Mursyid ‘Aam Ikhawanul Muslimin Mesir, Mohammad Mahdi Akif mengajak umat Islam di Mesir, di negara-negara Arab dan umat Islam di seluruh dunia untuk terus mendukung rakyat dan kelompok-kelompok pejuang di Palestina dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan rezim Zionis Israel. Mahdi Akif juga menyerukan umat Islam untuk terus menggelar berbagai aksi guna mengakhiri blokade Israel di Jalur Gaza dan membuka perbatasan-perbatasan terutama perbatasan Rafah.
Dalam pesannya yang dimuat di situs Ikhwanul Muslimin, Akif mengingatkan bahwa kejahatan Israel di Jalur Gaza belum akan berakhir.
Saudara-saudaraku di Mesir, Arab dan dunia Islam …
Israel telah gagal mencapai tujuannya dalam agresi brutalnya ke Gaza, oleh sebab itu Israel masih terus melakukan berbagai serangan di Jalur Gaza dan seiring dengan pemilu parlemen yang akan digelar, para pemimpin Israel mengancam akan melanjutkan agresinya terhadap rakyat Palestina. Seolah-olah, kursi kekusaaan hanya bisa dicapai dengan bayaran darah, tengkorak anak-anak, kaum perempuan dan darah rakyat Palestina. Sebuah pertanda bahwa pembantaian baru masih akan terjadi.
Esensi dari persoalan Palestina yang sudah berlangsung selama puluhan tahun adalah penjajahan dan tindakan rasial yang dilakukan Israel. Israel berulangkali melakukan pembantaian brutal dan operasi perusakan di wilayah Palestina serta mengusir rakyat Palestina dari rumah dan tanah air mereka, sehingga rakyat Palestina berserakan ke negeri-negeri yang jauh.
Rakyat Palestina berhak melakukan perlawanan terhadap penjajah, tapi kekuatan-kekuatan Barat yang gemar menindas, memberikan peluang pada Israel untuk mengontrol Palestina. Kekuatan Barat juga terus menerus memberikan perlindungan dan berbagai bentuk dukungan pada Israel dan menilai perlawanan rakyat Palestina melanggar hukum bahkan dicap sebagai teroris.
Menentukan nasib sendiri adalah hak dasar bagi seluruh umat manusia di dunia. Tapi hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri ditolak. Bahkan ketika PBB menyatakan para pengungsi Palestina berhak kembali ke tanah air mereka, para pengungsi itu masih dilarang masuk ke tanah airnya sendiri.
Setiap orang juga berhak memilih para pemimpin yang akan mewakili dan mengawal pemerintahan mereka, tapi rakyat Palestina terutama di Jalur Gaza harus menderita akibat blokade yang fatal hanya karena mereka memilih Hamas untuk memimpin. Rakyat Gaza dihukum hanya karena pilihan demokratis mereka.
Semua itu adalah bukti yang nyata, merosotnya kualitas negara-negara Barat yang mengklaim sebagai negara yang bermoral, menghormati hukum dan hak asasi manusia. Juga menunjukkan adanya hukum rimba yang berlaku di dunia, yang hanya memberikan legitimasi pada mereka yang memiliki kekuatan dan persenjataan, tapi tidak memberikan ruang pada mereka yang lemah, baik individu maupun pemerintahan.
Apakah negara-negara Barat ingat saat Uni Soviet yang sekarang hancur, menginvasi Afghanistan dan bagaimana ketika itu Barat dengan cepat memberikan bantuan dengan berbagai cara, terutama bantuan senjata pada para pejuang Afghanistan agar bisa mengusir pasukan Sovyet? Mengapa sekarang Barat menerapkan sikap standar ganda?!
Dan, apakah orang-orang Israel ingat ketika nenek moyang mereka diperlakukan diskriminatif di Eropa dan berkali-kali diusir dari Eropa? Ingatkah mereka ketika tidak ada satu pun negara yang mau melindungi Yahudi kecuali negara-negara Muslim, dimana masyarakatnya juga bersikap baik pada Yahudi? Inikah balasannya, pembantaian terhadap anak-anak dan perempuan, pertumpahan darah, penghancuran dengan menggunakan senjata-senjata terlarang dari Amerika?!
Israel telah 195 kali melanggar kesepakatan dengan Hamas dan Israel menerapkan blokade keji sejak tahun 2007. Dan, ketika Israel gagal mencapai tujuannya dengan cara blokade, mereka melakukan strategi lain yaitu agresi militer brutal ke Jalur Gaza untuk membungkam aspirasi rakyat Palestina, menghentikan tembakan roket, memberangus para pejuang dan ingin mengubur masalah Palestina selama-lamanya. Tapi ketangguhan rakyat dan pejuang Palestina telah membuat kagum dunia dan berhasil mengalahkan rencana jahat Israel serta mengusir penjajah dari Gaza yang menanggung rasa malu dan kekagalan.
Wahai organisasi-organisasi dan semua pemimpin negara …
Wahai Yahudi – Israel. Dimanakah hati nurani kalian? Selama dua tahun Anda berusaha keras membebaskan Sersan Gilad Shalit (prajurit Israel yang tertangkap dan ditawan pejuang Palestina). Pada saat yang sama kalian mengabaikan 11.000 rakyat Palestina di penjara-penjara Israel. Mereka terdiri dari warga sipil anak-anak dan perempuan, anggota legislatif dan para menteri Palestina.
Dimanakah hati nurani kalian, pada saat kalian memobilisasi kekuatan mencegah masuknya senjata-senjata amatiran ke Jalur Gaza yang digunakan pejuang Palestina untuk melawan penjajahan Israel, pada saat yang sama Israel mendapat bantuan persenjatan yang paling baru, paling canggih dan paling mematikan untuk melanjutkan penjajahan, penghancuran dan pembantaiannya di Palestina. Bukankah para pejuang Palestina yang lebih punya legitimasi untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah?!
Saudara-saudaraku di dunia Arab, Islam dan warga dunia yang merdeka …
Isu-isu yang harus menjadi kepedulian kita semua adalah masalah keadilan, kebebasan, kebenaran dan kemanusiaan, yang apabila kita tinggalkan maka akan menjadikan kebohongan dan penjajahan terus berlanjut dan kita akan kehilangan kredibilitas dalam upaya menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia, yang seharusnya diterapkan di dunia.
Wahai para pemimpin Arab dan Muslim …
Masalah Palestina adalah masalah martabat dan harga diri, dan sebenarnya masalah kehidupan, dan tanah leluhur, dimana terdapat tempat-tempat suci bagi umat Islam dan Kristen, dimana rakyatnya mempertahankan diri untuk kepentingan tanah air dan keamanan mereka. Jika kita mengabaikan perjuangan mereka, Allah melarang! Barat dan Israel menginginkan kita, anak dan cucu-cucu kita untuk menjadi pengungsi dan jadi budak Israel, para penjahat yang ingin memperluas wilayahnya dengan bayaran negara dan tanah air kita. Jika kita membiarkannya, lembaran sejarah akan mengutuk kita dan kita akan mendapatkan murka Allah, murka para malaikat dan semua orang akan mencela kita.
Saudara-saudara kita di Gaza telah melakukan tindakan yang sempurna, mereka telah memberikan pengorbanan yang sangat besar. Meski mereka mengalami luka berat, tapi mereka berhasil membongkar rencana jahat musuh. Oleh sebab itu, mereka tidak layak kembali hidup di bawah blokade, apalagi rumah-rumah mereka sudah dihancurkan dan ribuan dari mereka kini kedinginan tanpa tempat perlindungan. Oleh sebab itu kita harus segera mengakhiri blokade, membuka perbatasan dan menyediakan kebutuhan hidup bagi warga Gaza, tak peduli jika ada pihak yang tidak senang dengan apa yang kita lakukan.
Wahai para pemimpin Arab …
Anda semua telah menyaksikan bagaimana perasaan rakyat Anda dan mendengar permintaan mereka, maka kembalilah pada mereka. Di tangan merekalah kehormatan dan kemuliaan kalian. Berikanlah legitimasi dan perlindungan dan jangan menerima skenario-skenario musuh. Ketahuilah, rakyat Anda tidak akan meninggalkan Palestina dan saudara-saudara mereka di Palestina karena "seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, mereka tidak membiarkan saudaranya sesama Muslim ditindas dan mereka tidak akan berpaling dan mengecewakan saudara-saudaranya." dan "saling membantulah sesama kalian dan kebaikan dan kemuliaan dan bukan dalam kejahatan dan kekejaman." (al-Maidah:2)
Ancaman, tindakan dan konspirasi yang terjadi saat ini mengindikasikan bahwa Israel sedang merencanakan perang yang lain ke Gaza dalam waktu dekat. Itulah sebabnya kami menyerukan masyarakat Arab dan Muslim, semua organisasi dan kekuatan-kekuatan yang ada di seluruh dunia untuk: menggelar aksi darurat sedunia dengan tujuan untuk memberi peringatan pada Israel dan para pendukungnya akan konsekuensi yang akan mereka hadapi jika mereka kembali melakukan tindakan kriminal. Kami juga menyerukan seluruh dunia untuk melakukan aksi-aksi guna mencabut blokade dan membuka semua perbatasan, terutama perbatasan Rafah. Hanya Allah-lah tujuan utama kita.
Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin, Mohammad Mahdi Akef Cairo, Rabu, 4 Februari 2009
(ln/prtv)