Syaikh Anwar Awlaki melontarkan kritik pedas pada Muslim AS yang telah memberikan suaranya dalam pemilu presiden AS yang akhirnya dimenangkan oleh Barack Obama. Dalam artikel berjudul "Now The Elections are Over" yang ditulis di situs pribadinya, Syaikh Awlaki menyebut Muslim AS telah mempermalukan dirinya sendiri karena telah memilih kandidat presiden yang sebenarnya tidak peduli dengan kepentingan dan isu-isu tentang Islam dan umat Islam di AS bahkan umat Islam di seluruh dunia.
Da’i yang oleh pemerintah AS dikatagorikan sebagai da’r garis keras ini mengibaratkan komunitas Muslim AS seperti posisi Bani Israel dibawah kekuasaan Raja Firaun pada zaman dahulu. Syaikh Awlaki mengatakan, salah satu karakteristik komunitas yang terhina dan tertindas adalah, sikap mereka yang menghamba pada penindasnya dan mentolerir penindasan itu. Tapi, di kalangan komunitasnya sendiri, mereka justru bersikap arogan dan tidak toleran. Itulah sikap Bani Israel ketika berada dibawah kekuasaan Firaun.
"Maaf, saya harus mengatakan ini. Sayang sekali, sikap ini yang direfleksikan banyak Muslim Amerika yang mempermalukan diri mereka sendiri dengan memilih salah satu kandidat yang tidak peduli dengan isu-isu umat Islam," tulis Syaikh Awlaki di situs pribadinya.
"Ibarat pemilik seekor anjing yang bersikap sewenang-wenang pada anjing peliharannya, tapi sepanjang si pemilik melemparkan tulang, anjing itu tetap setiap pada majikannya. Begitulah Muslim Amerika yang telah membodohi dirinya sendiri dan dunia tahu itu. Menyedihkan memang, tapi itulah kenyataannya," sambung Syaikh Awlaki.
Ia membeberkan sejumlah pemberitaan media massa yang terkesan mencemooh sikap Muslim AS yang ikut terhanyut dalam euforia pemilu presiden di AS tanpa bersikap kritis. Surat kabar Guardian terbitan Inggris misalnya, menulis bahwa Muslim AS "diasingkan" dalam pemilu presiden. Surat kabar lain membuat judul yang serupa, "Muslim AS yang terasing: Pertama Mendukung Bush, Sekarang Mendukung Demokrat." Harian The Australian menulis,"Tak satupun kampanye yang melirik suara Muslim AS" dan tak satupun kandidat presiden AS yang mengunjungi masjid. Tapi sebagian besar Muslim AS tetap ikut memilih meski media massa sudah menunjukkan ketidakpedulian para kandiddat presiden kemarin terhadap eksistensi umat Islam, utamanya di AS.
Syaikh Awlaki menulis, "Ada kesamaan antara komunitas Muslim Amerika dengan Muslim di Andalusia setelah Spanyol jatuh ke tangan monarki Katolik. Ada beberapa tulisan yang mengatakan bahwa Muslim Andalusia mengalami penderitaan akibat penindasan penguasa Katolik, tapi mereka tetap berharap suatu saat situasinya akan membaik bahkan setelah penguasa Katolik memperlakukan Muslim Andalusia dengan sangat buruk."
Lebih lanjut Syaikh Awlaki menulis, "Tapi Muslim AS hidup di zaman yang lebih canggih dibandingkan Muslim Andalusia di zaman kekuasaan Katoli dan seharusnya Muslim AS bersikap lebih bijak. Warga Muslim memang dibolehkan untuk salat, berpuasa dan menjalankan perintah agama Islam sepanjang masih berada di lingkungan keyakinan mereka sendiri. Tapi warga Muslim AS belum sepenuhnya diizinkan menjadi seorang Muslim seutuhnya, karena AS belum bisa mentolerir isu-isu tentang syariah Islam, jihad, hudud, khilafah, ajaran al-Quran yang terkait dengan Yahudi dan Kristen serta dukungan terhadap pejuang-pejuang Islam di seluruh dunia."
"Aspek-aspek spiritual seorang Muslim sedang diserang, mungkin bukan oleh pemerintah tapi oleh masyarakat AS secara luas. Budaya AS akan menghancurkan keluarga-keluarga Muslim dan akan membuat anak cucu mereka kehilangan jati diri sebagai seorang Muslim. Waktu akan membuktikannya," tukas Syaikh Awlaki.
Menurutnya, Muslim AS telah memberikan suara gratis pada para kandidat presiden AS. Di era tahun 1990-an, suara warga Muslim dalam pemilu dipandang sebelah mata karena besarnya tidak signifikan. Tapi saat ini, suara warga Muslim ikut menentukan karena dari berbagai laporan menyebutkan jumlah pemilih Muslim mencapai dua juta orang. Tapi apa yang diterima warga Muslim AS atas suara yang telah mereka berikan? Sama sekali tidak ada timbalbaliknya.
Syaik Awlaki mengingatkan, seorang Muslim tidak akan pernah diterima di AS seberapapun besar dukungan mereka pada proses-proses politik yang berlangsung di negeri itu, kecuali Muslim itu meninggalkan agamanya. Dalam hal ini Syaik Awlaki mengutip al-Quran, surat al-Baqaragh ayat 120 yang berbunyi,"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka."
"Kenyataannya, dengan segala kegiatan dan makin meningkatnya partisipasi Muslim AS dalam pemilu, kondisi umat Islam di negeri itu tidak juga meningkat bahwa makin menurun," tulis Syaikh Awlaki.
Ia menyatakan, mengeluarkan fatwa yang isinya menyerukan agar umat Islam tidak terlibat dalam pemilu di negara demokrasi bukanlah hal mudah karena harus ada dasar hukum berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Tapi Syaikh Awlaki mengingatkan umat Islam untuk membaca dan menilai fatwa itu tidak berdasarkan nama dan jumlah ulama yang berada dibalik fatwa tersebut, tapi berdasarkan bukti. Dan bukti-bukti bahwa mengikuti sistem demokrasi di negara kafir tidak akan membawa manfaat apapun bagi umat Islam sudah tertulis dalam berbagai surat di al-Quran. Antara lain di surat an-Nisa dan al-Baqarah yang menyebutkan bahwa kekuasaan itu adalah hak Allah swt. Hadist Rasulullah Muhammad saw juga menyerukan agar umat Islam menjauhkan diri dari orang-orang kafir.
Syaikh Awlaki menambahkan, "Kita lihat saja bagaimana kepemimpinan Obama selama empat tahun ke depan. Saya pribadi berpikir, selama Obama berpijak pada sebuah kebohongan, maka pembenaran warga Muslim untuk memilih Obama adalah sebuah kesalahan dan proses dimana warga Muslim memilih Obama juga sebuah kesalahan. Kita tidak bisa berharap kebaikan dari sebuah kesalahan."
"Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang berbuat kerusakan," Syaikh Awlaki menutup tulisannya dengan mengutip Surat Yunus ayat 81.
catatan redaksi:
Syaikh Anwar al-Awlaki. Imam Anwar al-Awlaki adalah seorang ulama kelahiran New Mexico. Orangtuanya berasal dari Yaman dimana ia tinggal selama sebelas tahun dan memperoleh bagian awal pendidikan Islamnya.
Imam Anwar al-Awlaki sempat menjadi Imam masjid di Colorado, California. Kemudian ia tinggal di kawasan Washington DC dimana ia memimpin Dar Al-Hijrah Islamic Center sambil menjadi Pemuka Agama Islam di George Washington University.
Imam Anwar al-Awlaki memiliki gelar S1 sebagai Insinyur Sipil dari Colorado State University, S2 di bidang Pendidikan Kepemimpinan dari San Diego State University serta sedang menekuni S3-nya di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di George Washington University. Ia telah menghasilkan banyak seri audio popular termasuk “Kehidupan Para Nabi”, “Kehidupan Akhirat”, “Kehidupan Muhammad”, “Kehidupan Umar bin Khattab”, “kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq”, “Kisah Ibnul Awka”, “Konsisten di jalan Jihad” dan banyak lagi.