Betapa manusia modern yang sudah terjebak dalam kehidupan jahilayah, setiap harinya hidup mereka tak dapat lepas dari zina pikiran, lamunan dan khayalan, yang menyelimuti kehidupan mereka. Setiap langkah keluar rumah, dan bahkan di dalam rumah pun tak dapat melepaskan dari bahaya zina pikiran, lamunan, dan khayalan. Hakikatnya, bi’ah yang ada, dan diciptakan oleh manusia itu sendiri, sejatinya telah membawa mereka kedalam kehidupan yang kotor, akibat zina pikiran, lamunan, dan khayalan.
Siapa hari ini yang dapat menjaga dirinya dari zina pikiran, lamunan-lamunan yang tak terbatas, khayalan-khayalan, yang telah merasuk dalam jiwanya, dan menguasai seluruh relung kehidupannya, tak mampu lagi manusia, bangkit menghadapi nafsu syahwat yang telah membelenggunya. Kehidupan dunia yang serba gemerlap dengan rona, yang sangat menarik dahaga bagi manusia, yang haus akan kenikmatan dunia, maka pikirannya, lamunannya, dan khayalannya, hanya menjadi sarana pembuka syahwat, yang sudah menguasainya. Inilah kehidupan di zaman ini.
Zina pikiran, lamunan, khayalan itu, senantiasa akan terus berputar-putar di dalam hati manusia, yang tak akan ada habis-habisnya. Apalagi, kehidupan kini, yang semakin penuh dengan tawaran kenikmatan dunia, maka akan semakin mendorong manusia, terus menerus dikuasai pikiran, lamunan dan khayalannya, sampai saat datangnya kematian itu sendiri. Manusia yang sudah dirasuki pikiran, lamunan, dan khayalannya pada kenikmatan dunia, ibarat seperti orang-orang yang terus-menerus mengejar fata morgana, yang dikira akan dapat memuaskan dahaganya, ternyata itu hanyalah khayalan, karena fatamorgana itu, tak pernah berubah menjadi air yang menyejukkan tenggorokan mereka.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu ia tidak mendapati sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allahk memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS : an-Nuur : 39)
Pikiran kotor, lamunan, dan khayalan merupakan modal bagi orang yang bangkrut alias pailit dalam perdagangan. Kekuatan jiwa yang kosong tanpa isi, yang sudah dirasuki dengan pikiran, lamunan dan khayalan, dan tidak lagi terpaut dengan kebenaran dan kebaikan.
Lamunan sangat berbahaya bagi manusia, karena menyebabkan kelemahan, ketidakberdayaan, kemalasan, penyimpangan, penyia-penyiaan waktu, melalaikan perintah Allah, dan hanya melahirkan kepayahan dan kelelahan. Tatkala seorang pikirannya sudah dipenuhi dengan lamunan dan khayalan, maka akan kehilangan saat menikmati alam realitas. Ia akan membayangkan bentuk khayalan di dalam hatinya, ia merasa puas dengan bentuk palsu yang sifatnya fiktif, saat itu ia melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya sama sekali. Ibaratnya seperti orang yang lapar dan dahaga yang membayangkan makanan atau minuman yang lezat dengan bentuk fiktifnya. Seakan ia makan dan minum. Orang yang merasa puas dengan dunia khayalan telah menunjukkan dirinya berjiwa hina.
Hakikatnya, waktu itu, tak lain, adalah umur manusia. Jika hidupnya hanya dalam pikirannya yang penuh dengan lamunan dan khayalan, maka saatnya nanti manusia akan dihadapkan dengan realitas yang sejatinya, yaitu kehidupan akhirat.
Di mana manusia akan mendapatkan kenyataan yang sejati tentang kehidupannya. Pikiran yang selalu dibenamkan dengan lamunan dan khayalan, yang tak berujung, dan hanya diorientasikan kepada kenikmatan-kenikmatan yang sifatnya palsu, maka saat manusia tersadar dari lamunan dan khayalan, manusia hanyalah akan menderita yang sangat. Ternyata alam yang nyata, yang dihadapinya diakhirat, yang selama ini tidak pernah terbersit dalam lamunan dan khayalan menjadi sebuah kenyataan, dan ketika manusia tidak dapat lagi lari dari kenyataan itu.
Setan masuk dalam hati yang kosong dari lintasan pikiran, kemudian ia menyibukkan pemiliknya dengan hal-hal yang rendah. Tetapi manusia yang pikiran lamunan dan khayalan sudah dipenuhi dengan nafsu, menyebabkan bisikan setan yang akan membawanya kepada kehidupan yang rendah dan hina, lalu manusia mennganggapnya sebagai kemuliaan, keindahan, dan kenikmatan.
Maka, orang-orang yang berburu dengan kenikmatan palsu, keindahan yang hina, serta kesenangan sesaat, hakikatnya sudah menjadi pengikut dan budak setan. Mereka tidak dapat lagi membedakan mana yang bernilai al-haq, dan mana yang bernilai bathil. Semua kenikmatan yang bersumber dari bisikan setan, memupuskan segala kebaikan yang dimilikinya.
Karena itu, orang-orang yang menempuh jalan tasawuf (arbabus suluk) mendasarkan suluk (akhlak) mereka dengan menjaga lintasan-lintasan pikiran mereka, dan senantiasa menjauhkan diri pikiran yang membawa kepada lamunan dan khayalan, yang menjerumuskan mereka ke dalam kehidupan para hamba dunia.
Belajarlah dengan Umar Ibn Khatab, yang pikirannya selalu penuh dengan pikiran-pikirannya yang hanya diarahkan untuk mencapai ridha Allah Azza Wa Jalla.
Umar shalat dengan khusuk. Tetapi, saat usai shalat, pikirannya dipenuhi dengan bagaimana mengatur tentaranya. Antara shalat dan jihad selalu tak pernah dipisahkannya.
Setan tak pernah bisa masuk dalam benaknya Umar, yang merusaknya dan mengalihkan itijah (orientasi) hidupnyag yang tulus hanya diarahkan untuk tunduk dan patuh kepada Allah semata. Walahu’alam.