Semangat Islami…

Assalamu’alaikum…

Ustadz, saya termasuk seorang yang baru saja berpindah ke jalan yang lebih terang. Saya bingung dengan perasaan yang ada pada diri saya sendiri. Saya merasa mempunyai semagat untuk menjlani hidup sesuai syari’at. Tetapi kadang, semangat itu menghilang begitu saja. Terlebih lagi lingkungan rumah saya yang tidak begitu mendukung. Saya iri dengan teman-teman yang selalu punya semangat itu, juga lingkungan yang mendukung.

Bagaimana seharusnya saya bersikap, dan bagaimana cara supaya semangat itu terus ada dalam diri saya Ustadz? Sebelumnya syukron katsir buat jawaban Ustadz…

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, dalam menjalani kehidupan ini hanya ada satu tujuan, yaitu beribadah kepada Allah SWT (Q.S. 51 : 56). Namun, seperti halnya orang-orang terdahulu bahwa ternyata tidak mudah dan banyak sekali ujian untuk tetap lurus berada di jalan Allah SWT. Allah juga telah mengisyaratkan hal tersebut dalam kitab-Nya bahwa kita tidak dibiarkan saja mengikrarkan bahwa kita beriman tanpa merasakan cobaan yang Allah berikan. "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta" (Q.S. 29 :1-3).

Sama halnya seperti pohon, semakin ia tumbuh dan tinggi maka semakin banyak pula angin yang akan menghempasnya. Yang menjadi persoalan, apakah pohon tersebut telah memiliki akar, batang, dan ranting yang kuat sehingga tahan akan hempasan angin bahkan badai sekalipun? Atau pohon tersebut akan tumbang dan ranting-rantingnya patah meskipun hanya angin kecil yang menghempasnya? Begitu juga kehidupan manusia, agar kita mampu bertahan dan tetap berada dalam jalan lurus (syariat), maka yang diperlukan yaitu pondasi yang kokoh berupa keimanan dan keyakinan, serta pengamalan agar kita memiliki "batang dan ranting" yang kuat.

Sikap yang perlu Anda bangun untuk berada di jalan Allah SWT adalah sabar dan istiqomah. Mengenai semangat yang terkadang timbul dan menghilang, hal tersebut adalah wajar. Namun jangan sampai meninggalkan yang wajib, misalnya shalat fardhu. Rosulullah bersabda bahwa, "Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami ke-futur-an (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futur-nya (kembali) kepada sunnahku, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futur-nya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka." (HR Imam Ahmad). Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap amal pasti akan mengalami kefuturan, kemudian setelah masa futurnya hilang, kembalilah untuk menjalani semua sunnah Rasul, supaya kita memperoleh keberuntungan. Intinya ketika kita sefdang lemah iman (future), tunaikanlah yang wajib-wajib saja dan jangan sampai ditinggalkan, dan apabila sudah kembali dari kefuturan maka kerjakanlah amalan-amalan sunah yang lainnya sesuai kesanggupannya dan kemampuan.

Faktor penyebab lainnya lemahnya iman (kefuturan) antara lain adalah kebosanan. Oleh karena itu, Rosulullah bersabda, bahwa "Amal yang paling disukai oleh Allah SWT adalah amal yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim). Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa Allah lebih menyukai amal yang sedikit tapi rutin dilakukan dibandingkan amal banyak tapi setengah-setengah dalam melakukannya, Hal ini juga untuk mengindarkan kita dari kebosanan karena beribadah terlalu berlebihan.

Cara lain untuk terus bersemangat adalah dengan berkumpul bersama orang-orang yang shaleh. Karena mereka akan mengingatkan kita dan kita akan termotivasi agar dapat melakukan lebih dari mereka. Dengan adanya lingkungan alternatif tempat berkumpulnya orang-orang yang sholih, seperti ikut majleis ta’lim, kegiatan pemuda mesjid, dan lain-lain, maka lingkungan yang buruk tidak lagi begitu berpengaruh dalam melunturkan iman kita.

Demikian jawanban saya. Semoga Anda senantiasa diberikan kemudahan dan semangat oleh Allah SWT dalam menempuh kehidupan yang penuh dengan liku-liku ini.

Salam Berkah !

(Satria Hadi Lubis)