Manusia tak akan pernah bisa lepas dari ‘tahta, harta, dan wanita’. Tiga ‘t’ ini terus menggelayuti kehidupan manusia. Inti nafsu manusia kepada dunia, adalah nafsu yang hidupnya hanya diorientasikan semata kepada tiga ‘t’ itu. Ujian iman bagi orang-orang mukmin, berupa tiga ‘t’, yang banyak menyebabkan luruhnya iman dan aqidahnya. Tak banyak orang-orang mukmin, ketika diberi nikmat berupa tiga ‘t’ itu dapat selamat.
Kebanyakan mereka tersungkur, dan akhirnya menjadikan tiga ‘t’ itu sesembahan mereka. Tiga ‘t’ mengalahkan ketundukan, kethaatan, dan ubudiyahnya kepada Allah Azza Wa Jalla.
Setan akan terus menggerogoti iman dan aqidah orang-orang mukmin dengan tiga ‘t’ itu. Janji atau sumpah iblis (setan) kepada Allah Azza Wa Jalla, tak lain, mereka akan menggoda anak Adam, sampai hari kiamat melalui pintu tiga ‘t’ itu. Karena, memang manusia termasuk orang-orang mukmin secara instinktif (naluri) menyukai adanya tiga ‘t’.
Orang-orang kafir Yahudi, mereka mula-mula beriman, dan menjadi ingkar dan mendurhakai Allah Rabbul Alamin, karena mereka lebih mengutamakan tiga ‘t’ itu. Tiga itu menjadi senjata yang paling utama, bagi orang-orang kafir semacam bangsa Yahudi untuk menghancurkan kaum mukminin.
Gambaran yang sangat absurd di dalam sejarah, adalah ketika bangsa Yahudi,yang diselamatkan oleh Nabi Musa Alaihi Sallam, dan berhasil menyeberangi laut Merah, dan sampai di Palestina, ketika mereka sudah selamat di negeri yang diberkahi itu, kembali mereka menjadi kafir dengan menyembah anak sapi emas, yang dibuat oleh Samiri.
Orang-orang kafir, diantaranya hidupnya hanyalah untuk ‘bersenang-senang’ dan ‘makan’.(QS: 2 ayat 30). Seperti binatang ternak. Makan dan sek. Dari sini pula lahirnya, apa yang disebut paham materialisme, yang sangat memuja benda dan kenikmatan duniawi.
Seperti digambarkan oleh Allah Ta’ala, manusia itu memang menyukai wanita, harta benda, anak-anak, kebun, dan jenisnya lainnya. (QS: 3 ayat 14). Sehingga, karena orientasi manusia pada tiga ‘t’ itu, manusia menjadi lupa akan asal-usulnya. Manusia menjadi lupa akan hakekat dirinya. Manusia menjadi sombong, dan jauh dari rasa syukur. Melupakan asal kejadian dirinya, dan kemudian menjadi ingkar dan kafir. Karena sudah terjerumus ke dalam kehidupan yang lebih mencintai kenikmatan dunia semata. Padahal, mereka akan dikembalikan kepada Penciptapanya, kelak sesuda hari Kiamat.
Tetapi, diantara tiga ‘t’ itu, yang sangat menjadi keinginan manusia, ialah untuk mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan bagi manusia yang sudah tersusupi pemikirannya oleh pengaruh iblis dan setan, berusaha dengan segala cara mendapatkannya. Nafsu mendapatkan kekuasaan itu, mendorong jiwa manusia menjadi sangat keras, dan tidak lagi memperhatikan norma agama.
Dengan kekuasasan manusia memiliki kewenangan. Kewenangan yang dimilikinya dapat digunakan untuk mendapatkan kenikmatan yang lainnya, berupa harta dan wanita. Para penguasa dan pemimpin yang memiliki kekuasaan, menjadi lupa, dan hanya nafsunya yang dominan. Karena, orang yang berkuasa seperti meminum air laut, tak akan pernah puas. Semakin banyak mereguk air laut, terasa semakin dahaga.
Maka, orang yang sudah berkuasa tidak pernah merasa puas. Selalu terus berusaha untuk mendapatkan kekuasaan. Selama-lamanya. Tak ada penguasa yang sudah memegang kekuasaan akan dengna suka rela melepaskan jabatan kekuasaannya. Orang-orang yang sudah berkuasa dan memegang kekuasaan sangat takut kehilangan kekuasaan. Maka orang yang berkuasa itu, akan berusaha mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara.
Kekuasan menjadi sumber segala sumber. Kekuasaan menjadikan manusia terkenal, dihormati, disegani, ditakuti, diikuti, dan semua apa yang menjadi ucapannya menjadi sebuah dekrit yang tidak tertulis seakan menjadi undang-undang. Rakyat atau para pengikutnya dengan tanpa reserve akan patuh, tunduk, dan taat melaksanakan apa saja yang sudah menjadi doktrin dan kebijakannya.
Kekuasaan bagi orang-orang yang memiliki ambisi atau ambisius, digunakan dengan sangat efektif untuk mewujudkan keinginan nafsunya. Harta dan wanita adalah tujuan utama. Tak heran para penguasa atau orang yang memiliki kekuasaan itu menjadi tamak dan rakus, dan tanpa sedikitkpun ada rasa malu, dan tanpa sedikitpun adanya rasa takut, dan terus akan menumpuk harta, dan memuaskan nafsunya dengan perempuan, yang sudah menjadi bagian hidupnya.
Orang-orang Yahudi yang sudah sangat paham dengan kelemahan orang-orang mukmin, tak perlu dengan berbagai macam theori, tetapi cukup dengan memberikan harta sebanyak-banyaknya kepada para pengausa atau orang yang berkuasa dikalangan orang mukmin, dan sudah akan tunduk, dan mengikutinya apa yang menjadi kehendak orang-orang Yahudi kafir. (QS: 2:120). Orang mukmin yang sudah mengikuti hawa nafsu Yahudi, maka mereka akan menjadi budak kaum Yahudi, dan hidupnya penuh dengan kehinaan, tanpa memiliki izzah dan marwah.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, memiliki izzah dan marwah, karena Beliau tidak sedikitpun terpengaruh oleh bujukan yang busuk dari Abu Sofyan, yang akan memberikan tiga ‘t’ kepada Baginda Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Salam, dan diminta menghentikan dakwahnya.
Tetapi, generasi baru Islam, yang sekarang ini banyak terlibat pergerakan, banyak diantara mereka yang luruh, dan masuk ke jurang kehinaan, serta jatuh ke dalam pelukan Yahudi dan musuh-musuh Allah, karena mereka sudah kehilangan orientasi dan tanpa ada tujuan yang jelas. Akhirnya mereka hanya menjadi orang-orang yang mengabdi kepada tiga ‘t’, bukan lagi mencari ridha Allah Azza Wa Jalla.
Harapan untuk mendapatkan kemenangan semakin jauh, karena mereka secara sadar menukar ayat-ayat Allah yang mulia dengan tiga ‘t’, demi memenuhi hawa nafsu, dan keserakahan terhadap kehidupan dunia. Mereka berbicara dengan nilai-nilai yang bersumber dari al-Qur’an, tetapi dalam praktek hidup yang mereka jalankan adalah kehidupan ‘la diniyah’ seperti orang-orang Yahudi. Wallahu’alam.