Selalu Menghendaki Kenyamanan dan Ketenangan Walau Semu

Assalamualaikum Wr. Wb

Saya adalah bapak usia 34 tahun dengan dua anak dan satu isteri. Saya sudah menikah selama 7 tahun

Ada yang menganjal dalam pikirin saya mengenai pernikahan saya, yaitu saya selalu atau lebih sering kalah dengan isteri saya dalam hal membuat keputusan-keputusan penting rumah tangga.

Semua ini didasari karena saya tidak mau ribut dan rumah tangga berjalan normal seperti biasanya. Karena kalau keinginan isteri tidak mau ditruti dia terus mendesak dan terus berdebat sampai kepentingan bisa diterima

Problemnya sekarang, saya terjebak oleh utang yang besar. Utang itu hasil dari keputusan mengenai keuangan isteri saya yang bermasalah. Dan setiap bulan saya harus mencari pinjaman untuk membayar semua cicilan utang saya.

Beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan ke Bapak Hadi

1. Bagaimana saya bisa menghilangkan sifat kemampanan saya dan bisa mengatasi isteri saya

2. Untuk menghadapi kondisi sekarang saya harus bagaimana.

Terima kasih atas jawabannya, dan mohon maaf kalau uraiannya kepanjangan, boleh diedit kalu perlu

Wassalamualikum Wr. Wb

Bapak Dani yang saya hormati, setiap kita tentulah menginginkan rumah tangganya selalu rukun dan harmonis. Di mana di dalamnya penuh dengan ketentraman dan kedamaian. Dan tentulah hal tersebut akan tercapai bila terdapat sinergi di antara keduanya. Dan sinergi akan terwujud bila masing-masing pihak memahami hak dan kewajiban yang dimilikinya

Sebagai kepala rumah tangga, suami seyogyanya mempunyai sikap kemandirian dan ketegasan dalam bersikap, karena dialah yang bertugas mengatur jalannya rumah tangga, dengan memperhatikan dan mendengarkan masukan dari isteri tentunya.

Oleh karena itu, kami sarankan agar kiranya bapak lebih meningkatkan rasa ketegasan dan kemandirian dalam membuat keputusan bagi keluarga. Memang, dalam realisasinya pasti tidak semudah pengucapannya, dan seorang suami menjadi disegani bila ia mempunyai mempunyai kepribadian yang mantap.

Membayar hutang dengan hutang baru tentu bukan jalan yang bijak. Hal ini hanyalah untuk memperlama masa kita berhutang (karena mempunyai hutang baru), bukan solusi yang tepat untuk melunasi hutang itu sendiri.

Cobalah membuat perencanaan-perencanaan yang konkret untuk mengatasi hutang tersebut tanpa harus mempunyai hutang baru. Misalnya, memncari usaha-usaha sampingan yang hasilnya dikhususkan untuk melunasi hutang dan sebagainya.

Jangan lupa untuk selalu memohonlah petunjuk pada Allah SWT, mohon kiranya agar anda diberikan kemudahan untuk keluar dan tekanan hutang, dan diberikan sarana-sarana untuk melunasinya. Hal ini juga untuk memotivasi kita bahwa kita tidak sendiri untuk mengatasinya. Masih ada Yang Maha Kuasa yang senantiasa agar membantu segala kesusahan hambaNya.