Budak itu bukanlah orang yang karena dipaksa oleh keadaan sosial ataupun situasi ekonomi yang menjadikan mereka hamba sahaya, dimana para pemilik memperlakukan mereka sama dengan memperlakukan benda benda dan binatang. Yang hakiki mereka disebut budak itu adalah orang orang yang diselamatkan oleh keadaan situasi ekonomi dari perbudakan, tetapi mereka berebut untuk menjadi budak dengan suka rela.
Budak saat itu bahkan termasuk orang orang yang mempunyai istana dan tanah perkebunan, mempunyai kecukupan dalam soal harta benda, mempunyai cara cara untuk bekerja dan berproduksi, tidak dikuasai oleh seorang pun dalam soal harta benda dan jiwa mereka, tetapi mereka saling berebut di pintu tuan tuan , saling berebut untuk menjadi budak dan memberi jasa. Mereka sendiri yang meletakkan belenggu di tengkuknya, yang merantai kakinya dan memasang lencana perbudakan, dengan saling berebut dan dengan rasa bangga pula.
Budak adalah orang orang yang berdiri di depan pintu tuannya, berdesak desakan, padahal mereka melihat dengan mata dan kepala mereka sendiri bagaimana tuan itu menyepak nyepak budak budaknya yang hina dina itu dengan tumit sepatunya, bagaimana budak budak itu diusir dari pekerjaan mereka sambil menunduk nundukkan kepala kepada tuan itu, lalu tuan itu menampar muka mereka dengan penuh kehinaan , dan memerintahkan agar mereka dilemparkan ke luar pintu. Tetapi setelah kejadian itu , mereka para budak itu kembali berdesak desakan di luar pintu, menawarkan jasa jasa untuk menggantikan orang orang yang telah dilemparkan ke luar. Semakin keras penghinaan kepada mereka , semakin mereka berdesak desakan di sekeliling tuan itu bagaikan gerombolan lalat mengelilingi bangkai.
Budak adalah orang orang yang melarikan diri dari kemerdekaan, bila mereka dihalau oleh seorang tuan, mereka akan mencari tuan yang baru. Di dalam jiwa mereka terdapat kebutuhan mendesak untuk hanya menjadi budak, karena mereka mempunyai indera ke-enam, atau ke-tujuh yaitu indera kehinaan. Kebutuhan ini harus mereka penuhi, kalau tidak ada orang yang menjadikan mereka budak, maka jiwa mereka akan haus untuk diperbudak, mereka berdesak desakan di sekitar pintu untuk minta diperbudak. Aneh…!
Budak adalah orang yang apabila telah dimerdekakan merasa iri kepada budak budak yang masih meringkuk dalam sangkar, bukan merasa iri kepada orang yang telah bebas merdeka, karena para budak itu takut akan merdeka, karena mereka meyakini memegang kehormatan diri itu adalah berat.
Tetapi anehnya , para budak itu kini menjadi orang orang yang perkasa di atas dunia ini, berlaku kejam dan bengis terhadap orang orang yang merdeka, yang dengan sukarela menganiaya orang yang merdeka, dan merasa senang sekali menyakiti orang orang merdeka, mereka lakukan begitu karena atas suruhan tuannya.
Mereka sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang yang merdeka itu mempunyai motivasi untuk menjadi merdeka. Mereka mengira kebebasan itu adalah suatu pemberontakan, kemuliaan sebagai suatu dosa, oleh sebab itu para budak melampiaskan kepada orang orang yang merdeka yang tidak mau berjalan bersama dalam barisan budak budak.
Para budak berlomba lomba menciptakan kreasi baru untuk menghukum orang orang yang bebas merdeka, karena temperamen para tuan mereka itu sering merasa bosan dengan permainan yang berulang ulang. Tuan itu sering mengubah para pemain dan menggantinya dengan orang orang yang sudah menanti berdiri di depan pintu untuk bisa dimainkan oleh tuannya…(Dirasah Islamiyah, Sayyid Qutb)