Anda masih kelihatan optimis melihat masa depan dakwah ini? Apa yang membuat Anda seperti itu?
Pertama-tama, Allah Azza Wa Jalla telah berjanji untuk selalu membela mereka yang memperjuangkan agama-Nya. Dia telah memerintahkan kita untuk selalu berkerja keras dan menolak segala rasa frustrasi. Semua kader harus percaya akan pertolongan Allah Rabbul Aziz, dan bangga akan nilai dan prinsip agama ini.
Kita harus merasakan kebesaran, kekuatan dan harapan yang ada pada ajaran kita. Islam telah menyebarkan nilai dan prinsip ke seluruh dunia dan membuat kita semua untuk melakukan ibadah yang benar. Nilai dan prinsip ini menyuruh kita untuk melayani bangsa kita, dakwah kita dan Islam itu sendiri. Semoga Allah Rabbul Alamin selalu menolong kita dalam melaksanakan tugas yang besar ini.
Saya heran jika ada kader dakwah yang meyakini agama dan jamaah ini bisa merasa resah akan kondisi politik dan keamanan saat ini. Untuk seorang muslim, dunia ini hanya persinggahan yang sebentar, dan menuntutnya dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas dan melayani agama, negara dan umatnya.
Saya heran jika mentalitas seperti itu ada pada mereka yang memimpin negara. Allah menyuruh kita untuk melayani umat manusia, dan negara dalam seluruh aspek kehidupan, baik itu budaya, pendidikan, ekonomi atau bahkan olahraga.
Saya heran pada terhadap pemerintah yang menolak sekelompok generasi yang sangat baik, yang telah dibentuk oleh nilai-nilai Islam, dan manhaj Islam, yang menurut Hasan Al Bana, seharusnya pemerintah Mesir menerima mereka dengan sepenuh hati. Tapi, semua kader dalam jamaah ini menyandang beban yang berat, dan dalam kondisi yang berat pula, dan hanya orang-orang yang mempunyai kekuatan yang bisa menjalaninya.
Pemilu 2005, Ikhwan mendapatkan 88 kursi di parlemen. Semua orang larut dalam kemenangan. Tapi, kemudian trennya menurun. Semua itu memberikan efek negatif kepada Ikhwan.
Mengenai periode kebanggaan setelah 2005 itu, Ikhwanul Muslimin memenangkan sejumlah kursi yang dianggap sebagai hasil yang menggembirakan, jika dibandingkan dengan jumlah total kursi yang ada. Kami mendapatkan 150 sampai 160 kursi dari 450 kursi yang ada. Namun, hasil ini ternyata malah menjadi peringatan bagi lawan dan para koruptor yang ingin tetap berada dalam posisinya.
Mereka melihat sebuah semangat yang menyebar di seluruh penjuru negeri. Semangat untuk dekat dengan Allah, berperilaku baik, keadilan, kebebsan dan sirkulasi (pergantian) kekuasaan yang juga baik. Tapi mereka tidak menginginkan itu terjadi, sehingga mereka melancarkan serangan balik yang menikam terhadap jamaah ini.
Saya menyadari ini melalui seseorang yang saya pikir telah mengatakan sebenanrya. Tekanan demikian muncul dengan amandemen terhadap konsitusi yang selama ini menjadi tameng bagi tirani dan ketidakadilan, dan membuatnya menjadi legal. Itu semua diatur oleh pengadilan militer, membekukan ases rakyat, dan juga merampas tempat tinggal mereka. Tapi ini tidak sedikitpun menyurutkan semangat kami, bahkan semakin membuat kami solid di semua wilayah. Lagipula, hak asasi dan masyarakat luas sudah lama mengecam tindakan represif itu.
Orang-orang ini tidak punya rasa malu—bayangkan total asset IM itu hanya berjumlah 20 sampai 24 ribu pounds, tidak lebih dari harga hadiah yang diberikan oleh seorang laki-laki di antara mereka kepada tunangannya. Mereka menangkap seorang lelaki renta, hanya karena menjual minuman, dan mereka yang menjebloskan orang tak bersalah ke dalam penjara adalah penjahat yang sesungguhnya. Kami—Ikhwan—punya pikiran, serta sikap, perilaku, dan pandangan yang baik dan masuk akal. Kami tidak pernah peduli dengan apa yang terjadi pada diri kami, sebaliknya kami lebih peduli pada nasib orang lain, dan bagaimana membuat mereka semua menjadi baik. Tapi ada sekelompok orang yang tidak ingin kami melakukan hal itu.
Tahun 2004, saya mengusulkan sebuah Rencana Reformasi. Di tahun 2005, kami mulai berusaha mengumpulkan semua pihak dan golongan politik di negeri ini, memprakarsai koalisi dan membuat Ikhwan menjadi sebuah ‘tauladan’, terutama dalam memandang setiap permasalahan dari segala sudut. Kami mengumpulkan 36 Sekretris Jenderal, dari 36 anggota koalisi, dan kami bahkan mengambil 9 kursi dari 36 itu. Tapi koalasi ini gagal, dan saya sendiri tidak yakin, jika pemerintah atau seseorang yang berada dibalik kegagalan itu.
Kemudian, kami bergabung dengan Front Pembaruan Nasional (National Front of Change) yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Dr. Aziz Sedki. Beliau terus mengatakan berulang-ulang sampai akhir hayatnya: “Kalianlah satu-satunya kelompok yang aktif di Mesir.”. Saya mengatakan kepadanya, “Kami mendukung Anda, dan kami ingin pemperbaiki negeri ini dan menyatukannya.” Setelah beliau wafat, tak ada lagi yang menggantikannya. Bahkan, sampai saat ini, ketika kami semua berkumpul, semua tokoh politik dan kaum cendikiawan selalu mengatakan: “Kami ingin Ikhwan kembali memprakarsai koalisi lagi.” Saya bilang, kami siap dan kami sekarang sedang menyiapkannya, insya Allah.
Bagaimana para kader Ikhwan yang masih muda menyelesaikan semua masalah ini?
Ikhwan adalah bagian dari masyarakat Mesir. Kami terdiri dari mahasiswa, pekerja, pengusaha, pedagang dan lainnya, yang masing-masing mempunyai pembina. Setiap kader Ikhwan selalu memberikan yang terbaik dalam sistem yang baik dalam hidupnya. Dan, Ikhwan sendiri tidak membebani seorang kaderpun di luar batas kemampuannya. Ketika kami mengatakan bahwa kami sedang memperbaiki diri sendiri, keluarga dan lingkungan, kami benar-benar memfokuskan diri pada hal itu. Dan, kami akan berusaha menjadi ‘tauladan’ di Mesir. Inilah yang kami ajarkan kepada anak-anak kami. Kami ajarkan kepada mereka, bagaimana menyelesaikan masalah, bagaimana menerima arahan (taujih), berpikir dengan pengetahuan yang produktif, dengan dan keyakinan yang benar. Inilah misi kami terhadap saudara-saudara kami yang lain.
Ketika saya memperhatikan saudara-saudara saya, saya melihat mereka pun melakukan hal yang sama. Kami selalu mencari sesuatu agar kami kuat, dengan perilaku yang baik, pengetahuan yang luas dan keyakinan yang nyata. Inilah sesuatu yang tak akan bisa dilakukan oleh orang lain.
Ini berarti Ikhwan mempraktikan apa yang Imam Al Bana sebutkan—untuk mendirikan Negara Islam, maka dirikanlah Islam di dada setiap orang dulu?
Betul. Setiap orang harus memulai dari dalam dirinya dulu dan keluarganya. Saya pikir, apapun ancaman yang datang dari kekuatan militer dan rejim korup, tak akan ada efeknya terhadap proses reformasi. Semakin sering kader kita menerapkan konsep ini, maka semakin cepat pula rejim itu jatuh.
Aksi secara kolektif, seperti pemilihan ketua mahasiwa, pemilihan dewan syuro, mereka mempunyai takaran tersendiri akan kondisi dan kalkulasinya masing-masing. Saya persilakan semua orang dari Partai Nasional Demokratik atau Dewan Pengambil Kebijakan mereka untuk menyetujui hasil pemilihan ini.
Bagaimana dengan kampanye media yang selalu negative terhadap Ikhwan?
Media terbagi ke dalam dua kelompok , media bayaran—kita semua tahu dan kami tidak memberikan respon balik. Saya sarankan kader Ikhwan agar jangan mempedulikannya atau membacanya. Saya tidak memberikan perspektif saya pribadi terhadap pers yang demikian, itu sesuatu yang nyata terjadi. Jika saya hidup dalam jamaah Ikhwan, wajar jika realitas yang ada di Ikhwan yang membimbing dan mengarahkan saya, bukanya media yang sinis. Pernah sebuah media menurunkan berita bahwa Ikhwan akan membunuh ketuanya. Ini adalah konyol sekali. Saya tidak membaca dan menanggapi media seperti ini.
Kategori media yang kedua, adalah media yang menyatakan mencari kebenaran, menyajikan pro dan kontra. Saya menghargai orang-orang seperti ini. Walaupun mereka skeptis, fakta di lapangan selalu menunjukan bahwa Ikhwan sangat dekat dengan ibadah kepada Allah, dan juga jujur terhadap rakyat. Waktu akan terus membuktikannya.
Ada juga suara yang lain yang bisa dipercaya, tapi sayangnya saya tidak tahu sumbernya. Media ini menceritakan Ikhwan, dan kemudian menulis: “Saya tidak tahu mereka, dan saya membedakan mereka dalam segala hal.” Mereka tahu fakta, tapi hanya sedikit dari mereka yang mau menyatakannya. Ada banyak kalangan di Mesir seperti, professor, atau ilmuwan yang menyatakan pandangan mereka dengan jujur. Saya respek kepada mereka, karena hanya orang-orang tertentulah yang bisa menyelesasikan masalah seperti itu.
Apa ini berarti Ikhwan itu tidak menoleransi kesalahan?
Tidak. Saya mendengarkan siapa saja yang mengkritik qiyadah Ikhwan, dan saya menyambutnya. Tapi saya harap siapapun yang mengkritik kami, datang untuk mengetahui kebenaran dan situasi sebenarnya. Kader Ikhwan kadang-kadang mengkritik tanpa tahu isu dan kondisi yang sebenarnya. Tapi, selalu melegakan jika ada seseorang yang menyampaikan kritiknya. Saya tidak pernah marah kepada orang yang menyampaikan kritik kepada saya. Saya tidak sempurna, kadang salah juga kadang benar.
Ikhwan menoleransi kesalahan.Tapi, ada perbedaan antara kesalahan dan kelalaian. Hanya sedikit sekali kader Ikhwan yang melakukan kesalahan-kesalahan. Salah itu manusiawi dan merupakan bagian dari kekuatan—bukan kelemahan—bagi mereka yang mencari kebenaran.
Orang kadang lupa jika qiyadah Ikhwan tidak bekerja sendirian. Dia didukung oleh jamaah. Ada mereka yang bertindak sebagai Tanfidzi (ekskutif), dan yang Dewan Syura, dan dewan-dewan yang lain. Ketika saya mengatakan sesuatu, saya tidak berbicara atas kemauan saya pribadi; saya konsultasikan dengan banyak ahli yang memiliki berbagai spesialisasi, dan melakukan banyak kajian. Banyak isu yang ditanggapi oleh Ikhwan, saya mengeluarkan pernyataan sebagai perwakilan dari jamaah. Saya pernah ditanya tentang kerja pelaksana Tanfidzi, dan saya jawab mereka mempunyai kekuatan yang sama dengan Mursyid ‘Aam Ikhwan, saya sendiri pernah ditanya tentang pekerjaan saya, dan saya jawab pula, semuanya berkumpul di kantor saya.
Jiwa yang tenang membedakan seseorang dengan lainnya. Contohnya, ketika militer mengintimidasi, mengeksekusi dan menghukum seseorang, sebagian orang mungkin bisa menoleransinya, tanpa merasa terintimidasi, sementara yang lainnya tidak bisa menerimanya, dan melawannya melalui aksi yang keras. Saya tidak bisa mengatakan apa-apa untuk hal yang terakhir itu, karena secara intelektual, siksaan itu mungkin malah menjadi sesuatu yang hebat.
Kader dan pemimpin Ikhwan tanpa diragukan lagi telah mengalami berbagai siksaan dan tekanan. Ketika militer masuk ke toko dan mengambil semua uang yang ada di dalamnya, apakah itu disebut perampokan? Ketika mereka menutup toko dan memberhentikan pekerjanya, dari mana mereka mendapatkan uang untuk menghidupi keluarganya? Ini adalah bisnis yang kecil, di mana kita semua harus menjaga dan mendukungnya, untuk melawan kemiskinan dan pengangguran adalah sesuatu yang harus kita lawan bersama.
Kami selalu berdoa agar kita semua bisa melewati kondisi ini. Kita akan melawan tirani yang arogan ini dengan bijaksana dan penuh kesabaran, karena rakyatpun tak akan pernah menghargai rejim ini.