Dunia ini tiada lain adalah aset. Umat manusia harus menikmati sebagian dari dunia yaitu bumi dan seisinya. Bumi adalah habitat manusia, dan isinya adalah pakaian, makanan dan kendaraan. Semua ini hanyalah bagaikan makanan ternak untuk binatang yang membawa manusia (sebagai tuannya) dalam perjalanan menuju Allah SWT. Umat manusia tidak dapat hidup tanpa manfaat-manfaat itu, sama seperti seekor unta yang dipakai untuk perjalanan haji menuju Mekkah, tidak dapat dipakai kecuali diberi makanan ternak.
Oranya yang makan untuk memelihara dirinya sesuai syariah , akan dihargai, sementara orang yang makan melebihi kebutuhannya akan menjadi orang yang rakus dan untuk itu dia harus dikecam. Tidak disarankan untuk bersikap rakus di dunia ini karena hal itu akan mengubah sesuatu yang bermanfaat menjadi menjadi sesuatu yang berbahaya dan membuat seseorang menjadi tak lagi berharga sehingga tidak siap untuk menghadapi hari Pengadilan. Dia menjadi seperti orang yang memberi makan untanya dan membawakan air , serta mencari pakaian yang paling baik, dan melupakan orang yang ditemaninya dan yang telah pergi melakukan perjalanannya. Orang seperti itu tertinggal sendirian di sebuah lembah dengan untanya, dia kan menjadi mangsa bagi makhluk-mkhluk jahat.
Tidak disarankan untuk berhenti makan, akan tetapi makanlah sekedar yang dibutuhkan untuk memelihara dirimu jangan berlebih-lebihan, sekalipun engkau masih sangat menginginkan. Mengikuti keinginan jiwa berarti membantunya dan memenuhi hak-haknya.
Ali bin Abi thalib ra berkata, “Kekayaan bukanlah mempunyai banyak uang dan keturunan yang banyak, melainkan mempunyai banyak amal saleh dan kesabaran. Tidak ada yang baik di dunia ini, kecuali untuk dua orang ; 1. Orang yang berhenti melakukan dosa dan terus memohon ampunan, dan orang yang selalu berkeinginan untuk berbuat baik. Tidak ada perbuatan yang kecil dalam beramal shaleh..”
Saudara-saudaraku se Islam ambilah nasehat dari Sufyahn Ats-Tsauri yang berkata ketika menjawab seseorang yang meminta nasehat kepadanya, “ Bekerjalah untuk dunia ini sesuai keberadaanmu di dalamnya dan bekerjalah untuk akhirat sesuai keberadaanmu di dalamnya . (Hilyat al –Auliya)
Mua’mmil berkata : Aku masuk dan mendapati Sufyan sedang makan beberapa daging goreng dengan beberapa telur. Ketika aku mengomentari hal itu , dia berkata,” Aku tidak menasehatimu untuk makan yang paling baik, tapi aku menasehatimu untuk memperoleh yang paling baik dan makanlah..” (as Siyar)
Diriwayatkan bahwa suatu malam Sufyan Ats- Tsauri sedang makan dan berkata,” Apabila makanan seekor keledai ditambahkan, maka pekerjaannya juga bertambah…”Setelah itu beliau mengerjakan shalat sepanjang malam hingga pagi hari.
Seorang muslim harus makan dengan tujuan membantu dan memperkuat dirinya untuk beribadah kepada Allah SWT dan makan dalam rangka mematuhi-nya , dan bukan hanya untuk menikmati makanan itu ! Makan itu sebaiknya harus ditujukan kepada niat untuk mematuhi dan memperoleh energi untuk melakukan berbagai ibadah kepada Allah SWT..
Ibrahim Asy sayaiban berkata,” Aku tidak makan untuk mendapatkan kenikmatan selama delapan puluh tahun..”
Seorang Muslim hendaknya menyedikitkan seleranya akan berbagai jenis cita rasa (yang senantiasa dibuat sedemikian rupa olahan) – dan meniatkan makan itu untuk membantu dan menambah kekuatan- karena jika makan dengan niat seperti itu , dia tidak akan tulus kecuali bila dia mengkaitkan itu dengan tidak makan sampai kenyang. Makan sampai kenyang membatasi seseorang untuk bisa ibadah dan justru tidak membuat dirinya kuat. Salah satu cara untuk membantu mewujudkan niat itu adalah dengan pilihan makan yang mudah dan praktis dalam mengikuti keinginan .
Sa’id bin Abdul Azis ditanya tentang kecukupan dalam hidup dia berkata,” Kenyang atau puas di satu hari , dan lapar di hari yang lain (As siyar dan Tadzkirah Al Hufadz)
Apa yang kamu katakan kalau ada seseorang yang mengkhawatirkan tentang makan malamnya padahal dia sedang makan siang..??? Dia bertanya tentang apa yang akan dipersiapkan untuk itu dan lain-lain..Begitu hebat memikirkan tentang perutnya, padahal agamanya sedang dirusak. Dia menikmati karunia Allah SWT dan dalam waktu yang sama dia mengingkari kemurahan Allah SWT .. padahal kemurahan sudah diberikan kepadanya seperti adanya dua mata, dua telinga , dua tangan dan dua kaki..!
Wahai saudara-saudaraku se Islam , dimanakah kita , kapan kita seperti itu?
Ar Rabi mengalami kelumpuhan dan sudah sangat lama menderita. Dia sangat menginginkan ayam , tetapi dia menunggu sampai empat puluh hari untuk mengatakan hal itu kepada istrinya. Istrinya membeli seekor ayam seharga satu Dirham dan kemudian memasak untuk suaminya , tidak lupa membuat roti untuknya, serta menghiasainya dengan beberapa permen atau manisan dan menyiapkan meja baginya. Ketika baru saja mau mulai makan, seorang pengemis datang dipintu rumah dan meminta sedekah darinya , dan dia menyerahkan seraya berkata,” Ambillah ini dan berikan kepadanya,” Istrinya berkata, Aku akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari yang dia minta. “suaminya berkata’” Apakah itu?” Istrinya menjawab,” Kita berikan dia uangnya dan engkau mengenyangkan dengan yang engkau senangi,” Suaminya berkata,” Itu baik, bawakan kepadaku uangnya.” Keitka istrinya membawakan uang seharga ayam, roti dan permen, suaminya berkata, “Letakkan ini di atas ini (makanan) dan berikan semua kepadanya ‘” (Ahsan Al Muhasin).
…….
Yahya bin Muadz berkata,” betapa miskinnya anak Adam as, jika mereka takut terhadap api neraka, sama seperti takutnya kepada kemiskinan, maka dia pasti masuk surga (Tarikh Bagdad) .
Yusuf Qaradhawi