Assalamualaikum pak ustad….
Saya seorang akhwat yang baru belajar menjaga pandangan. Yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana cara menundukkan pandangan yang baik dan benar yang tidak menyinggung teman-teman saya baik laki-laki maupun perempuan? Saya juga pernah baca di internet, katanya menundukkan pandangan buka berarti menundukkan kepala, itu bagaimana ya pak?
Terima Kasih karna sudah menjawab pertanyaan saya..
Assalamualaikum wr. wb…….
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudara Armanda yang dicintai Allah SWT, dalam bergaul dengan lawan jenis kita dilarang untuk saling berpandangan dalam waktu yang lama. Apalagi dengan pandangan yang mengandung unsur menggoda. Allah berfirman : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya" (QS. 24 : 30-31). Jadi sekilas-sekilas saja kita memandang lawan jenis ketika mengobrol. Tidak perlu dengan menundukkan kepala. Sebab sulit juga kita berbicara kalau sama sekali tidak melihat lawan bicara kita. Bukankah dalam berbicara kita juga perlu memperhatikan gestur (body language) dari lawan bicara agar komunikasi menjadi efektif?
Menjaga pandangan juga perlu dilakukan bagi wanita, sebagaimana hadits berikut : suatu ketika Ummi Salamah ra berkata: Ketika saya dengan Maimunah ada di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba masuk ketempat kami Abdullah bin Ummi Maktum, kejadian itu sesudah ayat hijab yang diperintahkan kepada kami. Rasulullah bersabda: "Berhijablah kamu daripadanya". Kami menjawab, "Ya Rasulullah bukankah ia seorang yang buta tidak melihat dan tidak mengenal kepada kami?" Kemudian beliau menjawab, "Apakah kamu juga buta, tidakkah kamu melihat padanya?". Dari kisah ini kita mendapati bahwa Rasulullah meminta kepada para wanita untukmenjaga pandangannya, walaupun terhadap laki-laki buta.
Lalu apa saja hikmah dari perintah menahan pandangan? Salah satunya adalah menjaga diri dari perilaku tercela. Sesungguhnya, mata kita adalah gerbang maksiat. Siapa saja yang kurang mampu menjaga pandangannya dari sesuatu yang diharamkan, maka sedikit demi sedikit ia akan terjerumus ke dalam jerat syetan. Berawal dari mata, kemudian kaki berpindah ingin mendekat dan seterusnya, hingga akhirnya sangat mungkin akan menjerumuskan manusia pada perzinahan.
Zina adalah dosa besar, yang bukan hanya dimurkai Allah, namun akibatnya pun akan dirasakan sang pelaku dan orang-orang di sekitarnya selama di dunia. Penyakit AIDS yang akan membunuh seseorang secara pelan-pelan dalam kelemahan dan keterasingan, hanyalah salah satu akibat dari perbuatan keji ini.
Menjaga pandangan bukanlah hal yang mudah dilakukan apalagi bagi kita yang hidup di zaman modern seperti ini. Lihatlah ke samping kiri, kanan, depan dan belakang kita, lawan jenis senantiasa mengelilingi? Tidak hanya di pusat-pusat keramaian, di dalam mobil angkutan umum saja, campur baur dengan lawan jenis pun tak dapat dihindarkan. Bahkan ketika berdiam dirumah saja, menahan pandangan tidak kalah susahnya. Koran, majalah dan televisi menyuguhkan pemandangan yang dapat membuat hati tergelincir karenanya.
Tak heran, ibadah kita sering berantakan. Bacaan Alquran kita kering kerontang. Berdoa pun sulit sekali khusyu apalagi sampai dapat mengeluarkan air mata penyesalan karena tidak mentaati perintah-Nya. Karena hal ini pula, menuntut ilmu menjadi sebuah pendakian yang sangat terjal.
Saudaraku Armanda yang dirahmati Allah SWT, ketika kita tidak mampu menjaga pandangan, sehingga pandangan kita menjadi liar, maka tidak bisa tidak hal tersebut akan mengikis kualitas iman yang tumbuh dalam hati kita. Iman itu tidak hilang dengan tiba-tiba dan serentak, namun periahan-lahan dan sedikit demi sedikit. Pada kenyataannya pandangan terhadap lawan jenis yang tak halal, menjadi media paling efektif untuk menghilangkan keimanan dari dalam diri.
Ia adalah salah satu senjata syetan yang sangat ampuh. Dalam Surat An-Nisaa ayat 118, syaitan laknatullah menegaskan komitmennya, "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan untuk saya". Artinya, sebagaimana sebuah riwayat menuturkan bahwa pandangan adalah panah-panah syetan, sedang syetan itu tak menginginkan apapun dari manusia selain keburukan dan kebinasaan. Maka penjagaan kita terhadap pandangan mata menjadi satu kunci pokok menuju keselamatan.
Memang, dalam kondisi tertentu kita diperbolehkan memandang lawan jenis, seperti dalam proses belajar mengajar, jual beli, pengobatan, maupun persaksian. Walaupun demikian, taburilah selalu hati kita dengan firman Allah yang menjanjikan kemuliaan dan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang mampu menjaga diri dari hal yang diharamkan-Nya. Wallahua’lam bish-shawab.
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan