Assalamu alaikum wr. wb
Ustadz yang Insya Allah selalu di rahmati Allah, saya mempunyai permasalahan terkait hubungan dengan sesama manusia. Saya mempunyai pengalaman yang kurang baik dimasa kecil, dimana saya dilahirkan dari keluarga miskin, saya sering dicemooh oleh tetangga. Cemoohan itu ternyata membuat mental saya drop dan pada waktu itu saya berkesimpulan bahwa "berhubungan dengan orang itu ternyata tidak enak, karena hanya menimbulkan sakit hati saja". Dari situ saya menutup diri, dan hanya keluar rumah hanya untuk hal-hal yang perlu saja misal kesekolah dan ke masjid. Ternyata pengalaman masa lalu tersebut terus berlanjut sampai saya dewasa (32 th). Bertemu dengan orang malas sekali bahkan takut dan lebih banyak diam. Sebenarnya saya ingin sekali berubah, tetapi jika mentok…keinginan untuk berubah jadi pupus….begitu seterusnya. Padahal saya bekerja pada instansi pemerintah yang bersifat pelayanan umum. Karena sifat saya tadi, terkesan saya kurang bisa menyesuiakan diri dengan pekerjaan dan lingkungan kantor.
Mohon kiranya ustadz dapat memberikan saran dan masukannya, langkah apa yang bisa saya lakukan agar saya bisa menjadi manusia normal pada umumnya.
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih..
Wassalamu alaikum wr wb.
Wa’alaikum salam wr.wb.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, trauma masa lalu yang pernah disakiti orang lain membuat Anda menjadi enggan bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana jalan keluarnya agar Anda mampu bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain?
Ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan :
1. Awali pergaulan dengan selalu berpikir positif.
Setiap bergaul, awali dengan selalu berpikir positif. Biasanya perasaan malu dan rendah diri dalam bergaul disebabkan karena kekhawatiran bahwa orang lain akan menolak atau mencemooh apa yang ada pada diri kita. Nah.. disini diperlukan pentingnya berpikir positif. Belum tentu orang lain akan menolak atau mencemooh kita. Jangan cepat mengambil kesimpulan negatif. Lebih baik yakinkan diri dengan berkata dalam hati “orang lain pasti menyenangi dan setuju dengan apa yang akan saya lakukan”. Jika pun setelah kita melakukan sesuatu dan ternyata kekuatiran Anda terbukti berupa ketidaksetujuan orang lain, maka Anda dapat menghibur diri dengan mengatakan “Ah, orang lain belum mengerti maksud saya. Saya harus memperbaiki caranya agar mereka lebih mengerti”. Jadi terus meneruslah berpikir positif (bersangka baik) kepada orang lain. Jangan masukkan pikiran negatif (sangka buruk) kepada orang lain. Jika pun pikiran negatif kita terbukti, maka jadikan hal tersebut sebagai cara untuk belajar sabar.
2. Yakin bahwa setiap orang sudah cukup sibuk dengan dirinya masing-masing.
Orang yang susah bergaul biasanya merasa bahwa orang lain selalu memperhatikan secara detail tentang dirinya, sehingga ia menjadi takut berbuat salah. Padahal setiap orang sesungguhnya sibuk dengan dirinya masing-masing dan tidak cukup peduli untuk memperhatikan urusan kita secara detail. Oleh karena itu mengapa kita begitu takut untuk berbuat salah, padahal orang lain belum tentu memperhatikan kesalahan kita tersebut? Jika pun mereka mengetahuinya, apakah mereka memikirkannya, seperti kita yang memikirkan kesalahan kita secara mendalam dan dalam waktu yang lama? Lagipula tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Ingat! Bulan begitu indah dipandang hanya karena permukaan bulan ternyata penuh dengan tekstur yang tidak rata/sempurna.
3. Bersikap ramah dan sopan
Agar diterima dalam pergaulan, maka kita terlebih dahulu perlu menerima kehadiran orang di sekeliling kita. Kita harus membuka diri untuk menyambut orang-orang di sekeliling kita. Jangan terlalu kaku. Santai saja dan sambut mereka dengan mudah tersenyum kepada siapa saja. Jangan khawatir dianggap ‘murahan’ jika tersenyum dan ramah kepada orang lain. Yang penting kita tetap berlaku sopan dengan tidak memandang atau melakukan sentuhan yang dianggap “kurang ajar” oleh orang lain. Dalam berbicara juga pilih kata-kata yang tidak menyakitkan orang lain. Termasuk juga tidak mudah mencela atau mengeluarkan kata-kata yang kotor.
4. Selalu empati.
Sebenarnya inilah prinsip utama pergaulan. Jika kita ingin memiliki teman sejati dalam suka dan duka, maka bersikap empati merupakan hal yang mesti dilakukan. Empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kata kuncinya adalah tidak sibuk dengan perasaan sendiri. Selami perasaan orang lain dengan membayangkan jika Anda yang mengalami apa yang dialami oleh lawan bicara Anda. Empati juga perlu ditindaklanjuti dengan menolong orang lain. Karena dengan menolong orang lain bukan hanya kita akan disukai dalam pergaulan, tapi juga membuat kita bahagia.
Mudah-mudahan empat tips di atas dapat membantu Anda untuk lebih berani dan percaya diri dalam berkomunikasi.
Salam berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan