Jadi ada dua kelompok manusia di akhir zaman yang seringkali berperan sebagai para imam yang menyesatkan. Merakalah [1] para pemimpin sosial-politik-ekonomi dan [2] para pemuka agama di tengah masyarakat. Merekalah pemegang otoritas kekuasaan di bidang urusan keduniaan dan urusan keagamaan.
Jika kedua kelompok manusia ini tidak berperan berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya alias Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti sesatlah mereka. Dan berhubung mereka adalah panutan masyarakat maka mereka menjadi tidak saja sesat tetapi juga menyesatkan.
Hal ini diutarakan di dalam firman Allah Ta’aala berikut ini:
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
_
Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”._ (QS Ibrahim [14] ayat 21)
Di padang mahsyar nanti barulah para imam/pemimpin yang menyesatkan itu mengaku terus terang bahwa mereka tersesat dan tidak mengikuti petunjuk.
Seandainya mereka mengikuti petunjuk niscaya mereka bisa mengajak masyarakat yang dipimpinnya menuju petunjuk pula.