Kemenangan Versi Partai Allah dan Partai Setan
Sungguh kemenangan memang sebuah kata yang indah didengar dan dilantunkan baik dengan suara rendah, apalagi dengan suara keras yang penuh semangat dan heroik saat memotivasi banyak orang untuk tujuan mencapai kemenangan. Kemenangan telah menjadi buah bibir, cita-cita dan angan-angan manusia, apapun profesi, latar belakang dan agamanya.
Bahkan dalam dunia iblis dan setanpun dikenal arti kemenangan, yakni bilamana mereka berhasil menyesatkan manusia dari jalan Allah atau Islam sehingga meniti dan meniru jalan mereka (setan) atau jahiliyah berarti setan dan iblis juga disebut telah meraih kemenangan.
Hakikat Kemenangan
Dalam dunia iblis/setan, manusia, dan hewan serta berbagai aktivitas kehidupan lainnya yang dilandasi hukum rimba, materialisme dan jahiliyah, amat mudah memahami hakikat kemenangan.
Karena target dan tujuannnya sederhana, jelas dan jangka pendek, yakni semua yang terkait dengan dunia dan kesenangannya serta tidak peduli terhadap petunjuk Allah Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta. Untuk mencapai target dan tujuanpun tidak perlu ada aturan dari Allah.
Kalaupun ada aturan yang mereka ciptakan, biasanya tidak jelas standar dan ukurannya, sehingga mudah untuk mengakali atau melanggarnya.
Demikian juga dengan masalah perang. Amerika dalam perang di Irak dan Afghanistan dan Yahudi di Palestina, misalnya. Tidak ada aturan main perang yang dirancang di Genewa dan di mana saja di dunia ini yang ditaati Amerika dan kaum Yahudi. Semuanya dilanggar. Peraturan atau undang-undang dibuat untuk dilanggar. Ini fakta kehidupan di dunia jahiliyah yang tidak dapat dipungkiri.
Dalam dunia percaturan setan dengan manusia demikian juga dengan dunia hewan misalnya, aturannya hanya satu, yang kuat dengan segala bentuk kekuatan fisik dan materi serta tipu muslihat, dialah yang akan meraih kemenangan.
Dalam dunia bisnis dan politik, apalagi di Indonesia tidak ada aturan mainnya yang berdasarkan aturan Allah, kendati mayoritas penduduknya Muslim. Lucunya lagi, sering dikatakan undang-undang (aturan main) dibuat untuk dilanggar.
Kita juga sering mendengar ungkapan: selama bisa dipersulit kenapa harus dipermudah, aji mumpung dan apa yang disebut dengan KKN, sehingga terkenallah Indonesia sebagai negara terkorup di dunia, terjelek manajemen pemerintahannya, terendah indeks SDM-nya dan seterusnya dan seterusnya.
Gambaran di atas mengisyaratkan kepada kita dengan kuat bahwa di dunia saat ini, apalagi di Indonesia, khususnya di dunia bisnis, politik dan kehidupan sosial lainnya, sistem yang mendominasi adalah sistem rimba dan sistem setan. Kemenangan berdasarkan kekuatan, KKN, risywah (money politics), kekuatan materi, baik ekonomi (uang), pendukung dan semua atribut material lainnya.
Tujuannyapun selalu bersifat materi seperti, harta, tahta, harga diri, ta’as-shub (fanatik buta) dan berbagai atribut jahiliyah lainnya, kendati mengatasnamakan rakyat, negara, bangsa dan bahkan untuk kemenangan agama. Sebab itu, tidaklah mengherankan jika aturan mainnya terlepas dari aturan main Allah sebagai Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta.
Berdasarkan hal-hal tersebut, kita umat Islam wajib mencermati kata kemenangan yang setiap saat dilantunkan, khususnya kemenangan yang dikaitkan dengan Islam, kaum Muslimin atau yang sering dikaitkan dengan kemenangan dakwah.
Jika kemenangan itu dikaitkan dengan Islam, umat Islam dan dakwah Islam, maka kemenangan tersebut akan berbeda 180 derajat dengan kemenangan apapun yang ada di dunia ini. Sebab itu, kemenangan versi Islam perlu diuraikan dengan jelas dan rinci serta harus terikat pada dhawabith syar’iyyah (patokan-patokan syar’i) agar terhindar dari kemenangan versi binatang, setan, materialisme dan jahiliyah lainya.
Di samping itu, untuk mengukur sebuah kemenangan dalam Islam, baik pada level individu, rumah-tangga, kelompok/jamaah, partai dan bahkan negara/khilafah amat terkait dengan pemenuhan syarat dan rukunnya, seperti format, ghoyah (tujuan), ahdaf (target-target), wasail (sarana-sarana), khith-thah (strategi) dan sebagainya.
Sebab itu, merumuskan dan merealisasikan kemenangan dakwah tidaklah semudah merumuskan dan merealisasikan kemenangan versi binatang, iblis, materialisme dan jahiliyah lainnya yang tidak perlu banyak aturan. Kalaupun ada, tidak harus dari Allah dan Rasul-Nya dan tidak perlu mengacu kepada keridhaan atau kemurkaan Allah serta tidak pula harus berpatokan pada keteladanan Rasul Muhammad Saw.
Dalam perspektif Al-Qur’an, seperti yang dijelaskan dalam tulisan sebelumnya dalam surat Al-Baqarah : 208 – 209, bahwa jalan hidup ini hanya dua; jalan Allah atau jalan setan. Al-Haq atau al-Bathil. Jalan Islam atau jalan Jahiliyah.
Fakta sejarah manusia membuktikan para Nabi dan Rasul dan para umatnya yang kosisten di jalan Allah, mereka hanya memilih jalan Allah. Di samping itu, ada lagi fakta lain di mana Fir’aun, Qarun, Samiri, Namrud, anak dan istri Nabi Nuh, istri nabi Luth, ayah Ibrahim, Abu Jahal, Abu Lahab dan kebanyakan manusia sepanjang sejarah, mereka lebih suka memilih jalan setan.
Tapi ada fakta lain yang ketiga yakni mencampur adukkan antara jalan Allah (al-Haq) dengan jalan setan (al-Bathil) seperti yang dilakukan oleh Bani Israel (Ahlul Kitab), seperti yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 71 :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai Ahlul Kitab! Mengapa kalian mencampur adukkan antara Al-Haq (yang datang dari Allah) dengan Al-Bathil (yang datang dari setan), dan kamu sekalian menyembunyikan Al-Haq itu sedangkan kamu mengetahuinya”. (Q.S. Ali Imran : 71)
Sesungguhnya jalan hidup ini hanya ada dua, yakni jalan Allah atau jalan setan, karena yang mencampur adukkan al-Haq dengan al-Bathil masih tergolong jalan setan. Berarti, manusia hanya bisa memilih salah satu dari dua jalan itu. Jalan Allah atau jalan setan. Sebab itu, kemenangan juga hanya terbagi dua; kemenangan versi Allah dan kemenangan versi setan. Pertanyaan berikutnya ialah : Apa hakikat kemenangan versi Partai Allah dan apa pula hakikat kemenangan versi Partai Setan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, paling tidak ada sebelas kata yang harus kita telusuri dalam Al-Qur’an :
1. Kata “al-fath” (الفتح) ( kemenangan)
2. Kata “al-muflih ” ( (المفلح(orang yang beruntung)
3. Kata “an-nashr” (النصر) (pertolongan)
4. Kata “ annajat (النجاة) (keselamatan /terhindar)
5. Kata “ al-fadhl” (الفضل) (karunia)
6. Kata “ al-maghfirah” ( المغفرة ) (ampunan)
7. Kata “ ar-ridhwan “ ) ( الرضوان (keridhaan)
8. Kata “ al-fauz” (لفوز (ا(sukses / kemenangan)
9. Kata “ al-ajr “ (الأجر)(pahala / balasan)
10. Kata “ al-jaza’” ( الجزاء )(balasan)
11. Kata “ ar-rizq “ (الرزق) (rezki)
Kita akan telusuri dan tadabburkan kesebelas kata tersebut dalam Al-Qur’an agar kita mendapat gambaran utuh tentang hakikat kemenangan dalam Islam.
Tadabbur kata-kata tersebut adalah berdasarkan konteks pembicaraan ayat-ayat yang terkait dengannya dan ditambah dengan penjelasan hadits Rasul Saw, jika diperlukan.
Metode ini disebut dengan tafsir Qur’an dengan Qur’an dan tafsir Qur’an dengan Hadits. Inilah metode tafsir yang terbaik yang disepakati oleh Ulama Islam sepanjang masa. Dengan demikian kita akan memahaminya secara orisinil dan komprehensif serta sekaligus terhindar dari penafsiran yang tidak kontekstual atau yang menyimpang, atau tidak sesuai dengan maksud sebenarnya. (Bersambung)