Ass. Wr. Wb
Pak Satria, saya merasa tidak pernah puas dengan apa yang saya miliki sekarang. Saya selalu merasa kurang. Apalagi sejak bunda meninggal dunia belasan tahun lalu…
Saya merasa menjadi orang yang paling malang di dunia ini.Tapi akhir-akhir ini saya sadar, betapa pendidikan dari Allah SWT selama perjalanan hidup saya begitubernilai dan patut disyukuri. Kata orang, saya ini orangnya "ngoyo" banget.
Mungkin hal tersebut yang membuat saya tidak pernah puas dengan apa adanya saya. Saya berusaha untuk menjadi lebih dari apa adanya, karena itu saya termasuk orangdengan cita-cita dan mimpiyang tinggi.
Masalahnya adalah saya merasa "cape" sendiri, hidup seperti tidak seimbang, dan saya merasa kurang bahagia (sejak kehilangan bunda). Apa mungkin ini terjadi karena saya belum bisa menerima keadaan dan aktivitas-aktivitas sayayangterlalu "dunia-oriented" (Jujur saja saya jadi khawatir dan takut jika demikian)?
Entahlah Pak, saya bingung. Saya sudah berusaha untuk ikhlas dan meluruskan niat.Apa yang harus saya lakukan Pak? Apa jadi orang yang "ngoyo" itu salah? Saya mohon ilmu dan nasehat dari Bapak! Atas perhatian dan jawabannya saya ucapkan terimakasih. Wass. wr. wb.
Ananda Nia yang disayangi Allah, setiap orang pastilah menginginkan kesuksesan di dunia ini. Namun tidak semua orang yang ‘sukses’ dapat merasakan sukses tersebut dengan sebenarnya. Dengan kata lain, kesuksesan yang diraihnya tidak membawa kebahagiaan bagi dirinya. Mengapa? Karena mereka salah dalam memahami definisi dan tujuan kesuksesan itu sendiri.
Kalau kesuksesan indikatornya hanyalah berkelimpahan harta, ketenaran ataupun jabatan yang tinggi, pada dasarnya hal itu bukan merupakan kesuksesan sejati. Indikator kesuksesan sejati adalah adanya keseimbangan hidup. Keseimbangan antara pemenuhan hak diri sendiri serta dapat memenuhi hak orang-orang di sekitar kita.
Di samping itu bagaimana kita juga dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Hidup kita dirasakan berguna bagi orang lain. Dan kita juga dapat menikmati setiap keberhasilan yang kita raih baik keberhasilan kecil maupun besar. Dan kalau nanti kita telah meninggalkan dunia ini dapat kita akhiri dengan‘akhir yang baik’ yakni meninggalkan warisan bermakna. Berkarya untuk orang lain yang manfaatnya berdimensi lama dan dirasakan oleh sebanyak-banyaknya orang. Bahkan kalau bisa karya tersebut tetap bermanfaat bagi orang lain setelah Anda meninggal.
Dari pertanyaan yang diungkapkan, Anda terbalut hanya dalam pemenuhan hak diri semata dalam bingkai indikator ‘kesuksesan semu’.sehingga hanya kelelahan yang Anda dapatkan.
Saatnya keluar dari kungkungan ini untuk melihat lebih luas. Raihlah kesuksesan sejati dengan menikmati apapun keberhasilan yang kita raih, besar, kecil, banyak sedikit. Bersyukurlah dengan apa yang didapat dan dimiliki.
Jadilah orang yang mempunyai banyak ‘setoran’ kebaikan bagi orang lain. Agamapun menyuruh kita menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Jangan memandang besar kecil yang kita berikan, tetapi utamakan proses yang dilakukan dengan berkesinambungan.
Dan jangan lupa dengan tujuan hidup kita. Buatlah bayangan diri di akhir hayat serta di negeri akhirat kelak. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Karena inilah muara setiap manusia. Manusia pasti mengalami kematian dan manusia akan hidup di negeri akhirat. Oleh karenanya persiapan bekal amal ibadah. Dalam bingkai kesuksesan sejati insya Allah bekal kita kan cukup untuk membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga bermanfaat