Assalamu’alaikum Wr.Wb pak,
Langsung aja ya pak, saya mau nanya, bagaimana caranya kita bisa menghilangkan hambatan dalam diri, seperti misalnya kurang pede. Soalnya menurut suami dan teman-teman saya, saya punya banyak potensi, tapi saya kok tidak merasa begitu. Hal ini misalnya, banyak ibu-ibu yang minta saya menjadi penceramah di acara-acara kajian di komplek perumahan maupun di sekolah anak saya . Saya juga diminta untuk menjadi guru di sekolah anak saya itu. Ada juga caleg yang minta saya jadi sekretarisnya. Saya memang lulusan S1 PTN, terbiasa dengan computer and internet. PErnah hidup di luar negeri walau cuma 3 tahun. Dan memang dari SMP sampe kuliah aktif berorganisasi.
Tapi ya itu……gak pede sering muncul, dan saya merasakan terkadang hal ini membuat saya gak maju-maju. Maksud saya, potensi diri tidak tergali dan sering ragu-ragu. PAdahal usia saya sudah 30 tahun.
Mohon sarannya ya pak. Jazakallahu khoiron katsir
Wa’alaikum salam wr.wb.
Saudari Ummi Salam yang dirahmati Allah SWT, jika lingkungan kita mengatakan bahwa kita mempunyai potensi, maka itu ada benarnya. Saya kira, Anda memang mempunyai potensi yang hebat melihat latar belakang pendidikan Anda, kemampuan Anda tentang komputer dan tawaran dari lingkungan untuk ceramah. Ada pepatah yang mengatakan, “Andalah yang membatasi kehebatan Anda sendiri”.
Jika Anda merasa tidak percaya diri dengan potensi Anda, maka atasi hambatan tersebut dengan :
1. Yakini bahwa Allah SWT ingin agar kita berprestasi dahsyat dalam hidup ini. Allah tidak ingin hamba-Nya tampil “biasa-biasa saja” dalam hidup ini. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tin : 4). Manusia adalah makhluk yang spesial dan sudah dianugerahi Allah potensi dahsyat dalam dirinya. Manusia yang mengeborasi potensinya menjadi prestasi dahsyat adalah manusia yang bersyukur. Sebaliknya, manusia yang ‘mendiamkan’ potensi dahsayatnya adalah manusia yang ingkar (kufur) terhadap nikmat Allah. Maukah Anda disebut sebagai manusia yang kufur (nikmat)? Tentu tidak mau khan? Karena itu mau tidak mau Anda harus melejitkan potensi Anda sebagai tanda bersyukur kepada Allah SWT.
2. Yakini bahwa hidup adalah ujian untuk berprestasi. Allah SWT berfirman, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk : 2). Yang dimaksud ‘yang lebih baik amalnya’ adalah yang paling berprestasi. Oleh karena itu, orang yang tidak berprestasi berarti ia gagal menjalani ujian di dunia ini. Ia gagal menjadi ciptaan Allah yang baik. Ibarat produk pabrik, ia gagal menjadi produk yang baik, sehingga menjadi barang rusak yang tidak layak dijual di pasaran. Begitulah manusia yang puas dan merasa nyaman dengan kondisi dirinya apa adanya. Tidak berada di ‘pasar’ dunia (sebenarnya tidak layah hidup). Allah mengecam orang semacam itu dengan kecaman yang keras. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al Araf : 179). Jadi saudaraku, hidup hanya sekali dan dia adalah ujian penentuan untuk hidup selama-lamanya di akhirat. Apakah kita mau menyia-nyiakan hidup ini dengan tidak mau berjuang agar lulus ujian Allah SWT? Sebab bagi mereka yang tidak lulus ujian Allah, maka ia akan merugi selama-lamanya karena menjadi penghuni neraka jahannam. Jadi semestinya kita memahami ayat-ayat tentang amal bukan hanya dalam pengertian menjauhi dosa (maksiat) saja, tapi juga keinginan Allah SWT agar kita berprstasi dahsyat di dunia ini. Inilah yang dipahami oleh para sahabat ra dan para ulama kita terdahulu (salaf), sehingga mereka berprestasi dahsyat di dunia ini.
3. Lakukan penumbuhan kepercayaan diri secara berangsur-angsur, jika Anda tidak bisa berubah seketika. Misalnya, untuk ceramah dimulai dengan ceramah di lingkungan terkecil, dengan waktu yang pendek (tujuh menit) dan dengan audience yang pendidikan atau umurnya di bawah Anda. Biasanya PD akan muncul dengan seringnya kita menambah ‘jam terbang’ pada sesuatu hal.
Demikian masukan saya, semoga bermanfaat. Saya yakin di kemudian hari Anda bisa tampil lebih dahsyat daripada yang sekarang!
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan