فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ ﴿١٩﴾
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu." (QS. Muhammad [47] : 19)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٦٥﴾ بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُن مِّنْ الشَّاكِرِينَ ﴿٦٦﴾
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Oleh karena itu, hendaklah Allah saja, yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS. Az-Zumar [39] : 65-66)
Yaitu ajaran tauhid yang ditafsirkan oleh Nabi Shallahu alaihi wassallam dalam aktivitas kehidupannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah Ta’ala melalui firman-Nya yang menyitir kata-katanya:
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾
"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku." (QS. Asy-Syu’ara [26] : 80)
Dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa Ibnu Abbas r.a mengatakan firman-Nya :
حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ﴿١٧٣﴾
"Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung." (QS. Ali-Imran [3] : 173)
Ibrahim alaihis sallam mengucapkannya saat dilemparkan ke dalam api, maka Allah menjadikan api itu sejuk dan kesalamatan baginya. Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam telah mengucapkannya saat orang-orang munafik mengatakan kepadanya sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ﴿١٧٣﴾
Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangkamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu justeru menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung". (QS. Ali Imran [3] : 173)
Ajaran tauhid bukan sekadar mengucapkan "laa ilaaha illalloh", kemudian amal perbutan disuatu sisi, sedangkan "laa ilaha illahoh" di sisi lain yang berseberangan.
Memang banyak orang mengucpkan "laa ilaaha illahoh", tetapi karena mengingkari pemahamannya, mereka tidak terpengaruh olehnya dan cahaya "laa ilaahaa illalloh" tidak mereka realisasikan dalam kehidupannya. Mereka mengucapkannya, kemudian menjauhi masjid. Mereka mengucapkan "laa ilaahaa illalloh", tetapi makan dari riba, berpakaian dari riba, minum dari riba, dan mengambil dengan cara riba, kemudian seseorang diantara mereka mengangkat kedua tangannya seusai shalat dan berdo’a; "Ya Tuhanku! Ya Tuhanku," sedang perutnya dipenuhi dengan riba.
Di manakah "laa ilaaha illalloh"?
Mereka mengucapkan "laa alaaha illalloh", kemudian mengingkari hijab, meninggalkan, dan menolaknya. Seorang wanita keluar rumahnya, dia mengugcapkan "laa ilaaha illalloh", sedang amalnya bertolak belakang dengan prinsip "laa ilahaa illlalloh". Dia keluar memamerkan perhiasan dan kecantikan serta menanggalkan kehormatan, iman, dan rasa malunya kepada laki-laki fasiq, suka melacur. Kita pun tidak dapat mengadu, selain hanya kepada Allah.
Sesungguhnya ajaran "laa ilaaha illalloh" dalam kehidupan para shahabat pada masa lalu mempunyai makna tersendiri, cahaya, dan cita rasa yang lain. Di kalangan para shahabatlah terdapat contoh-contoh yang benar dalam mengimplementasikan makna "laa ilaaha illallalloh", yaitu kamu korbankan jiwa dan ragamamu hanya kepada Yang Maha Tunggal lagi Maha Esa, Allah SWT.
إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١١﴾
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu." (QS. At-Taubah [9] : 111)
Makna "la ilaaha illalloh" menurut ulama salaf ialah janganlah Anda melewatkan satu shalat pun di dalam masjid selama Anda kuat lagi mampu.
Berikut ini adalah Sa’id ibnul Musayab, salah seorang tabi’in, dalam sekaratul mautnya dia bersumpah dengan nama Allah seraya mengatakan, "Tidaklah sekali-kali muadzdzin menyerukan adzannya sejak 40 tahun yang silam, melainkan aku telah berada dalam masjid".
Kami katakan, "Wahai Sai’id sesungguhnya telah didapati di kalangan kaum muslim orang-orang yang tidak mengenal masjid. Jika mereka datang ke masjid, maka dengan sikap riya’, pamer, dan basa-basi."
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ﴿٥٩﴾
"Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan." (QS. Maryam [19] : 59)
Wahai Ibnul Musayyab, sesungguhnya al-Qur’an yang dahulu biasa dibaca di rumah-rumah kaum Muhajirin dan kaum Anshar, sekarang telah berubah karena telah diganti di kebanyakan rumah menjadi nyanyian asmara, suara dawai, musik, gitar, gendang, dan gitar. Kami pun hanya bisa mengadu keadaan kami kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah Shallahu alaihi wassalam mengirimkan pasukan ke gelapan malam dan mereka mengangkat dua orang shahabat untuk piket, yaitu Ammar ibnu Yasir dan Abbas ibnu Bisyr. Keduanya diberi tugas untuk menjaga pasukan yang sedang berjuang di jalan Allah di kegelapan malam, sedang Rasulullah Shallahu alaihi wassalam telah bersabda, "Ada dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalaman berjaga di jalan Allah." (HR. Tirmidzi)
"Dan mata yang menghindar dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah".
Akan tetapi, pada masa sekarang terdapat ribuan mata, saat hati mereka kosong dari "laa ilaaha illalloh", mengumbar penglihatannya melihat hal-hal yang diharamkan, lupa kepada Tuhan yang menguasai bumi dan langi, yang pandangan-Nya kepada hamba lebih cepat daripada pandangan hamba kepada kemaksiatan.
Peliharalah kedua matamu, jika memperlihatkan kepadamu aib suatu kaum. Katakanlah kepadanya, "Hai mata, orang lain mempunyai banyak mata!"
Abbas ibnu Bisyr dan Ammar Ibnu Yasir pun bangkit untuk piket jaga. Ammar berkata kepada Abbad, "Apakah engkau jaga di permulaan malam hari atau penghujungnya?". Abbad menjawab, "Aku piket di permulaan malam hari". Abbad pun bangkit untuk melakukan piket dan jaga.
Dalam tugas jganya Abbas senbaru melakukan shalat dan menangis. Ketika musuh mengirimkan anak panah kepadanya saat ia sedang shalat, ia mencabut anak panah yang mengenai dirinya dan melanjutkan shalatnya.
Mereka mengirimkannya lagi untuk kedua kalinya dan ia langsung mencabutnya, dan mereka mengirimkannya lagi untuk ketiga kalinya. Iapun mencabut sendiri. Ketika darahnya banyak yang keluar, ia mempersingkat shalatnya dan bersalam. Lalu ia memanggil Ammar seraya berkata, "Hai Ammar, sekarang giliranmu jagamu. Demi Allah yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Seandainya aku tidak kawatir terbunuh, karena musuh nanti akan masuk, tentulah aku tidak akan memutuskan shalatku, meskipun harus mati".
"Kami berasal dari kaum yang bila diseru untuk mengerjakan shalat, mereka tetap menghadapkan wajahnya ke arah Ka’bah, dan menyerukan takbirnya bersama dengan ar-Ruhul Amin, meskipun peperangan membasahi bumi dengan darah merah segar".
Akan tetapi, sesudah generasi ini datanglah satu kaum yang meninggalkan shalat shubuh, kecuali mereka yang dirahmati oleh Allah. Wallahlu’alam.