Menurut ayat di atas, Iblis berjanji akan terus berjuang untuk mencapai programnya, yaitu:
1. Menyesatkan manusia.
Manusia terbagi dua golongan: ada yang sesat, yaitu teman-teman setan dan ada yang berada dalam jalan yang lurus, yaitu yang menjadi sasaran kerja setan. Orang-orang yang berada dalam kesesatan tidak akan digoda setan melainkan akan dia jadikan sebagai teman setia yang dia pertahankan untuk tetap dalam kesesatan.
Adapun yang digoda adalah golongan orang yang sudah berada dalam jalan yang lurus, yaitu dengan menggiring mereka agar menjadikan ibadah untuk kepentingan dunia dan menilai ibadah dengan nilai duniawi. Dengan cara ini maka mereka akan menilai ketakwaan dirinya dengan ukuran kehidupan lahir. Padahal tiada yang mengetahui ketakwaan seseorang selain Allah Swt.
Orang yang didatangi setan tidak terbatas pada orang yang lemah imannya saja tetapi orang yang sekaliber sahabat Rasul saw. pun selalu dia datangi. Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk memandang diri jauh atau aman dari godaan dan bisikan setan apalagi sampai memandang diri sudah mampu menundukkan setan. Hanya saja cara yang digunakan setan untuk menggoda sangat berbeda antara menggoda orang yang imannya lemah dengan orang yang imannya kuat.
Demikian pula cara menggoda orang yang tidak mengerti tentang Islam berbeda dengan cara menggoda orang yang mengerti. Jika ada orang yang mengaku bahwa dirinya telah aman dari setan, boleh jadi pengakuan tersebut muncul karena bisikan setan juga. Jika orang yang mengerti tentang Islam telah dapat digoda maka godaan tersebut akan berakibat kepada orang-orang yang bodoh.
Yang sangat dikhawatirkan adalah jika ada orang yang mengerti tentang agama dijadikan pusat kesesatan tanpa dia sadari. Umpamanya, seseorang melakukan hal yang terpuji menurut pandangan manusia lalu dengan perbuatan tersebut dia dapat melahirkan hal-hal yang luar biasa dan di luar jangkauan akal manusia, seperti mengobati orang sakit dengan cara yang sangat sederhana namun banyak orang yang sakit parah mendapat kesembuhan.
Dengan terlihatnya sebagai orang luar biasa, maka muncullah keyakinan dari masyarakat yang memandangnya sebagai orang istimewa dan tidak lama dia pun ditempatkan pada kedudukan berhala tanpa dia sadari. Umat yang mengaguminya berkata: kami minta pertolongan kepadanya karena dia adalah orang yang sholeh agar dia mendoakan kami sebagaimana yang dilakukan para sahabat dahulu dan kami yakin bahwa yang menyembuhkan kami hanyalah Allah.
Kalimat ini adalah menandakan adanya iman yang terdapat pada qalbu mereka. Semoga Allah tetapkan keimanan pada qalbu mereka hingga ajal menjemput mereka. Namun sebaliknya jika orang yang sholeh itu mendengar ucapan tersebut lalu merasa bahagia serta bangga dengan sanjungan mereka maka ketika itu pula kesholehan dan ketakwaannya berkurang. Jika sudah berkurang maka ketakwaannya sangat mudah untuk menghilang.
Jika seseorang sudah kehilangan ketakwaan maka dengan leluasa setan memperalatnya untuk menyesatkan umat dengan berbagai cara antara lain dengan menjadikannya sebagai orang yang sangat luar biasa seperti dapat berhubungan dengan makhluk gaib atau tampil sebagai orang yang dapat mengusir jin.
Padahal, terusir dan tidaknya tidak dapat diketahui oleh manusiakarena jin adalah gaib. Kemudian tiba saatnya bagi setan untuk menindaklanjuti dengan memperbanyak orang keserupan, maka keluarga dari orang yang keserupan segera mendatangi “orang pintar” tadi dengan haparan agar orang yang kesurupan segera sembuh.
Dengan rekayasa setan, akhirnya orang tersebut dikenal menjadi seorang ahli menyembuhkan kesurupan yang dari hari ke hari semakin disibukkan dengan mengobati kesurupan dan dia meyakini bahwa apa yang dia lakukan adalah amal shaleh yang sangat bermanfaat bagi kepentingan umat .
Dengan keyakinan ini tidak sedikit para aktifis da’wah disibukan dengan ruqyah yang akhirnya waktu untuk menyebarkan ilmu sedikit demi sedikit berkurang, bahkan ada yang sampai meninggalkan ta’lim. Keluhan dari para santri pun tidak lagi mendapat perhatian serius.
2. Membangkitkan angan-angan kosong
Semua orang memiliki cita-cita ingin hidup bahagia dan selamat dari bahaya. Untuk mencapai yang dicita-citakan ada yang bekerja dengan memperhatikan aturan yang benar dan dapat mengantarkan dirinya mencapai sasaran dan ada pula yang bekerja dengan melanggar aturan dengan anggapan bahwa dia dapat mengambil jalan pintas untuk mencapai yang diharapkan.
Ketika dia ingin mendapat keuntungan maka yang terlihat untung yang besar tanpa pengorbanan. Jika sakit pada salah satu anggota badan maka yang terbayang bagaimana caranya agar segera sehat meski harus mengorbankan aqidah. Artinya mengutamakan sehat sementara dan rela mengorbankan sehat yang abadi, yaitu sehat aqidah yang menjadi landasan utama untuk mendapat keuntungan abadi dan di dalam hati terdapat bayangan bahwa umurnya masih panjang. Sekiranya dia berada dalam kesesatan maka dia bercita-cita ingin memperbaikinya setelah tercapai apa yang diinginkan.
3. Menyuruh memotong telinga binatang.
Setiap bangsa mendapat warisan budaya dari para pendahulunya, salah satunya adalah budaya memotong telinga binatang. Budaya ini merupakan keyakinan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Namun, karena mereka meyakininya maka sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka, yaitu keyakinan adanya barokah pada binatang tertentu. Hal itu tidak diragukan merupakan ajaran setan yang berkaitan dengan binatang.
Sehingga mereka meyakini adanya keistimewaan pada binatang-binatang tertentu. Maka binatang tersebut diberi tanda khusus untuk diyakini bahwa binatang tersebut bukan binatang biasa. Cara ini sangat berkaitan dengan budaya yang telah menjadi kayakinan sebagian masyarakat.
4. Menyuruh untuk mengubah ciptaan Allah.
Setan berusaha mendorong hawa nafsu manusia dan mendorong mereka untuk memenuhi tuntutannya dengan cara yang menyimpang dari ajaran Allah. Intinya adalah membuat manusia kehilangan rasa puas terhadap apa yang telah Allah berikan kepada mereka hingga mereka berusaha untuk melakukan perubahan sesuai keinginan kendatipun dengan jalan yang dimurkai-Nya.
Jika Iblis berhasil mencapai program-program di atas maka dia akan mendapat tambahan teman dari golongan manusia untuk sama-sama menggoda manusia lainnya agar jumlah orang yang sesat terus bertambah hingga semua orang celaka di akhirat nanti. Semoga Allah melindungi kita semua dari godaan setan.
Dari kedua ayat di atas dapat kita ambil pelajaran yang sangat penting bahwa orang yang kemasukan setan tidak selalu terlihat oleh manusia dan tidak pula selalu diketahui oleh manusia. Sementara pengobatan yang dilakukan dengan ruqyah yang dikenal masyarakat sekarang hanya terbatas kepada orang-orang tertentu, yaitu orang yang dipandang kesurupan atau sejenisnya.
Dengan tersebarnya pemahaman tentang ruqyah di tengah masyarakat dan praktik meruqyah sering ditayangkan pada bebarapa chanel televisi dengan cara yang tidak sama, maka perlu kita kaji siapa sebenarnya yang terlebih dahulu kemasukan setan? Cara meruqyah yang manakah yang seuai dengan contoh rasulullah saw? Mengapa setelah banyaknya praktik meruqyah sering terjadi kesurupan baik perorangan atau kesurupan masal?
Jika terdengar seorang ahli ruqyah berkata di hadapan seorang pasien: “Orang ini sedang kemasukan jin”. Darimanakah dia dapat mengetahui bahwa di dalam diri orang tersebut terdapat jin? Jika dia menunjuk di mana jin itu berada, maka patut kita pertanyakan: siapakah yang memberi tahu kepadanya? Jika dia mendapat berita dari yang gaib, siapakah yang lebi dulu kemasukan jin, bukankah dia yang lebih dulu kemasukan makhluk gaib, yaitu jin?
Kalau diyakini bahwa yang memberi tahu adalah jin muslim, atas dasar apakah jin muslim berinteraksi dengan manusia, padahal sebagaimana manusia muslim senantiasa menghadapai kewajbaan yang demikian banyak maka kewajaban dia juga masih banyak yang belum dilaksanakan? Sungguh tidak patut baginya untuk menyibukan diri dengan melakukan hal yang tidak diperintahkan oleh Allah kepadanya.
Jika ditemukan seorang ahli ruqyah mengobati pasien disertai dengan menggunakan tenaga atau gerakan tertentu maka sesungguhnya tenaga dan gerakan tersebut tidak ada kaitannya dengan pengobatan atau ruqyah, sebab ruqyah adalah satu komunikasi seorang hamba dengan Allah.
Ini dari satu segi dan dari segi lain jika ruqyah tersebut berkaitan dengan pengusiran jin dari seseorang maka sesungguhnya jin tidak akan dapat diusir dengan tenaga manusia. Karena jin memiliki dimensi yang berbeda dari manusia. Ketika seseorang mengusir jin dengan menggunakan tenaga pada gerakan tangan, umpamanya, maka sesungguhnya jin dapat memasuki tangan yang digerakan itu. Bahkan dia pun dapat menggerakan tangan tersebut dengan gerakan yang di luar kebiasaan.
Kesimpulan:
- Orang yang kemasukan jin atau setan tidak terbatas pada orang yang dinyatakan kesurupan, tetapi orang yang tidak kesurupan pun banyak sekali yang kemasukan setan.
- Semua orang yang sedang berbuat maksiat adalah orang yang sedang kemasukan setan atau terbawa oleh setan.
- Orang yang diduga kesurupan belum tentu kemasukan setan melainkan boleh jadi dia sedang terkena gangguan kesehatan biasa yang perlu dibawa kepada ahli medis.
- Orang yang menuduh kemasukan setan kepada orang lain, patut dipertanyakan: siapakah sebenarnya yang kemasukan setan itu, mungkinkah dia sendiri yang lebih dahulu kemasukan setan? Bisa saja setan yang mendorong dia untuk berkata tentang yang gaib padahal tidak ada yang mengetahui yang gaib selain Allah dan para rasul sesuai dengan berita melalui wahyu Allah.
- Orang yang mengobati kesurupan dengan ruqyah disertai dengan gerakan-gerakan tertentu, tidak mustahil gerakan tersebut termasuk bantuan setan yang merupakan sandiwara untuk menggiring manusia menuju kesesatan.
- Dengan demikian maka sangatlah penting untuk lebih waspada dalam menangani masalah yang berkaitan dengan keyakinan. Semua orang memiliki potensi yakin. Potensi tersebut ada yang berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu meyakini yang ada tetapi tidak terlihat yang disebut dengan ghaib. Ada pula yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak ada yang disebut ‘adam.
والله أعلم