Hadits berikut ini menyebutkan bahwa selama masa-masa terakhir dunia, urusan masyarakat muslim akan jatuh ke tangan orang-orang yang benar-benar bodoh dan tidak mempunyai pemahaman tentang agama Islam.
Abd Allah Ibn ‘Amr Ibn Al-‘Ash meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :
Allah tidak akan mencabut pengetahuan dari hati para ulama, tetapi dia akan memaafkan mereka (mereka meninggal). Tidak ada lagi ulama yang menggantikan mereka, sehingga orang akan mempercayakan urusannya kepada pemimpin yang sangat bodoh. Mereka akan menghadapi berbagai persoalan, dan akan memberikan fatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan (Shahih Bukhari, Kitab Al Ilm; Shahih Muslim hadis ke 157 Kitab Al Ilm)
Ramalan tersebut telah terbukti, karena orang-orang Islam dewasa ini telah mengangkat pemimpin yang hanya tahu kulit luar Islam, tetapi tidak mengerti praktik dan inti Islam. Misalnya, sering kali seorang pengusaha, dokter atau insinyur diangkat menjadi imam mesjid. Para profesional itu tidak mempunyai latar belakang pendidikan Ushul Islam . Mereka tidak mempelajari syariat, Al qur’an atau Hadis. Mereka tidak tahu bagaimna mengambil kpetutusan hukum atau bagaimana menjelaskan tema-tema tertentu dalam Islam. Jadi, sementara bekerja sepenuh waktu dalam profesinya masing-masing, mereka meletakkan tugas kepemimpinannya terhadap masyarakat muslim urutan kedua, persis seperti kerja sampingan atau hobi. Mereka memang dapat bertindak sebagai imam atau pemimpin shalat jika tidak ada orang lain yang lebih representatitf untuk melaksanakan tugas tersebut. Namun ketika orang-orang tersebut mengklaim sebagai qa’izh (ulama , penceramah atau pemberi nasehat) mereka berarti telah memlampaui batas kewenangannya dan dapat membawa kerusakan serius pada masyarakat muslim.
Pemimpin masyarakat muslim semacam itu akan menjadikan masjid sebagai arena untuk memperebutkan dominasi sosial , bukan sebagai tempat untuk meningkatkan kehidupan keagamaan dan spiritual. Hal semacam ini juga telah diramalkan oleh Nabi Saw.
Anas meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :
“Sungguh salah satu tanda akhir zaman adalah ketika orang menyombongkan diri di masjid..” (An Nasa’i, Ahmad)
Para pemimpin yang sombong itu sebenarnya tidak layak untuk memberikan keputusan tentang persoalan keislaman secara umum dan secara khusus mereka tidak dibekali dengan pengalaman dan pengetahuan untuk menghadapi persoalan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat muslim pada masa modern ini. Karena dibesarkan dalam lingkungan pendidikan sekuler dan sama sekali buta tentang ilmu-ilmu keislaman, mereka akan menyusupkan pandangan mereka sendiri atau bisikan ego mereka, dan mengeluarkan keputusan yang merugikan masyarakat muslim sescara keseluruhan. Seribu empat ratus tahun yang lalu, Nabi SAW menggambarkan para pemimpin bodoh itu yang akan dimintai pendapatnya tentang sesuatu dan akan memberikan keputusan yang keliru , mereka sesat dan menyesatkan.
Adalah penting untuk menyadari bahwa tak seorang pun akan mampu mengeluarkan aturan tanpa memiliki kualifikasi yang diperlukan, dan tak seorang pun dapat mengeluarkan keputusan tanpa kualifikasi tersebut. Karena peraturan yang dikeluarkan memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat maupun pribadi, maka orang yang mengeluarkan peraturan tersebut harus memiliki akhlak yang mulia dan yang paling penting adalah bahwa mereka harus benar-benar layak.
Diriwayatkan dari salah satu faqih terbesar Abd Al Rahman Ibn Abi Layla,” Saya pernah bertemu dengan seratus dua puluh sahabat nabi. Masing-masing aku tanyai satu persoalan syariat, tetapi mereka menolak memberikan keputusan , dan malah merujuk kepada sahabat lain yang bisa memberikan jawabannya. Mereka takut memberikan jawaban yang keliru karena mereka akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah.
Imam Al Nawawi me riwayatkan bahwa Imam al –Syubi dan Al Hasan Al Bashri serta tokoh-tokoh tabi’in lainnya berkata :
Orang-orang zaman sekarang terlalu cepat mengeluarkan aturan yang didasarkan pada analisis mereka sendiri tentang sesorang. Jika hendak mencari jawaban terhadap persoalan serupa pada masa Umar ibn Al Khatab, ia akan mengumpulkan seluruh sahabatnya yang ikut dalam perang Badar (yaitu sekitar 313 sahabat ) untuk menemukan jawabannya.
Sayangnya para pemimpin Islam dewasa ini , alih-alih menggunakan masjid sebagai tempat untuk menunjukkan kebaikan dan keselamatan jiwa manusia di akhirat kelak, mereka justru menggunakan masjid untuk membicarakan masalah duniawi seperti politik, penghimpunan dana, atau ajakan kepada mengejar kehidupan dunia. Ini juga telah diprediksi dalam hadis lain yang menyebutkan bahwa Nabi Saw bersabda : “..Pada akhir zaman orang-orang akan datang ke masjid dan duduk membentuk lingkaran untuk mendiskusikan persoalan dunia dan kenikmatannya. Janganlah duduk bersama mereka . Allah tidak membutuhkan mereka (disebutkan oleh Al Qurthubi dalam Al jami lil-ahkama Al qur’an ketika menjelaskan surat An Nur)
Ketika ditanya tentang maksud hadis itu, Ibn Mas’ud menjawab bahwa para pemimpin yang bodoh akan berasal dari kelompok ashagir (Mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Islam, secara harfiah dikatakan’junior’) dan bukan dari kelompok akabir (ulama yang mencurahkan hidup mereka yntuk mempelajari Al Islam, secara harfiah berarti”senior”). Nabi Saw mengatakan bahwa tanda akhir zaman adalah ketika sudah tidak ada lagi illmu dan ilmu akan diambil dari kekompok ashagir.
Kini para pemimpin kita tidak terpelajar soal Islam, sehingga dalam istilah keagamaan mereka disebut “junior” meski usia mereka sudah lanjut. Lebih parah lagi ada banyak anak muda dalam kelompok internet Islam yang mengeluarkan keputusan tentang berbagai persoalan. Dalam sebuah situs islam di internet , ada seorang anak laki-laki berusia 18 tahun bertindak bagai seorang ulama besar yang mengeluarkan aturan dan mengatakan kepada saudara-saudara mereka seagama, Anda salah ! Anda termasuk orang kafir!’ Banyak orang membaca dan kemudian mengikuti apa yang ditulis oleh anak-anak muda itu. Seperti apa yang dikatakan Nabi mereka ‘sesat dan menyesatkan’