Turun Naiknya Motivasi

Assalamu’alaikum……

Yang saya hormati, bapak Satria Hadi Lubis… Saya adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta yang saat ini menginjak semester 7 alhamdulillah. namun sampai saat ini banyak sekali kendala yang saya rasakan seputar motivasi hidup… Saya punya angan-angan untuk menjadi orang sukses, keinginan yang lumrah untuk dimiliki setiap orang bukan? Bahkan tuntutan keluarga pun sangat besar karena saya adalah satu-satunya anak yang bersekolah di luar kota. Dengan beban berat tersebut saya melangkah dengan motivasi ingin membahagiakan keluarga dan ingin sekali bersungguh-sungguh dalam kuliah agar saya berhasil nantinya (itu adalah motivasi saya yang sangat besar ketika hendak merantau untuk kuliah).

Namun kenyataan lapangan ternyata berbeda, ,, ,, saya sering kali berubah haluan dalam bertindak, yang secara otomatis mempengaruhi cara belajar saya, saya tidak pernah secara sungguh-sungguh untuk belajar. Bahkan ujian pun saya sepelekan.

Setiap kali saya down akan nilai akhir saya yang jelek saya termotivasi untuk memperbaikinya, namun dalam perjalanannya seringkali berbelok dan melakukan hal yang tidak menunjang motvasi awal. Keadaan tersebut terus terjadi selama saya kuliah dari awal semester dan seringkali saya ingin memperbaiki namunsaya hanya memiliki motivasi sesaat.

Sekarang kesempatan saya kuliah tinggal setahun lagi itu yang saya harapkan semester 8 nanti saya sudah lulus. namun saya sangsi akan motivasi untuk ini karena saya selalu berubah haluan dan saya khawatir akan melakukan kesalahan yang sama. Mohon bantunnya untuk menjelaskan apa yang harus saya lakukan sekarang.?????? Saya ingin berubah saya bosan hidup dengan penuh rasa plin-plan seperti ini.

Saya ingin konsisten, saya ingin melakukan suatu hal sesuai tujuan dan target awal. Saya tunggu balasanya. Terimakasih.

Wasalamu’alaikum

Ananda Zahra, Rencana adalah setengah dari keberhasilan dan setengahnya lagi adalah Tindakan (action). Artinya adalah keberhasilan tidaklah dapat dicapai hanya dengan membuat sebuah rencana semata tanpa melibatkan aksi.

Dan aksi tidak akan berjalan dengan benar bila tidak diiringi dengan proses yang konsisten. Dan di sinilah biasanya ‘ujian yang sering gagal’ dilalui oleh sebagian orang dalam mewujudkan cita-citanya.

Jadi, jika Anda ingin sukses jadilah orang-orang yang konsisten memperjuangkan cita-cita mulia. Teruslah berada dalam proses menuju cita-cita mulia Anda. Milikilah keyakinan ini. Keyakinan yang juga dimiliki para nabi dan rasul, para pahlawan, dan orang-orang besar sepanjang sejarah manusia. Mereka yakin jalan hidup mereka adalah jalan kesuksesan dan mereka rela mengorbankan tenaga, pikiran, waktu dan nyawa mereka untuk memperolehnya. Dunia pun mengakui kesuksesan hidup mereka. Karena mereka konsisten dengan apa yang mereka ingin raih.

Pikiran dan orientasi Anda harus selalu kepada pencapaian cita-cita Anda Tidak peduli apakah Anda memikirkannya di alam sadar atau di alam bawah sadar Anda. Bahkan sebenarnya ketika alam bawah sadar selalu berpikir untuk mencapai cita-cita, hal itu menunjukkan kemapanan dan kekokohan dari orientasi Anda terhadap pencapaian cita-cita. Ini lebih baik. Sebab ketika alam bawah sadar turut bekerja untuk mencapai cita-cita, energi tubuh Anda akan bekerja secara refleks membentuk kebiasaan-kebiasaan yang mendukung pencapaian cita-cita Anda.

Prioritas kegiatan Anda lebih banyak untuk mencapai cita-cita mulia. Anda tidak dikatakan sebagai orang yang selalu berpikir kepada pencapaian cita-cita jika waktu Anda tidak diprioritaskan untuk mencapai cita-cita tersebut. Indikatornya adalah seberapa lama Anda mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk mencapai cita-cita mulia jika dibandingkan apa yang Anda korbankan untuk hal-hal lain di luar pencapaian cita-cita mulia Anda. Di sini dibutuhkan keberanian untuk mengatakan ‘tidak’ kepada setiap ajakan atau tawaran beraktivitas di luar pencapaian cita-cita. Anda harus fokus kepada pencapaian cita-cita Anda.

Proses yang konsisten menuju cita-cita juga mengharuskan Anda untuk selalu bertumbuh. Artinya, Anda harus selalu meningkatkan kualitas diri ke arah pencapaian cita-cita mulia. Cita-cita mulia akan semakin sulit dicapai jika Anda tidak meningkatkan kualitas diri. Misalnya, Anda bercita-cita menjadi pengacara, maka Anda perlu membekali diri secara terus menerus dengan ilmu dan pengalaman sebagai pengacara. Jika Anda telah berhasil menjadi pengacara, Anda juga tidak boleh berhenti untuk meningkatkan kualitas diri Anda sebagai pengacara. Hal ini agar Anda tetap bertahan (survive) menjadi pengacara dan memiliki daya kompetitif yang tinggi sebagai pengacara.

Sebuah kata bijak, bisa menjadi bahan renungan kita, ”Sesungguhnya perbedaan orang gagal dengan orang sukses adalah orang gagal berpikir untuk mendapatkan sesuatu, sedang orang sukses berbuat untuk mendapatkan sesuatu”.

Semoga bermanfaat.