Assalamu alaikum wr wb,
Langsung aja ust. Dulu ketika ana masih menganggur pernah mmbuat rencana 3 thn, di antaranya: mendapatkan pekerjaan lalu menikah, azzam menikah dengan dia begitu kuat hingga apa yang ana lakukan selalu orientasinya tuk sang idaman hati, resep ini begitu ampuh, hingga ia pun tahu klo ana begitu ingin menikah dengannya karena apa yang ana ucapkan kini terbukti, untuk ukuran remaja ana terbilang sukses menafkahi diri sendiri dan orangtua. namun, seiring waktu hasrat tuk menikahinya harus ana pendam bahkan harus di buang- alasannya hanya Allah dan murabbi ana yang tahu.
Kini ana sedang proses ta aruf dengan orang lain, kadang ana merenung apakah ini membohongi diri sendiri atau pengorbanan tuk masa depan atau ana harus membuat target 3 thn ke depan tanpa "dia." Sekali lagi kadang ini terasa percuma apa apa yang ana raih, bagaimana ana harus menghadapi ini, penjelasan dari ustadz ana tunggu, wassalam…..
Wa’alaikumus salam wr wb.
Salut buat Anda yang mampu mewujudkan (sebagian) impian Anda menjadi kenyataan walaupun Anda menggunakan motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang ditimbulkan karena adanya pengaruh orang lain.
Ananda Rams, Anda termasuk orang yang sukses namun Anda lupa membedakan mana yang menjadi sasaran (orientasi) utama Anda dan mana yang menjadi sasaran antara.
Cobalah Anda merenungi lebih dalam lagi akan kondisi Anda. Bukalah cakrawala berpikir yang lebar. Lihat permasalahan Anda dari sudut pandang yang berbeda dengan apa yang Anda persepsikan selama ini. Bagaimana mungkin Anda bilang bahwa hasil ini percuma sementara orang tua anda sangat terbantu dengan kondisi Anda saat ini?
Satu hal lagi yang perlu anda jawab adalah, siapakah yang menentukan masa depan Anda? Apakah ‘sang idaman’ tersebut? Tentu saja bukan. Andalah yang menentukan masa depan Anda ada ataupun tanpa ‘sang idaman’. Dan klo si dia tersebut menurut Anda adalah orang yang mampu menumbuhkan semangat Anda, maka Anda harus menggantinya dengan ‘sang idaman sejati’, Allah SWT.
Mulailah membuat rencana dengan berorientasi hanya pada Allah, kerjakan sesuatu semata-mata untuk meninggikan KalimatNya. Misalnya Anda bertekad bila sukses dapat membantu kaum dhuafa, menolong yang lemah, menyantuni fakir miskin dan sebagainya. Inilah yang seharusnya menjadi orientasi Anda.
Mungkin cerita di bawah ini dapat menjadi hikmah bgai Anda:Suatu hari seorang alim diundang berburu. Sang alim hanya dipinjami kuda yang lambat oleh tuan rumah. Tidak lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Semua kuda dipacu dengan cepatnya agar cepat-cepat kembali ke rumah. Tapi kuda sang alim berjalan lambat. Sang alim kemudian melepas bajunya, melipat, dan menyimpannya, lalu membawa kudanya ke rumah. Setelah hujan berhenti, dipakainya kembali bajunya. Semua orang takjub melihat bajunya yang kering, sementara baju mereka semuanya basah, padahal kuda yang mereka tunggangi lebih cepat. “Itu berkat kuda yang kau pinjamkan padaku, ” ujar sang alim ringan.
Keesokan harinya, cuaca masih mendung. Dan sang alim dipinjami kuda yang cepat., sementara tuan rumah menunggangi kuda yang lambat. Tak lama kemudian hujan turun kembali dengan deras. Kuda tuan rumah berjalan lambat, sehingga tuan rumah lebih basah dari kemaren. Sementara itu, sang alim melakukan hal yang sama dengan hari sebelumnya.
Sampai di rumah, baju sang alim tetap kering.
“Ini semua salahmu!” teriak tuan rumah, “Kamu membiarkan aku mengendarai kuda yang brengsek itu!” “Masalahnya, kamu berorientasi pada kuda, bukan pada baju”, jawab sang alim ringan sambil berlalu meninggalkan tuan rumah.