Assalamualaikum Wr. Wb,
Ustadz, saat ini saya sedang didekati oleh laki-laki yang usianya 10 tahun lebih tua dari saya. Saat ini usianya sudah 40 tahun. Dia mengutarakan niatnya untuk meminang saya. Orang tua tidak setuju dengan pertimbangan masalah perbedaan pendidikan kami. Sebagai gambaran, laki-laki tersebut pendidikan dan materinya lebih rendah dari saya (mohon maaf). Dari segi pekerjaan, dia adalah seorang karyawan yang saya lihat tidak bisa ada kenaikan karier apa-apa dikarenakan usianya yang sudah mentok dan pendidikan terakhir SMA. Hubungannya dengan keluarganya juga kurang harmonis, namun begitu dia termasuk orang yang prihatin dan mandiri.
Saya tidak ada maksud untuk merendahkan dia, tetapi jujur saya ingin mencari pendamping hidup yang bisa diajak berkomunikasi tentang semua masalah, berwawasan luas dan bisa membimbing saya dunia akhirat. Dia baik dan sederhana, tetapi saya berpikir bahwa untuk berumah tangga perlu persiapan yang baik di segala hal. Betul nasehat dari orang tua saya, kalau masalah materi mungkin masih bisa diusahakan, tetapi kalau pendidikan beda, itu menyangkut cara berpikir kita terhadap suatu masalah. Saya tidak mau menikah hanya modal cinta apalagi kasihan.
Bagaimana cara saya menolak dia? Saya sudah bicara baik2 ke dia, tetapi tidak menyinggung terlalu dalam masalah pendidikan apalagi materi, saya takut menyinggung perasaannya. Pernah saya sampaikan dengan tegas, tetapi dia malah seperti mengancam bahwa akan mengganggu kalau saya menikah dengan orang lain. Mohon dibantu Ustadz bagaimana penyampaian penolakan yg baik. Saya terus ikhtiar sholat malam agar diberi petunjuk oleh Allah SWT.
Atas bantuannya, saya ucapkan terimakasih. Jazakillah. Wassalamualaikum Wr.Wb
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudari Ning Ayaka yang dicintai oleh Allah SWT, menikah memang membutuhkan pendamping yang sekufu (sederajat). Hal itu tercermin dalam firman Allah SWT di bawah ini : “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS. 24 : 26).
Prioritas dalam hal sekufu adalah tingkat kesholihan seseorang (kebaikan seseorang). Orang baik untuk orang yang baik, begitu pun sebaliknya. Sedang sekufu dalam masalah pendidikan, suku, budaya, usia dan kekayaan/penghasilan adalah sekufu yang tidak prioritas (bisa dimaklumi). Nabi Muhammad saw menikah dengan Khadijah ra yang berbeda usia dan status ekonominya, tapi ternyata mereka bahagia. Kita juga melihat banyak orang yang berbeda jauh dalam pendidikan, suku dan usia tapi ternyata rumah tangganya harmonis. Jadi saran saya, sebaiknya yang perlu jadi pertimbangan Anda dalam memilih jodoh bukanlah tingkat pendidikan dan ekonominya, tapi kesholihannya. Apakah ia calon suami yang sholih atau tidak, yang cirinya antara lain adalah bertanggung jawab untuk memberi nafkah (walau penghasilan Anda lebih tinggi, suami tetap harus memberi nafkah), kemandiriannya untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah war rahmah (tenang, bahagia dan penuh dengan kasih sayang) dan rutinitas ibadahnya kepada Allah SWT. Jika ia termasuk laki-laki yang sholih sebaiknya Anda perlu mempertimbangkan kembali untuk memutuskan hubungan dengan dia. Mungkin saja ia adalah jodoh yang dikirimkan Allah SWT untuk Anda.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, belum tentu orang yang pendidikannya rendah tidak bijaksana dalam melihat masalah dibandingkan kita yang pendidikannya lebih tinggi. Kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah bukan tergantung dari tingkat pendidikannya, tapi dari wawasan dan kebesaran jiwanya. Wawasan bukan hanya dibentuk dari pendidikan formal, tapi juga kemauannya untuk terus belajar (banyak membaca dan menambah pengalaman). Ada orang yang pendidikannya tinggi tapi malah berwawasan sempit, bahkan picik. Sebaliknya ada orang yang pendidikannya rendah tapi karena mau belajar ia lebih dewasa dalam melihat masalah dan mengambil keputusan. Coba Anda lihat lagi calon suami Anda bukan hanya dari tingkat pendidikannya tapi dari wawasan dan kebesaran jiwanya. Sayang sekali jika Anda mencari jodoh karena terlalu mengutamakan tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang. Yang terjadi adalah Anda akan salah dalam menempatkan skala prioritas dalam mencari jodoh yang langgeng.
Namun kalau Anda yakin bahwa ia memang kurang sholih dan wawasannya juga sempit (malas membaca dan menimba pengalaman), maka saya justru menganjurkan Anda untuk mencari jodoh yang lain.
Tentang bagaimana cara untuk memutuskan hubungan dengan dia sebenarnya sederhana. Laki-laki itu pada dasarnya tidak akan berani mendekati perempuan (termasuk mantan pacarnya) jika si perempuan memberikan isyarat yang tegas tentang penolakannya. Mengapa ada lelaki yang mengejar-ngejar perempuan walau sudah ditolak oleh perempuan tersebut karena si perempuan memberikan isyarat yang tidak tegas dan jelas bahwa ia benar-benar menolak sang lelaki. Atau dengan kata lain, karena si perempuan memberikan isyarat yang plin plan dan kurang tegas. Oleh sebab itu, saran saya katakan dengan halus, sopan tapi tegas kepadanya bahwa Anda tidak lagi mau berhubungan dengan dia. Sampaikan alasan bahwa Anda tidak mencintainya (jangan dengan alasan bahwa keluarga Anda tidak setuju dengan dia, karena ia nanti menduga bahwa Anda masih mencintainya). Katakan bahwa Anda tidak mau menikahinya dengan alasan rasa kasihan tapi harus dengan cinta dan Anda tidak mencintainya. Itu saja alasan Anda. Lalu tindak lanjutnya Anda harus betul-betul konsisten untuk menolaknya. Jangan plin plan atau memberikan isyarat (termasuk dari bahasa tubuh) yang masih mengharapkan dia. Jangan hubungi dia untuk sementara waktu agar ia yakin bahwa Anda memang betul-betul menolaknya. Jangan ladeni keinginan ia untuk bertemu atau membicarakan alasan yang lebih jauh dari penolakan Anda. Tegas, konsisten, tapi tetap sopan akan membuat lelaki mundur teratur untuk mendekati perempuan yang menolaknya.
Demikian saran saya. Semoga Anda dibimbing oleh Allah SWT untuk mengambil jalan keluar yang terbaik.
Salam Berkah !
(Satria Hadi Lubis)