Assalammu’alaikum wr wb
Pak, saya mahasiswi yang aktiv berorganisasi di kampus. gini pak, awalnya saya ikut organisasi itu ndak sengaja tapi, berkat organisasi kampus inilah saya berkumpul dengan orang-orang saleh dan salihah yang hebat-hebat dan saya pun dituntun ke jalan dakwah yang sebelumnya sangat saya pandang sebelah mata.
Singkat cerita, teman-teman mengamanahi saya beberapa staff di organisasi saya untuk ‘dibina’. Yang menjadi kegalauan saya saat ini adalah saya masih merasa tidak mampu untuk ‘membina’ adik-adik saya. Saya bukanlah sesosok akhwat yang sopan, lembut dan tenan.
Saya malah ke balikan dari cerminan akhwat ideal, saya itu suka bercanda, masih suka gaul sama semua orang dan banyak hal buruk yang masih saya lakukan.
Pertanyaannya adalah: 1. Apakah yang harus saya lakukan untuk menjadi sesosok ‘kakak yang ideal’ bagi adik-adik saya? Saya menggunakan istilah ‘kakak’ bukan ‘akhwat’ karena saya merasa masih jauh dari ‘ke-akhwatan’. 2. Yang kedua adalah tips n trik menjadi pembina sukses?
Ananda Nek yang saya hormati, dari tulisan Anda tersirat bahwa ketidak percayaan diri masih ada di dalam diri Anda dalam membina. Hal inilah yang dapat menghambat Anda saat ingin menjadi murobbi yang sukses.
Untuk itu, cobalah Anda pahami akan arti penting seorang murobbi dalam aktivitasnya sebagai bagian membentuk umat agar lebih paham dan kembali kepada jalan kebenaran.
Anda dapat membuka surat Al-Imran ayat 79.
Di samping itu seorang murobbi juga akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat karena karena mengajarkan ilmu, seperti yang Nabi sabdakan, ” “Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu petunjuk (kebaikan) maka ia mendapatkan pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun” (HR Muslim)
Murobbi yang sukses adalah mereka yang dapat menjadikan sebuah halaqah itu produktif serta menjalankan halaqah tersebut secara dinamis.
Ciri sebuah halaqah yang produktif di antaranya adalah tercapainya muwashofat bagi para peserta, tercapainya pembentukan murobbi handal dan tercapainya pengembangan potensi dari para mutarabbi secara maksimal
Seorang murabbi juga hendaknya dapat mengantisipasi kejenuhan yang terjadi dalam mengelola halaqah yang mempunyai ciri, peserta tidak dapat menikmati halaqoh, lemahnya kontrol diri, sering absen dalam halaqah, kurang aktif dalam halaqah dan mengabaikan tugas dan tanggung jawab
Insya Allah, dengan mengetahui dan memahami tentang urgensinya menjadi murobbi, produktifitas dan dinamisnya halaqah dapat terwujud.