Ass.. wr. wb.
Pak Satria saya mempunyai kebiasaan jelek atau bahkan akhlak yang tercela, saya mudah sekali melakukan hal-hal yang jelek seperti: Iri, Dengki dan sebagainya, bahkan sampai Su’udzon kepadal Allah, saya menyadari bahwa ini semua salah dan ujung-ujungnya akan menyiksa diri saya sendiri, kadang saya punya niatan untuk merubah itu semua….(tobat) tetapi baru beberapa saat saya udah kembali lagi ke tabiat saya semula dan ini berputar terus seperti itu, malah kadang saya mentertawakan diri saya sendiri bahkan saya menuduh diri Munafik.
Astaghfirullah…..
Pak Satria… saya melakukan sholat lima waktu, kadang saya juga baca Al-Qur’an dan saya juga sering berdo’a untuk dikuatkan dalam iman saya, tetapi mengapa kebiasaan/sifat-sifat jelek itu rentan/tetap melakat pada diri saya. Saya bingung pada diri sendiri dan saya juga khawatir mendapat sikon/gelar Suul Khatimah nantinya….
Pak Satria! Metode apa yang mestinya saya pake, saya sudah mencoba bergabung dengan lingkungan yang shalih, memaksakan diri untuk Tahujud supaya menjadi kebiasaan, tapi itu tidak bertahan lama.
Pak Satria saya bingung meneruskannya, trimakasih atas jawabannya. maaf saya juga orangnya pesimistis.
Wass.. Wr.Wb
Abu Salwa yang saya hormati mempunyai, sesi yang paling berat saat kita melaksanakan suatu hal adalah proses. Disaat inilah kebutuhan konsistensi (istiqamah) di butuhkan. Kita harus berani “keluar dari zona nyaman”. Maksudnya adalah bila rasa iri, dengki dan sebagainya sangat ‘senang’ Anda lakukan maka saai ini pula Anda harus berani untuk membenci rasa tersebut. Ketika Anda lebih senang untuk tidur nyenyak pada malam hari, maka rubah menjadi Anda lebih nikmat untuk tahajud sehingga Anda paksakan diri dan memprioritaskan untuk melaksanaknnya.
Lakukan sistem reward dan punishment. Saat Anda berjuang cobalah Anda membuat penilaian setiap aktivitas yang dilakukan. Ketika Anda bisa menghilangkan rasa iri serta perbuatan tercela lainnya, berikan penghargaan. Hargai keberhasilan Anda tersebut sehingga Anda semakin termotivasi untuk mengulangi keberhasilan tersebut. Misalkan dalam suatu hal Anda bias untuk tidak berburuk sangka atau Anda berhasil tahajud sesuai dengan target yang Anda inginkan, Anda membeli makanan atau sebuah barang.
Begitu pula sebaliknya, bila tabiat Anda masih tumbuh atau tidak sesuai target apa yang telah Anda program, lakukan punishment (hukuman). Semakian berat hukumannya semakin menambah baik efek jeranya. Misalnya ketika Anda tidak tahajud seperti yang telah kita niatkan maka kita hokum diri kita dengan puasa sunnah nabi daud misalnya atau bersedekah dengan rutin selama satu pekan..
Jangan lupa untuk selalu berpikir positif.. Setiap hal bila dilandasi dengan pemikiran positif maka keberhasilan semakin mudah terlihat. Namun bila kita selalu negatitive thinking, maka sesungguhnya kita telah membatasi diri untuk berhasil.
Di samping yang telah diutarakan di atas, kedekatan kita kepada Allah SWT menjadi peran sentral untuk berubah. Yang dapat merubah keadaan adalah Allah. Untuk itu peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah kita dalam berhubungan dengan Rabb pemilik alam semesta ini perlu selalu dijaga dan ditingkatkan. Termasuk lingkungan yang sholeh dan ibadah yang kita lakukan apakah berkualitas atau tidak.
Tekankan pada bertarung dalam proses. Jatuh bangunlah untuk terus melawan kekurangan menjadi lebih baik dan terus lebih baik. Sedangkan hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat