Pak, saya seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta. Di kantor saya persaingan begitu ketat, tetapi persaingan tersebut tidak fair dan menghalalkan segala cara untuk mencapai jabatan tertentu, sehingga kadang kadang menimbul kan rasa bosan dan motivasi bekerja menjadi menurun.
Yang ingin saya tanyakan di sini bagaimana cara menyikapi keadaan yang demikian?
Bapak Abdillah yang saya hormati,
Bersaing dapat dilihat dari dua sisi, baik dan buruk. Bersaing menjadi baik ketika ditujukan untuk meningkatkan kualitas diri dan orang lain, tapi dapat berarti buruk jika berdampak pada kedengkian dan sifat mau menang sendiri alias egois.
Jadi, kita harus menumbuhkan dan mengembangkan jiwa bersaing dalam diri kita masing-masing agar kualitas kita meningkat. Bagaimana caranya? Apakah dengan menjadikan orang lain sebagai pesaing? Tentu saja tidak! Sebab menjadikan orang lain sebagai pesaing sangat potensial menumbuhkan kedengkian dan keegoisan. Ketika kita kalah bersaing dengan orang lain muncullah dengki dengan kemenangan orang lain. Ketika kita menang bersaing dengan orang lain muncullah sifat egois dan sombong.
Bersaing dengan orang lain hanya boleh dilakukan dalam konteks menjadikan orang lain sebagai “sparing partner”, bukan lawan sesungguhnya. Dalam olahraga, sparing partner adalah orang yang membantu kita untuk meningkatkan prestasi dengan cara berpura-pura menjadi lawan kita. Ia tidak kita perlakukan sebagai lawan sesungguhnya. Bahkan sparing partner biasanya adalah teman dekat dari olahragawan bersangkutan. Begitu pula dalam hidup, menjadikan orang lain sebagai sparing partner dalam bersaing berarti menjadikan orang lain sebagai mitra dalam meningkatkan kualitas kita. Artinya, ketika kita menang melawan sparing partner, maka kita akan membantunya untuk meningkatkan kualitas dirinya agar sama dengan kita. Sebaliknya ketika kita kalah, maka tak perlu dengki dan kecewa, karena ia hanyalah sparing partner bukan lawan sesungguhnya dalam bersaing.
Jika kita memiliki paradigma seperti itu, maka tak akan ada rasa dengki jika orang lain sukses dan tak akan muncul egoisme jika kita sukses. Kita akan bahu membahu dengan orang lain untuk meningkatkan kualitas masing-masing tanpa adanya perasaan dengki dan egois.
Lalu jika orang lain bukan pesaing kita, siapa pesaing kita sesungguhnya? Pesaing kita sesungguhnya adalah diri kita sendiri! Mengapa? Karena sesungguhnya keberhasilan dan kegagalan kita disebabkan oleh diri sendiri, bukan orang lain.
Karena itu, pesaing Anda dalam meraih kesuksesan adalah diri Anda sendiri, bukan orang lain. Anda melawan diri sendiri untuk menang dalam perlombaan meningkatkan kualitas diri. Ukuran kemenangannya adalah ketika Anda berhasil meningkatkan kualitas diri lebih baik dari hari kemarin. Pada saat itu berarti Anda berhasil memberdayakan diri. Anda berhasil maju selangkah untuk sukses dan bahagia. Sebaliknya, jika kualitas diri Anda sama atau bahkan lebih buruk dari hari kemarin berarti Anda kalah dalam bersaing melawan diri sendiri. Dampaknya, Anda berpeluang menjadi orang yang gagal dan tidak bahagia.
Jadi, milikilah mental bersaing dengan diri sendiri. Jadikan hal ini sebagai kebiasaan Anda. Lawan Anda sesungguhnya bukan orang lain, tapi diri sendiri. ‘Perang’ yang perlu Anda lakukan adalah ‘perang’ melawan diri sendiri bukan ‘perang’ melawan orang lain.