Assalamu ‘alaikum wr.wb
Banyak sekali masalahyangsy hadapi ketika saya masuk di bangku kuliah tepatnya 1 tahun yang lalu. saya adalah seorang pemuda yang sedang kebingungan dalam mengambil setiap tindakan.
Lansung aj..
Sya sekarang dah semester 3 di sebuah pts di yogyakarta. nah di sana sy tergabung dalam LDK (lembaga dakwah kampus) dan tidak hanya itu saya juga aktif dalam organisasi Islam. nah saat ini banyak sekali amanah-amanah yang harus saya tanggung, karena di dalam kampus saya ini sedikit sekali kader keIslaman di dalam kampus ini. padahal saya masih orang awam dalam berdakwah ataupun berorganisasi. setelah saya liat-liat lagi kyaknya di tahun ajaran yang baru ini banyak amanah lagi yang harus saya tanggung.
Baru amanah yang sedikit aj saya sering sekali meninggalkan rumah, dan melupakan istilah birul walidayin. nah itu yang membuat saya selalu kepikiran antara birul walidayin atau terus aktif dalam setiap organisasdi dan dakwah iIslam di kampus yang notabenya kampus sekuler…
Jalan mana yangbharus saya ambil???
Tolong ya pak bantu saya dalam memecahkan masalah in..
Jujur saya bukan tipe orang yang terbuka, ,, dalam setiap permasalhan yang saya hadapi, terkadang saya memcahkan sendiri masalah yang saya hadapi dengan renungan dan menyendiri
Wa’alakum salam wr. wb.
Ananda Eki yang dicintai Allah SWT, seorang aktivis kampus memang kadangkala kekurangan waktu untuk berbakti kepada orang tuanya (birul walidain). Hal ini disebabkan karena sebagian aktivis kampus belum memiliki manajemen waktu yang baik. Mereka seperti mengalami ‘jetleg’ dari dunia pelajar yang lebih berorientasi kepada studi dengan dunia kampus yang bukan hanya berorientasi studi tapi juga sosial politik. Akibatnya aktivis kampus seperti ‘ketiban’ kegiatan yang langsung banyak di kampusnya dan menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aktivitas-aktivitas non kampus, termasuk kewajiban mereka untuk birul walidain.
Untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan kampus dan birul walidain, ada beberapa langkah yang bisa ditempuh :
1. Inventarisir peran Anda
Orang hidup pada hakekatnya menjalankan beberapa peran yang berbeda. Idealnya setiap peran dalam hidup kita terlayani dengan baik (ada waktu untuk menjalaninya). Dalam kasus Anda, contoh inventarisir peran adalah Anda sebagai mahasiswa, sebagai anak, sebagai anggota masyarakat, dll. Setiap peran tersebut harusnya disediakan waktunya dalam setiap minggu. Prinsip pembagian waktunya bukan berdasarkan kuantitas waktu, tapi berdasarkan kualitas waktu. Maksudnya, jika peran mahasiswa dalam sehari kita lakukan 6 jam, bukan berarti peran-peran yang lainnya harus dilakoni dalam jumlah jam yang sama. Mungkin untuk peran sebagai anak, Anda hanya perlu menyediakan waktu setiap harinya 1 jam atau setiap minggunya 4 jam misalnya. Yang penting dalam jumlah waktu tersebut kita betul-betul konsentrasi menjalaninya dan dengan orientasi memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain (kualitas waktu). Dengan menginventarisir peran kita dan menyediakan waktu untuk semua peran kita sesuai dengan kebutuhan, niscaya kita tidak akan dihinggapi rasa bersalah karena menelantarkan peran-peran kita.
2. Berani berkata ‘tidak’
Jika satu atau beberapa peran kita terlalu mendominasi waktu kita, kita harus berani berkata ‘tidak’ terhadap tambahan kegiatan dalam peran tersebut atau untuk mengurangi kegiatan dalam peran tersebut. Disini dibutuhkan kemampuan bersikap tegas dan tidak merasa ‘gak enakan’ dengan orang yang meminta bantuan kepada kita. Seringkali seseorang diprgram orang lain karena dia merasa tidak enak kalau menolak tawaran tugas/kegiatan dari orang tersebut. Ingat! Bukan orang lain yang mengatur waktu kita, tapi kitalah yangmengatur waktu kita sendiri. Orang yang tidak berani berkata ‘tidak’ biasanya akan menyesal di kemudian hari karena waktunya habis untuk menyelesaikan program orang lain dan menelantarkan program hidupnya sendiri. Boleh saja sebenarnya waktu kita diatur oleh orang lain tapi asalkan sesuai dengan visi dan misi hidup kita.
3. Pendelegasian wewenang .
Cara lain agar seimbang dalam mebagi waktu (termasuk punya waktu untuk birul walidain) adalah mulai berlatih untuk mendelagasikan tugas-tugas peran kepada orang lain. Misalnya, jika di kampus Anda sebagai ketua organisasi jangan sungkan untuk mendelagasikan sebagian tugas Anda kepada anggota lain. Jangan kita takut untuk mendelagasikan wewenang karena khawatir pekerjaan tersebut tidak akan beres. Ini mental single fighter (suka bekerja sendirian) yang menyulitkan kita untuk menjadi pemimpin yang baik dan menyulitkan kita untuk membagi waktu dengan baik.
Tambahan saran saya untuk Ananda Eki, bahwa sesibuk apa pun kita harus ada waktu untuk mengurus orang tua. Di dalam Islam , kedudukan orang tua amatlah tinggi (setelah Allah dan Rasul-Nya), sehingga Allah memasukkan orang-orang yang tidak berbakti kepadaorang tuanya sebagai pelaku durhaka yang dosanya amat besar. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Luqman ayat 14).
Semoga masukan ini bermanfaat bagi Anda dan pembaca lainnya.
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan