Cobaan (mihnah) berat adalah merupakan kebutuhan bagi kaum beriman, mengingat beberapa hikmah dan tujuan yang diingatkan oleh al-Qur’an, khususnya sesuai perang Uhud, diantaranya adalah :
Pertama, pembersihan kaum Mu’minin dari orang-orang munafiq dan orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit. Sebab antara yagn baik dan yang buruk, antara yang sehat dan yang berpenyakit, antara yan asli dan yang palsu, hanya dapat dibedakan setelah melalui cobaan berat, tribulasi dan ujian, sebagaimana emas murni tidak dapat dibedakan dari yang palsu kecuali harus diuji dengan api.
Tentang ini, Allah telah menurunkan 80 ayat di surat Ali Imran yang turun setelah perang Uhud.
مَّا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini sehingga Dia menyisihkan yan buruk (munafiq) dari yang baik (mu’min).” (QS. Ali Imran [3] : 179)
Di antara manusia ada yang masuk ke dalam himpunan kaum Mu’minin, berpenampilan sebagaimana penampilan sebagaimana penampilan mereka dan berbicara dengan bahasa mereka, tetapi apabila ditimpa musibah dan cobaan berat dalam menjalankan agamanya berantakan kekuatannya, keimanan yang sebelumnya seperti ini, Allah berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِن جَاءَ نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ ۚ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ
“Dan diantara manusia ada yang berkata : Kami beriman kepada Allah, tetapi apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebaai adzab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Rabb kamu, mereka pasti berkata : Sesungguhnya kami adalah bersetamu. Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang beriman, dan sesungguhnya Dia mengetahui pula orang-orang munafiq.” (QS. al-Ankabut [29] : 10-11)
Tentang model manusia yang hanya berkata dengan lisannya, tetapi realitasnya membuktikan kebalikannya, terdapat bentuk lain yang disebut-sebut al-Qur’an.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang beribadah kepada Allah secara tidak sepenuhnya, jikaia memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, terbaliklah ia ke belakang (kafir). Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. al-Hajj [22] : 11)
Jadi cobaan-cobaan dan tribulasi yang dialami oleh para pengemban dakwah itulah yang akan membedakan dan menyisihkan model-model manusia yang berkualitas seperti itu dan mengeluarkan mereka dari barisan kaum Mu’minin membersihkan kotoran dari barisan Islam sebagaimana api membersihkan kotoran besi. Wallahu’alam.