأجر)(upah / balasan)
- Kata “ al-jaza” ( الجزاء )(balasan/imbalan)
- Kata “ as-tsawab” (الثواب) (pahala)
1. Kata “al-fath” (الفتح) berarti “kemenangan atau penaklukan”.
Dalam Al-Qur’an terdapat sebanyak 7 tempat yakni, surat ke 110 : 1, 57 : 10, 32 : 28 – 29, dan 48 : 1, 18 & 28 . Dari 7 ayat tersebut 5 ayat berbicara dalam konteks Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah), yaitu surat 110 : 1, 57 : 10 dan surat 48 : 1, 18 dan 28. Sedangkan 2 ayat lainnya berbicara dalam konteks kemenangan di hari akhirat, yaitu surat 32 : 28 & 29.
2. Kata “al-muflih ” ( (المفلحberarti orang yang beruntung.
Terdapat 12 tempat dalam Al-Qur’an dalam bentuk jamak (المفلحون) yakni dalam surat ke 2 : 5, 3 : 104, 7 : 8 & 157, 9 : 88, 23 : 102, 24 : 51, 30 : 38, 31 : 5, 58 : 22, 59 : 9 dan 64 : 16. Dari 12 tempat tersebut terdapat 3 ayat yang menyatakan dengan tegas bahwa orang yang beruntung itu ialah orang yang meraih pahala dan syurga Allah di Akhirat kelak, yakni surat 7 : 8, 23 : 12 dan 58 : 22. Sisanya (9 ayat lainnya) kendati tidak menjelaskan secara tegas akan keberuntungan akhirat, namun para ahli Tafsir juga menafsirkan keberuntungan dunia dan akhirat. “Artinya, mereka adalah orang-orang yang sukses yang meraih apa yang mereka minta di sisi Allah Ta’ala berupa pahala, kekal di syurga dan selamat dari siksaan yang dijanjikan kepada musuh-musuh-Nya. (Ath-thabari).
Dalam bentuk fi’il madhi (kata kerja masa lampau) terdapat 4 tempat yang semuanya didahului oleh kata “qad” yang berarti “sungguh”, seperti yang terdapat pada surat ke 20 : 64, 23 : 1, 87 : 14 dan 91 : 9.
Surat ke 20 : 64 menjelaskan logika berfikir Fir’aun yang mengandalkan keberuntungan itu pada para penyihir yang handal. Surat ke 23 : 1 menjelaskan keberuntungan orang-orang Mukmin yang memiliki karakter seperti yang dijelaskan sampai ayat 9 adalah meraih syurga Allah. Kriteria syurganya dijelaskan pada ayat 10 dan 11. Sedangkan pada surat ke 87 : 14 dan 91 : 9 menjelaskan bahwa keberuntungan seorang Muslim ialah ketika ia mampu membersihkan dirinya dengan iman (tauhid) dan menyucikannya dari berbagai kekotoran dosa (tazkiyatunnafs).
Yang membuat kita terperangah ialah semua kata fi’il mudhari’ (kata kerja dalam bentuk sekarang atau yang akan datang) dalam Al-Qur’an يُفْلِحُ ) (didahului oleh huruf لا (( لا يُفْلِحُ yang berati tidak akan beruntung/sukses. Dalam Al-Qur’an terdapat 9 tempat yakni dalan surat ke 6 : 21 & 135, 10 : 17 & 77, 12 : 23, 20 : 69, 23 : 117, 28 : 37 & 82. Sembilan (9) ayat tersebut menjelaskan sebuah hukum Allah yang pasti bahwa orang yang zalim (4 x), durhaka (1 x), penyihir (2 x) dan kafir (2 x) tidak akan pernah beruntung/menang di hadapan skenario Allah Ta’ala.
3. Kata “annashr” (النصر), baik dalam bentuk mashdar (bentuk ketiga dari tashrif), maupun dalam bentuk fi’l (kata kerja) “نَصَرَ – يَنْصُرُ – نَصْرًا ” dalam bahasa Arab berarti menolong atau pertolongan.
Untuk arti menolong kita dapat temukan dalam surat ke 3 : 123, 7 : 197, 9 : 40, 30 : 5, 47 : 7, 48 : 3 dan 40 : 51. Sedangkan untuk arti pertolongan dapat kita temukan dalam surat ke 2 : 214, 3 : 126, 8 : 10, dan 72, 29 : 10, 61 : 13 dan 110 : 1.
Kalau kita perhatikan satu persatu ayat tersebut, konteks pembicaraan ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut :
- Surat ke 3 : 123 membicarakan tentang bagaimana Allah telah menolong Rasul Saw dan sahabatnya dalam perang Badar, padahal jumlah kaum Muslimin saat itu sangat sedikit dibandingkan musuh mereka, kaum musyrikin.
- Surat ke 7 : 197 menjelaskan bahwa tuhan-tuhan yang diciptakan masyarakat jahiliyah seperti patung dan sebagainya sama sekali tidak memiliki kemampuan apapun, dan bahkan untuk menolong diri mereka sendiri tidak mampu, apalagi menolong orang lain.
- Surat ke 9 : 40 menerangkan Allah tidak butuh pertolongan kaum Muslimin atas Rasul-Nya, karena Allah telah membuktikan bagaimana Allah kuasa menolong Rasul-Nya Muhammad Saw saat Beliau diusir dari Makkah oleh kaumnya dan bersembunyi di gua Tsur bersama sahabatnya Abu Bakar.
- Terkait surat ke 30 : 5, Allah menjelaskan tentang kemenangan pasukan Romawi di negeri Syam terhadap pasukan Persia dalam kurun waktu 3 sampai 9 tahun setelah mereka (pasukan Romawi) dikalahkan pasukan Persia. Berita kemenangan pasukan Romawi ini terjadi saat perang Badar, persis 9 tahun setelah dikabarkan Rasul Saw. Hal tersebut sebagai bukti nyata bahwa sangat mudah bagi Allah untuk menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya.
- Surat ke 47 : 7 menjelaskan bahwa salah satu sebab Allah menolong kaum Muslimin ialah jika mereka menolong agama-Nya.
- Sedangkan surat 48 : 3 terkait isyarat wahyu akan sebuah kemenangan yang penuh izzah (kemuliaan) yakni penaklukan kota Makkah. Isyarat ini datang ketika terjadi perjanjian perdamaian Hudaibiyah antara Rasul Saw dan kaum Musyrikin.
- Sedangkan surat 40 : 51 menjelaskan bahwa Allah pasti menolong para Rasul-Nya dan orang-orang beriman di dunia (dengan meninggikan agama-Nya) dan pada hari akhirat dengan menyelamatkan mereka dari ancaman neraka.
Terkait dengan pertolongan dapat kita lihat sebagai berikut :
- Pada surat ke 2 : 214 menjelaskan bahwa untuk masuk syurga itu harus melewati berbagai ujian yang amat sulit sehingga Rasul dan kaum Muslimim bersamanya nyaris putus asa. Saat itulah Allah meberikan pertolongan-Nya dengan berbagai cara.
- Sedangkan surat ke 3: 126 menjelaskan pertolongan Allah terhadap Rasulullah dan sahabatnya melalui malaikat yang diturunkan dari langit agar membuktikan bahwa kemenangan kaum Muslimin terhadap kaum kafir itu bukan karena jumlah yang banyak (Ibnu Katsir).
- Surat ke 8 : 10 menjelaskan konteks yang sama dengan surat ke 3 : 126. Sedangkan ayat 72 menjelaskan keharusan kaum Muslimin memberikan petolongan terhadap kaum Muslimin yang berada di negeri lain yang sedang menghadapi kezaliman dari orang kafir.
- Terkait dengan surat ke 29 : 10 menjelaskan sikap plinplan orang-orang munafik yang tidak siap hidup dengan berbagai ujian dan hanya mau jika memperoleh pertolongan dari Allah dan keberuntungan duniawi.
- Surat ke 61 : 13 menjelaskan bahwa kaum Muslimin merindukan pertolongan dari Allah dan penaklukan.
- Sedangkan surat ke 110 : 1 menjelaskan pertolongan Allah terhadap kaum Muslimin saat penaklukan kota Mekah.
4. Kata “al-‘izzah” ( العزة ) berarti “kemuliaan’ atau kebanggaan.
Salah satu nama Allah adalah (العزيز) yang berarti Maha Mulia. Dalam Al-Qur’an kata العزة terdapat sebanyak 6 tempat :
- Pada surat ke 2 : 206 , menjelaskan orang-orang munafik itu sulit diingatkan kepada Allah. Jika diingatkan, mereka malah tersinggung dan berbangga diri dengan kekeliruan dan dosa yang mereka lakukan.
- Surat ke 4 : 139, menjelaskan larangan Allah terhadap kaum Muslimin agar mereka tidak mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin. Jika ada diantara mereka yang melakukannya, berarti motivasinya adalah mencari kemuliaan dan keuntungan dari orang-orang kafir itu. Kemuliaan yang dikejar itu tidak akan pernah mereka dapatkan karena kemuliaan itu hanya milik Allah.
- Surat ke 10 : 65 menjelaskan agar Rasul Saw tidak bersedih dan terlalu memikirkan ucapan-ucapan kotor kaum Musyrikin yang dilontarkan pada Beliau. Ucapan-ucapan tersebut tidak akan mengurangi derajat dan kemuliaan Beliau di mata Allah, karena kemuliaan itu milik Allah.
- Surat ke 35 : 10 menjelaskan siapa yang ingin mencari kemuliaan, maka carilah dari Allah karena Dia adalah Pemilik segala kemuliaan.
- Surat ke 37 : 180 menjelaskan Maha Suci Allah dari apa yang manusia persekutukan dengan-Nya, karena Dia adalah Tuhan Pencipta; Pemilik kemuliaan.
- Sedangkan surat ke 62 : 8 menjelaskan kemuliaan menurut orang-orang munafik itu salah. Yang benar adalah kemuliaan itu milik Allah, Rasul dan orang-orang beriman.
5. Kata “annajat” (النجاة) berarti keselamatan.
Dalam Al-Qur’an terdapat satu tempat yakni dalam surat ke 40 : 41 yang menjelaskan seorang Mukmin di zaman Fir’au berdakwah kepada kaumnya untuk keselamatan dari api neraka dengan mentauhidkan Allah dan mengikuti aturan main kehidupan yang diturunkan kepada nabi-Nya, sedangkan kaumnya mengajak mereka ke neraka.
Sedangkan dalam bentuk fi’il mudhari’ (kata kerja dalam bentuk sekarang dan yang akan datang) terdapat dua tempat, yakni pada surat ke 10 : 103. Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa Allah menjamin keselamatan bagi para Rasul-Nya dan orang beriman bersama mereka. Demikian juga merupakan kewajiban bagi Allah menjamin keselamatan umat nabi Muhammad dari kepunahan sampai hari kiamat.
Sedangkan dalam bentuk fi’il amar (kata perintah atau doa) terdapat dua tempat yakni, pada surat ke 26 : 169 dan 28 : 21. Surat ke 26 : 169 menjelaskan doa nabi Luth agar Allah menyelamatkannya dan keluarganya dari ancaman kaumnya. Sedangkan surat ke 26 : 169 menjelaskan doa nabi Musa agar Allah selamatkan dia dari upaya Fir’aun dan pengikutnya yang ingin menangkap dan membunuhnya.
Dalam bentuk fi’il madhi (kata kerja telah lalu) terdapat pula 6 tempat :
- Dalam surat ke 7 : 89 yang menjelaskan bagaimana Allah menyelamatkan nabi Syuaib dan para pengikutnya dari ketersesatan jahiliyah dan mustahil kembali lagi kepada jahiliyah apapun resikonya.
- Dalam surat ke 23 : 28 menjelaskan pujian nabi Nuh terhadap Allah yang telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari kaum zalim dengan skenario banjir besar yang Allah ciptakan.
- Dalam surat ke 11 : 58 menjelaskan bagaimana Allah menyelamatkan nabi Hud dan para pengikutnya yang beriman dari azab yang menimpa kaumnya yang durhaka kepada Allah.
- Demikian pula surat yang sama ayat 66 yang menjelaskan bagaimana Allah menyelamatkan nabi Sholeh dan para pengikutnya yang beriman dari azab yang Allah turunkan kepada kaumnya yang durhaka dan menentang ajarannya.
- Seperti itu pula redaksi ayat 94 dalam surat yang sama yang menjelaskan bagaimana Allah menyelamatkan nabi Syuaib dan para pengikutnya yang beriman dari suara yang mengguntur (petir dahsyat) yang menimpa kaumnya yang ingkar dan menolak ajarannya. Yang menarik ialah, semua bentuk penyelamatan terhadap para Nabi tersebut di atas adalah melalui sentuhan rahmat dan kasih sayang Allah.
- Dalam surat ke 44 : 30 menjelaskan bagaimana Allah menyelamatkan Bani Israel dari penjajahan dan perbudakan Fir’aun.
6. Kata “ al-fadhl” (الفضل) berarti karunia.
Dalam Al-Qur’an terdapat sebanyak 52 kali dalam berbagai bentuk, seperti bentuk nakirah (umum) ) فضل / فضلا ), diidhafatkan kepada Allah فضل الله ) ), atau ) فضلذو ) , ma’rifah (definitive) dengan alif lam (الفضل) ataupun dalam bentuk fi’il (kata kerja) seperti (فَضَّلَ ). Yang menarik ialah, dari 52 ayat tersebut pada umumnya terkait dengan tiga perkara :
- Karunia dalam bentuk rezki yang baik dan halal dalam kehidupan dunia seperti yang terdapat pada surat ke 16 : 71, 24 : 22, 27 : 16 dan lainnya.
- Karunia dalam bentuk kenabian dan sistem hidup yang Allah turunkan melalui para nabi dan rasul-Nya seperti yang terdapat dalam surat ke 2 : 105, 3 : 73 & 74 dan sebagainya.
- Karunia di akhirat berupa syurga yang tidak ada tandingannya dibandingkan dengan kehidupan dunia dan seisinya seperti yang terdapat pada surat ke 42 : 22, 57 : 21, 33 : 47, 44 : 57
7. Kata “ al-maghfirah” ( المغفرة ) berarti ampunan.
Terdapat 28 tempat dalam Al-Qur’an :
- Dalam bentuk nakirah (مغفرة ) 17 tempat, yakni dalam surat ke 2 : 268, 3 : 133 & 136, 5 : 9, 8 : 74, 11 : 11, 13 : 6, 22 : 50, 24 : 26, 33 : 35, 34 : 4, 35 : 7, 41 : 43, 48 : 29. 49 : 3, 57 : 21 dan 67 : 12.
- Dalam bentuk ma’rifah (المغفرة ) 2 tempat, yakni dalam surat ke 53 : 32 dan 74 : 56.
- Dalam bentuk diidhafatkan kepada dhamir (kata ganti) ( غفرانك ) satu tempat, yakni dalam surat ke 2 : 285.
- Dalam bentuk fi’il madhi satu tempat, dalam surat ke 36 : 27.
- Dalam bentuk fi’il mudhari’ 18 tempat, yakni surat ke 3 : 129 & 135, 4 : 48 & 116, 5 : 18, 8 : 38, 9 : 80, 12 : 92, 24 : 22, 26 : 51 & 82, 39 : 53, 46 : 31, 47 : 34, 48 : 14, 61 : 12, 63 : 6 dan 71 : 4.
Dari semua ayat di atas yang terkait dengan ampunan terdapat tiga fokus masalah :
- Ampunan hanya akan Allah berikan kepada hambanya yang kembali dan bertaubat kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, seperti yang dijelaskan dalam surat 20 : 82 dan 25 : 70 & 71.
- Orang Mukmin sangat merindukan ampunan Allah dan menjadikannya salah satu fokus utama dalam hidupnya, seperti yang terdapat dalam surat ke 26 : 82 (yang mengisahkan tentang nabi Ibrahim ‘alaihissalam) dan 3 : 133 – 135.
- Orang-orang munafik dan orang yang mati dalam menyekutukan Allah tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah seperti yang terdapat pada surat ke 4 : 48 & 116, 9 : 80 dan 63 : 6.
8. Kata “ ar-ridhwan “ ) ( الرضوان berarti keridhaan.
Terdapat 19 tempat dalam Al-Quran dengan berbagai bentuknya, seperti :
- Diidhafatkan kepada Allah ( رضوان الله ) ( keridhaan Allah) terdapat 3 tempat, dalam surat ke 3 : 162 & 174, dan 57 : 27.
- Dalam bentuk nakirah terdapat 3 tempat, yakni dalam surat ke 5 : 2, 48 : 29 dan 59 : 8.
- Dalam bentuk fi’il madhi (رَضِيَ اللَّهُ ) (Allah telah meridhai) terdapat 5 tempat, yakni dalam surat ke 5 : 119, 9 : 100, 48 : 18, 58 : 22 dan 98 : 8.
- Sedangkan dalam bentuk fi’il madhi yang tersambung dengan wau jama’ (رَضُوا ) yang berarti mereka ridha terdapat pada surat ke 9 : 58, 59, 87 dan 93.
- Dalam bentuk fi’il mudhari’ (يَرْضَى / يَرْضَ / تَرْضَوْا) terdapat pada 4 tempat, yakni surat ke 4 : 108, 9 : 96, 39 : 7 dan 92 : 21.
Dari lima bentuk pecahan kata الرضوان maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Keridhaan Allah adalah nikmat yang amat besar dan dirindukan oleh setiap orang beriman. Sedangkan keridhaan Allah itu hanya akan diperoleh dengan ketaatan pada-Nya melalui semua ajaran Islam yang dibawa nabi Muhammad Saw dan juga para nabi sebelumnya.
- Keridhaan Allah di dunia dapat dibuktikan dengan komitmen terhadap penerapan semua ajaran-Nya.
- Sedangkan keridhaan Allah di akhirat ialah dengan dimasukkannya hamba yang diridhai-Nya ke dalam syurga.
- Allah tidak ridha jika hamba-Nya kafir dan fasik (berbuat durhaka dan dosa).
9. Kata “ ar-rizq “ (الرزق) berarti rezki.
Dalam Al-Qur’an terdapat pada 25 tempat berikut :
- 5 tempat dalam bentuk nakirah (رزق) yakni pada surat ke 8 : 4, 10 : 59, 37 : 41, 45 : 5 dan 51 : 57.
- 20 tempat terdapat dalam bentuk ma’rifah (الرزق / رِزْقِ اللَّهِ / رِزْقِ رَبِّكُمْ / رِزْقُهَا / رِزْقُكُمْ) yang berarti rezki itu, rezki dari Allah dan rezki dari Tuhan Penciptamu. Ke 15 tempat tersebut terdapat pada surat ke 2 : 60, 7 : 32, 12 : 26, 16 : 71, 17 : 30, 28 : 82, 29 : 17 & 62, 30 : 37, 34 : 15 & 36 & 39, 39 : 52, 42 : 12 & 27, 11 : 6, 16 : 112, 29 : 60, 51 : 22 dan 56 : 82.
Dari 25 tempat tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Kunci rezki itu ada di tangan Allah saja. Dia yang memberi dan melimpahkan rezki kepada hamba yang dikehendakiNya. Tidak ada kaitan kecerdasan, sekolah tinggi, keturunan dan sebagainya dengan jumlah rezki yang diraih, kecuali jika diraih dengan jalan yang haram seperti korupsi, memeras dan sebagainya.
- Allah telah menciptakan untuk hambanya, termasuk semut dan binatang melata lainnya, berbagai sumber rezki. Oleh sebab itu, Allah sangat murka terhadap manusia yang memakan apa yang diharamkan-Nya atau mencari rezki dengan cara yang diharamkan-Nya seperti mencuri, riba, menipu dan sebagainya. Sebagaimana juga Allah murka terhadap hamba-Nya yang tidak mensyukuri rezki yang dianugerahkan Allah kepadanya dengan mengeluarkan zakat dan infak sebanyak-banyaknya di jalan Allah.
- Rezki di dunia tidak sebanding dengan rezki yang Allah siapkan untuk hamba-hamba-Nya yang taat pada-Nya di akhirat kelak, yakni syurga seperti yang dijelaskan pada surat 8 : 4 dan 37 : 41.
10. Kata “ al-fauz” (لفوز (اberati sukses atau berhasil.
Terdapat 21 tempat dalam Al-Qur’an dalam 3 bentuk :
- Dalam bentuk nakirah yang disambung dengan na’at (sifat) (فَوْزًا عَظِيمًا ) yang berarti sebuah kesuksesan/kemenangan agung terdapat dalam Al-Qur’an pada 3 tempat, yakni pada surat ke 4 : 73, 33 : 71 dan 48 : 5.
- Dalam bentuk ma’rifah yang disambung dengan na’at/sifat (الْفَوْزُ الْكَبِير) (kesuksesan/kemenangan besar), (الْفَوْزُ الْعَظِيمُُ) (kesuksesan/kemenangan agung) (الْفَوْزُ الْمُبِينُ) (kesuksesan/kemenangan yang nyata) terdapat 16 tempat. Dalam surat ke 4 : 3, 5 : 119, 6 : 16, 9 : 72 & 89 & 100 & 111, 10 : 64, 37 : 60, 40 : 9, 44 : 57, 45 : 30, 57 : 12, 61 : 12, 64 : 9 dan 85 : 11.
- Dalam bentuk fi’il madhi yang didahului dengan qad ( فَقَدْ فَاز َ) yang berarti sungguh telah sukses /menang, terdapat pada 2 tempat, yakni pada surat ke 3 : 185 dan 33 : 71.
Dari 3 bentuk yang terdapat pada 21 tempat tersebut dapat kita simpulkan sebagai berikut :
- Kesuksesan/ kemenangan akhirat, yakni meraih syurga dan terhindar dari neraka adalah kesuksesan / kemenangan yang maha agung yang menjadi orientasi hidup setiap orang yang benar-benar beriman dengan keyakinan dan ilmu, karena kesuksesan/kemenangan tersebut tidak dapat dibandingkan dengan dunia dan seisinya.
- Kesuksesan atau kemenangan agung (great success) tersebut hanya dapat diraih dengan iman, amal shaleh dan berjihad dengan harta dan nyawa di jalan Allah.
11. Kata “ al-ajr “ (الأجر)berarti upah atau balasan.
Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 55 tempat. Secara umum terbagi menjadi 5 bentuk kata :
- Dalam bentuk nakirah tunggal (أَجْر ), yang berarti upah/imbalan.
- Dalam bentuk nakirah yang ditambah na’at/sifat (أجرا كبيرا ),(imbalan/upah yang amat besar) ( أجرا عظيما ) (upah/imbalan yang amat agung) , ( أجرا حسنا ) (upah/imbalan yang amat baik) dan ( أجرا كريما ) (upah yang amat mulia).
- Dalam bentuk yang didhafatkan ke kata lain seperti, (أَجْرُ الْعَامِلِينَ ) (upah/balasan bagi orang-orang yang bekerja/beramal, (أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ ) (upah/balasan bagi orang-orang beriman), (أَجْرَ الْمُصْلِحِينَ ) (upah/balasan bagi orang-orang yang melakukan perbaikan) dan (أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ ) (upah/balasan bagi orang-orang yang profesional dalam beramal atau berbuat kebaikan kepada orang lain).
- Dalam bentuk nakirah tunggal, tapi ditambah sebuah keterangan seperti (أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ) yang berarti upah/balasan baik yang terus menerus/tidak akan terputus.
- Dalam bentuk menafikan dan kemudian mengistbat (menetapkan) seperti (وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ ) yang berarti, dan saya tidak akan meminta upah pada kalian atasnya (pekerjaan dakwah) ini, tidak ada upah/imbalanku kecuali atas Tuhan Pencipta alam semesta. Hal seperti ini terdapat 6 tempat, yakni surat ke 25 : 57 dan surat 26 : 106 & 127 & 145 & 164 & 180.
Dari 55 tempat tersebut kita dapat menyimpulkan sebagai berikut :
- Upah/imbalan dari seluruh kegiatan hidup seorang Mukmin, khususnya terkait dengan ibadah dan aktivitas dakwah dan jihadnya, tidak boleh mengharapkan dari siapa saja selain dari Allah Ta’ala, sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam poin/bentuk 5 di atas.
- Jika seorang Mukmin mengharapkan upah atau balasan dari amal ibadah, dakwah dan jihadnya di dunia, maka di akhirat tidak akan mendapatkan apa-apa.
- Upah yang dibolehkan hanya terkait dengan aktivitas duniawi seperti yang dijelaskan Allah dalam surat ke 28 : 25 terkait upah yang diterima nabi Musa atas jasanya mengambilkan air bagi dua anak gadis nabi Syu’aib.
- Untuk meraih upah atau balasan dari Allah, maka harus melakukan amal ibadah, perbaikan diri dan masyarakat secara profesional terus menerus sampai ajal menjemput kita. Semuanya harus dilandasi iman yang benar dan mendalam, seperti yang dijelaskan Allah dalam poin/bentuk 3 di atas.
- Sesungguhnya upah akhirat yang berupa syurga itu tidak akan pernah putus, apalagi habis atau berkurang. Pasti kita tergugah dan tergoda oleh janji Allah tersebut..
12. Kata “ al-jaza” ( الجزاء ) berarti balasan/imbalan.
Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 58 tempat, baik dalam bentuk mashdar (جزاء/ الجزاء), fi’il mudhari’ bina’ ma’lum atau majhul ( يجزي / يجزون نجزي ) yang berarti balasan, membalas, dibalas dan kami membalas.
Dari 58 tempat tersebut dapat dipahami bahwa sudah menjadi ketetapan Allah bahwa balasan itu berdasarkan jenis perbuatan, seperti yang tercantum dalam surat ke 55 : 60. Dengan perkataan lain, iman, syukur, dan amal shaleh akan dibalas Allah dengan balasan kebaikan minimal 10 kali lipat, khususnya di akhirat. Sedangkan kekufuran, kejahatan, kezaliman dan berbagai kemungkaran lainnya akan dibalas Allah berdasarkan berat dan bobotnya masing-masing seperti yang dijelaskan dalam surat ke 6 : 160.
Sebab itu, tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk kembali kepada Allah nanti dalam keadaan bangkrut, alias kejahatan dan dosanya lebih banyak dari kebaikan dan pahalanya. Syaratnya ialah, kita harus membuat planning hidup ini dengan baik dan cermat dan jangan biarkan hidup ini berlalu begitu saja tanpa ada planning dan manajemen hidup yang sehat. Pada waktu yang sama, hindari spekulasi dan angan-angan. Kita harus tau persis berapa amal keabaikan yang sudah kita laksanakan dan berapa pula kesalahan dan dosa yang kita kerjakan.
13. Kata “ as-tsawab” (الثواب) berarti pahala.
Dalam Al-Qur’an terdapat 6 tempat dalam 4 bentuk berikut :
- Dalam bentuk diidhafatkan ke dunia atau akhirat (ثَوَابَ الدُّنْيَا/ ثَوَابَ الآَخِرَةِ ) yang berarti pahala dunia atau pahala akhirat, seperti yang tercantum pada surat ke 3 : 145 & 148 dan surat 4 : 134.
- Diidhafatkan kepada Allah (ثَوَابُ اللَّهِ ) yang berarti pahala dari Allah seperti yang terdapat pada surat ke 28 : 80.
- Dengan mudhafun ilaih dari kata husnu (حُسْنُ الثَّوَابِ ) yang berarti pahala yang paling baik seperti tercantum dalam surat 3 : 195.
- Dengan posisi fa’il dari fi’il ni’ma ( نِعْمَ الثَّوَابُ ) yang berati pahala yang paling menyenangkan seperti yang terdapat pada surat ke 18 : 31.
Dari semua ayat di atas yang terkait dengan kata (الثواب) jelas sekali penekanannya bahwa seorang Mukmin sama sekali tidak boleh silau dengan kehidupan dunia yang tidak seberapa ini dan selalu berkonsentrasi dengan pahala dan kehidupan akhirat yang sangat luar biasa dan tida kbisa dibandingkan dengan dunia dan seisinya.
Sebab itu, seorang Mukmin harus siap dan mampu memikul berbagai beban, kesulitan, tantangan dan pengorbanan dalam menjalani kehidupan sementara ini demi meraih pahala dan imbalan akhirat yang sangat luar biasa dan abadi di sisi Allah Ta’ala.
Dari tadabbur 13 kata di atas yang terkandung dalam Al-Qur’an jelas bagi kita, bahwa kemenangan yang harus dicapai oleh seorang Muslim yang telah bergabung dengan Partai Allah mencakup, minimal 13 kondisi di atas. Kemenangan bersifat duniawi seperti kekuasaan, harta dan berbagai label materialisme lainnya tidaklah mencerminkan sama sekali akan sebuah kemenangan versi Partai Allah. Yang demikian itu hanya menjadi obsesi Partai Setan.
Partai Allah fokus terhadap kemenangan yang komprehensif, mendasar, jangka panjang yang dijalankan di atas dasar keimanan, kejujuran, penuh pengorbanan harta dan jiwa sendiri, (bukan dari hasil dagang dakwah dan umat) darah dan air mata, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan tujuan jangka pendek, sederhana dan dengan bergelimang harta haram dan kemewahan dunia. Yang demikian itu hanyalah kemenangan versi Partai Setan.
Agar lebih mudah memahami arti dan hakikat sebuah kemenangan versi Partai Allah, tadabburkanlah ayat di bawah ini dan perhatikan tabel di bawahnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13)
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga Adn. Itulah kesuksesan yang amat sangat besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (QS. 61 : 10 – 13)
Tabel Kemenangan Partai Allah
No. | Deskripsi Kemenangan | Dimensi | Konteks |
1 | “al-fath” (الفتح) | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
2 | “al-muflih” ( (المفلح | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
3 | “an-nashr” (النصر) | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
4 | “al-‘izzah” ( العزة ) | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
5 | “ annajat” (النجاة) | Pribadi dan Jama’i | Dunia |
6 | “ al-fadhl” (الفضل) | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
7 | “ al-maghfirah” ( المغفرة ) | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
8 | “ ar-ridhwan “ ) ( الرضوان | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
9 | “ ar-rizq “ (الرزق) | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
10 | “ al-fauz” (لفوز (ا | Pribadi dan Jama’i | Dunia dan Akhirat |
11 | “ al-ajr “ (الأجر) | Pribadi | Dunia dan Akhirat |
12 | “ al-jaza” ( الجزاء ) | Pribadi | Dunia dan Akhirat |
13 | “ as-tsawab” (الثواب) | Pribadi | Dunia dan Akhirat |